BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krusialitas
masalah masa depan, arah dan tujuan pendidikan Indonesia yang harus di hadapai
adalah kendala rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana
pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian
sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup
menggembirakan, namun Sebagian lainnya masih
memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara
merata.
Pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational
production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini
melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila
dipilih semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut,
maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan,
mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada
input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal,
proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua,
penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi,
yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan
inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan
mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Ketiga, peran serta
masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama
ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak
bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas,
sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu
pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.
Di sisi lain,
pelaksanaan pengajaran di sekolah perlu menjadikan preoritas penting pembinaan
pendidikan terutama oleh supervisor pendidikan terutama aspek konsepsi
pembelajaran yang bervariatif akan bermuara pada target peningkatan kualitas
guru di samping hasil prestai belajar siswa itu sendiri.
Saat ini
pengetahuan dan tehnologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia
dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu
beradaptasi dan memecahkan segala persoalan yang sudah dihadapi saat ini, tentu
dalam memecahkan segala persoalan dibutuhkan kecerdasan, kreatifitas dan
kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih
sulit.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu
tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu wadah
untuk mengalirkan generasi yang berkualitas dan mandiri, oleh karena itu
pendidikan juga dituntut memiliki kualitas yang baik.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa
harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin
termotivasi dalam belajar, daya kreatifitasnya akan semakin meningkat, semakin
positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai
serta semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara
nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi
penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga
pengetahuan sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, atau konsep-konsep saja merupakan suatu proses penemuan.
Pengetahuan
sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan pengajaran ilmu sains perlu dilakukan secara
bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat sekollah dasar, ini diharapkan ada penekanan
pembelajaran saling korelatif antara
Lingkungan Tehnologi dan Masyarakat secara terpadu dan yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep pengetahuan sains dan Kompetensi
kerja ilmiah secara bijaksana.
Tujuan kurikulum sebagaimana di atas harus dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu
sains, sehingga perlu diterapkan dengan inovasi pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreatifitas mengajar bagi
guru dan model pembelajaran yang tidak
membosankan sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.
Rendahnya kreatifitas peserta didik dalam proses belajar mengajar
dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga materi yang
disajikan menjadi tidak tuntas. Maka kewajiban penulis selaku Pengawas Sekolah
TK/SD di Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh guna mengatasi
hal tersebut di atas, maka diberikan konsepsi model pembelajaran yang bersifat
innovative educate.
B.
Identifikasi Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas dapat di identifikasikan masalah dalam kegiatan
belajar mengajar sebagai berikut :
1.
Rendahnya mutu mengajar
sebagaian guru di Sekolah Dasar
Negeri 010/XI Pondok Agung Kecamatan
Koto
Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013
2.
Rendahnya kreatifitas guru dalam menggunakan model
pembelajaran Sekolah Dasar Negeri 010/XI Pondok
Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam
aktivitas KBM.
3.
Rendahnya kemampuan berfikir kritis
sebagain guru di Sekolah Dasar 010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota
Sungai Penuh Pada Semester
ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013
C.
Perumusan Dan Pemecahan Masalah
Dari identifikasi masalah yang
telah diuraikan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Perumusan Masalah :
1)
Bagaimana meningkatkan kreatifitas mengajar guru melalui konsepsi model pembelajaran Berfikir, Menulis,
Berdiskusi pada pengajaran ilmu
sains di Sekolah Dasar Negeri
010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada
Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
2)
Bagaimana meningkatkan
kompetensi guru mengajar ilmu sains melalui konsepsi model pembelajaran Berfikir, Menulis, Berdiskusi di Sekolah Dasar Negeri 010/XI Pondok Agung Kecamatan
Koto
Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
2.
Pemecahan Masalah
1)
Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang
rendahnya mutu mengajar sebagain guru dalam pembelajaran ilmu sains, kemudian observer sekaligus
penulis memberikan pembinaan konsepsi dalam proses pembelajaran akan dilakukan
dengan menggunakan kontruktivisme dengan model pembelajaran Berfikir, Menulis,
Berdiskusi
D.
Tujuan
Penelitian
1)
Untuk meningkatkan minat siswa pada pembelajaran dengan yang akan diperkenalkan oleh guru yang
mengajar ilmu sains di depan kelas
2)
Untuk meningkatkan
kreatifitas dalam berfikir kritis,
berkarya dan berkomunikasi pada materi
pengajaran ilmu sains melalui
konsepsi model pembelajaran
Berfikir, Menulis, Berdiskusi
D. Manfaat Penelitian
1)
Guru menjadi kreatif karena
selalu dituntut untuk melakukan upaya
inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagi teori dan tehnik pembelajaran
serta bahan ajar yang dipakainya.
2)
Meningkatkankemampuan guru
untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa.
3)
Membantu
memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa
4)
Dapat
meningkatkan pemahaman guru kolaborasi tentang
PTK
5)
Dapat
meningkatkan minat guru untuk melakukan penelitian tindakan
kelas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Kreativitas
Rendahnya kreatifitas guru
akan mempengaruhi prestasi akademik maupun non akademik, dan sebaliknya tinggi
rendahnya kreatifitas guru akan
mendorong kemaun dan pengembangan diri sehingga seseorang siswa akan
menghasilkan sesuatu yang baru. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
pengertian. Menurut Semiawan, dkk (1987) kreativitas sebagai proses merupakan
hal yang lebih esensial dan perlu
ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara menyibukan diri secara kreatif.
Misalnya dalam proses bermain, dengan adanya gagasan atau unsur-unsur pikiran. Akan menjadi keasyikan yang menyenangkan
dan penuh tantangan bagi guru yang
kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan proses berfikir
yang mengarah pada suatu usaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru
mendapatkan jawaban, metode atau cara baru dalam memecahakan masalah.
Ditinjau dari segi product,
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang pada
umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci Munandar (1992),
menjelaskan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada sehingga menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas,
ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Kreativitas
yang dimaksud adalah berfikir kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan)
adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak
kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat, maupun dari dalam diri individu
itu sendiri. Jika kedua kondisi ini menggantungkan atau menunjang, yakni adanya
keinginan dari seseorang (individu) untuk melibatkan memungkinkan individu
tersebut untuk bertindak secara kreatif.
Definisi lain mengenai kreatifitas
diungkapkan oleh Amien (1980) yang mengatakan bahwa kreatifitas merupakan pola
berfikir atau ide yang sepontan atau imajinasi yang mencirikan hasil artistik,
penemuan-penemuan ilmiah dan penciptaan-penciptaan secara mekanis. Lebih lanjut
Amien menjelaskan bahwa kreatifitas meliputi hasil sesuatu yang baru atau sama
sekali baru bagi dunia ilmiah atau relatif baru bagi individunya.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa
devinisi kreativitas di atas
dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan
yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide yang kreatif, kemudian melakukan
kegiatan kreatif sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian pada
intinya terdapat persamaan antara definisi-definisi tersebut yaitu kreatifitas
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
B.
Ciri-Ciri Kreativitas
Ciri-ciri atau karakteristik
kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan
kemampuan kreatif dari seseorang Menurut Guilford (lewat Kuncoro) ciri-ciri
kreativitas seseoarang dapat dilihat dari aspek berfikir dan aspek dorongan
atau motivasi. Aspek berfikir kreatif ditunjukan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency),
Kelenturan (flexsibility), Keaslian (originality), dan penguraian (elaboration).
Aspek doraongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti
sikap percaya diri, tidak konvensional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan. Ciri-cirinya antara lain meliputi : (1) Word Fluency,
yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf
tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf. Kelancaran kata (Word Fluency)
pertama kali dipublikasikan oleh Thurstone pada tahun 1938. Pendapatan Guilford
mengenai kelancaran kata diungkapkan bahwa kemampuan tersebut tidak mudah untuk
dilihat, namun merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kreativitas
sehari-hari. (2) Associatianal Fluency, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberap macam hubungan, dapat
berbentuk sebuah ide, pemberian judul atau memberikan arti serupa. Selain itu
dapat juga diartikan sebagai kemampuan berfikir secara analog atau kebaikannya.
(3) Expressional Flucncy,
adalah kemampuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti dalam bentuk
ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain merupakan kelancaran
dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide atu pemecahan masalah dalam
bentuk kata-kata atu kalimat. (4) Ideational Fluency, merupakan
kemampuan untuk meghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai dengan
kegunaan yang diminta. Beberapa jenis test mengenai ideational fluency, kecepatan lebih penting dari kualitas, ide
yang dihasilkan dapat berbentuk simple atau kompleks, dapat berupa pemberian
judul baik untuk gambar maupun cerita. Atau dapat pula berupa ungkapan-ungkapan
dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran, misalnya benda
apa saja yang memiliki sifat padat, fleksibel, dan bercorak ? Maka jawabannya
dapat berupa kain, daun, barang-barang dari kulit, dan lain sebagainya.
Kelenturan (flexibillity) yaitu
kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap
masalah. Hal-hal yang termasuk dalam ciri-ciri ini adalah : (1) spontaneous
flexibility yakni kemampuan atau
kecenderungan untuk menghasilkan bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas
dari hambatan atau keterpaksaan. Spontaneous flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam
mengadakan pendekatan terhadap masalah. Artinya bila melalui pendekatan yang
satu tidak mendapatkn hasil yang diharapkan, maka dengan segera akan
menggantikannya dengan cara pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneous
flexibility rendah, akan terlihat kaku dalam memberikan ide atau
pendapatannya. Ia akan cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa
pemikiran yang sempit saja. Namun demikian orang tersebut masih mempunyai
kemungkinan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi meskipun tidak melakukan secara spontan. (2) Adaptive
flexibility, merupakan penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah
sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini seseorang akan gagal
untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam
menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan tidak klise. Dapat pula
diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa jarang
ditemui dan unik.
Elaborasi adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terinci yakni merupakan aktivitas untuk merangkai
sebuah ide atau jawaban-jawaban simpel agar menjadi lebih mendetail. Elaborasi
ini dapat dikembangkan dengan cara memberi informasi tambahan atau melalui
komunikasi verbal.
C. Definisi
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993:
68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar
adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam
kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain.
(Soetomo, 1993: 120).
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegiatan pada situasi tertentu.
D. Pembelajaran
Inovasi dan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama. (Felder, 1994: 2).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih
(2001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan
aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama
dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya
sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat
berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena
pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati
permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan
komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk
belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang
menunjang pencapaian Kinerja Guru yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam
pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan
pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang
perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
- Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”.
- Para siswa memiliki tanggungjawab terhadap
siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya
sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- Para siswa harus berpandangan bahwa mereka
semuanya memiliki tujuan yang sama.
- Para siswa harus membagi tugas dan berbagai
tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
- Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
- Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
- Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan
unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1.
Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada
anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima
konsekuensinya.
2. Kemampuan
Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan
pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
3. Promosi
tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap
individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif, anggota
kelompok saling memberikan timbal balik.
4. Manfaat
dari penggabungan keahliah yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan
pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan
konflik manajemen keahlian.
5. Kelompok
Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka
lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang
akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru
dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
- Menentukan objek pembelajaran
- Membuat keputusan menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
- Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
- Menguasai kelompok belajar dan menyediakan
keperluan tugas.
- Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa
dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
E.
Pembelajaran Berfikir, Menulis dan Diskusi
Pebelajaran BMD Merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang memiliki empat langkah penting dalam pelaksanaannya. Empat langkah penting
itu adalah sebagi berikut :
1.
Langkah 1- berfikir yakni guru dan siswa diberi kesempatan untuk
memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.
2.
Langkah 2- menulis pada tahap ini peserta didik diminta untuk menulis dengan
bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang
diperolehnya.
3.
Langkah 3- berdiskusi setelah
diorganisasikan dalam kelompok-kelompok siswa diarahkan untuk terlibat secara
aktif dalam diskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan,
interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan
pendapat dengan anggota kelompok masing-masing:
4.
Hasil tulis siswa dipamerkan
untuk ditunjukkan dihadapan kawan-kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
Ketrampilan dalam berfikir bagi siswa dapat dicapai dengan baik
apabila dihubungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk
dapat mengajak siswa berfikir guru mampu menghubungkan materi yang disajikan
dengan hal-hal yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran
berfikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan
mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang
tidak konsisten atau keliru.
Menurut Mansyur dalam Sutusiyah 2006
Komponen selanjutnya pada model BMD adalah
diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat,
pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang
yang tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran, keputusan, kesimpulan
atau pemecahan dari suatu masalah. Banyak permasalahan yang terjadi
dilingkungan siswa yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja.
Terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam sebuah kelompok.
Dengan demikian diskusi menjadi jalan pemecahaan yang memberi kemungkinan
mendapat penyelesaian yang terbaik.
De Porter dalam Sutusiyah 2006. Metode
diskusi dalam proses belajar dan mengajar berarti metode mengemukakan pendapat
dalam sebuah kelompok untuk mendapatkan kesimpulan dari keputusan bersama. Pada
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tahap ini termasuk kedalam fase 3 dan
fase 4. Yaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien serta membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi komunikasi antara siswa. Siswa
mengajukan pertanyaan yang berarti dan hubungan, mengemukakan hasil temuan
secara lisan. Dengan begitu, siswa belajar dan mengajar satu sama lain dalam
proses diskusi tersebut. Melalui diskusi ada beberapa
kelebihan yang didapati antara lain :
1) Suasana kelas lebih hidup karena siswa
mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang di diskusikan.
2) Siswa dilatih berfikir kritis untuk
mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima,
menolak.
3) Menaikkan prestasi kepribadian individual,
seperti toleransi, sikap demokratif, sikap kritis, berfikir sistematis dan
sebagainya.
Disamping kelebihan-kelebihan yang telah
dikemukakan diatas, melalui diskusi juga didapati adanya beberapa kekurangan
seperti :
1) Diskusi umum dikuasai oleh siswa yang
gemar berbicara.
2) Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada
kecenderungan untuk melepaskn diri dari tanggung jawab.
3) Banyak waktu yang terpakai, namun hasil
yang diperoleh kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.
Selama ini ada tehnik-tehnik mengajar
tradisional selalu menggabaikan kebenaran bahwa menulis merupakan aktivitas
penting dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen otak.
Menulis hanya dianggap sebagai kegiatan menyalin kembali materi yang telah dibaca
atau didengar sehingga mudah membuat siswa merasa bosan. Hal ini tidak
selamanya benar, karena menulis justru bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan
bagi siswa jika guru bisa menyakinkannya dalam bentuk yang berbeda. Dalam
penelitian ini, siswa diminta untuk melukiskan hal-hal yang diperoleh saat
proses belajar berlangsung. Baik itu permasalahan yang dihadapi, cara
memecahkan permasalahan atau temuan-temuan lain yang didapat selama prosea
pembelajaran berlangsung. Kegiatan menulis yang disajikan dalam bentuk seperti
ini diharapkan bukan lagi menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa
melainkan suatu kegiatan yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari
siswa.
Sebelum pelaksanaan strategi BMD pertemuan diawali terlebih dahulu
degan melakukan persiapan-persiapan. Diantaranya guru membuat RPP (Rencana
Persiapan Pembelajaran), menyiapkan lembar kerja untuk siswa, menyiapkan
instrumen-instrumen, menentukan kelompok-kelompok siswa dimana setiap kelompok
bersifat heterogen dalam hal jenis kelamin, prestasi akademik dan lain-lain.
Pada pelaksanaan strategi BMD pertemuan diawali dengan penyampaian
materi secara garis besar dan kompetensi yang ingin dicapai secar klasik,
selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat dan permasalahan kepada
siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa dan
meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu. Selanjutnhya
guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Dengan kelompok tersebut siswa diminta untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai
dengan hasil pemikiran masing-masing, saling bertukar dan berbagi jawaban.
Setelah bekerja dalam kelompok siswa kembali kebangku masing-masing dan diminta
untuk menuliskan hasil belajar secara individu dengan bahasa dan pemikiran
siswa sendiri. Tahap selanjutnya guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa
tanya jawab singkat kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran guru membimbing
siswa menyimpulkan materi secara lisan dan menambahan hal-hal yang belum diungkapkan
oleh siswa serta menyempurnakannya.
Sedangkan keberhasilan proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang dirancang oleh
seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran sangat beragam yang
mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode dan strategi yang
dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yan diinginkan.
Salah satu inovasi model pembelajaran
adalah BMD yang bertujuan
meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis,
berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi kelompok, prestasi dan
kunjungan anggota kelompok.
Siberman 2004, mengatakan bahwa yang saya
dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya saya sedikit ingin. Yang
saya dengar, lihat pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapat
pengetahuan dan ketrampilan. Yang saya ajarkan kepada
orang lain saya kuasai. (Active learning, 15 : 2004)
Pendapat di atas itulah menjadi dasar dalam inovasi pembelajaran
dengan model BMD, sehingga siswa
benar-benar dapat menguasai konsep dengan baik.
Hasil senada diungkapkan oleh Johan Holt
dalam Siberman 2004. Proses belajar akan
meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1. Mengemukan kembali informasi dengan
kata-kata mereka sendiri
2.
Memberi cotoh
3. Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan
situasi
4. Melihat kaitan antara informasi itu dengan
fakta atau gagasan lain
5.
Menggunakannya dengan beragam
cara
6.
Memprediksikan sejumlah
konsekuensinya
7.
Menyebutkan lawan atau
kembalikannya.
Sepen kagen dalam Nur Muhammad, 2005 telah
mendiskripsikan banyak struktur pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran sehari-hari. Sebagaian dari struktur tersebut salah satunya
adalah sebagai berikut :
Think Pair Share
Yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir sendiri jawaban dari
pertanyaan yang kemudian berdiskusi dengan pasangannya untuk mencapai consesus
atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban
yang mereka sepakati kepada semua siswa dikelas.
Berdasarkan landasan teori diatas penulis
mencoba melakukan inovasi model pembelajaran BMD. Model pembelajaran ini banyak
melibatkan siswa untuk berfikir kritis, berkreasi dan bertukar informasi serta
akan terjadi kompetensi yang dinamis dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah
model pembelajaran ini adalah, berfikir
pada saat ini siswa dirangsang untuk berfikir bersama kelompoknya untuk dapat
menemukan ide-ide pokok atau konsep penting
menulis, masing-masing kelompok harus menuliskan kembali hasil temuannya
pada kertas plano untuk dipamerkan pada kelompok lain. diskusi, pada tahap ini masing-masing
kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung untuk melihat hasil kerja
kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan masing-masing, 2 siswa
tetap menunggu hasil kerjanya yang punya kewajiban menjawab pertanyaan dari
kelompok lain diakhir kegiatan guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran. Penulis mempunyai estimasi dengan inovasi model seperti
ini siswa akan lebih kreatif menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
F.
Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah
antara lain :
1.
Kreatif : adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru atau relatif baru,
baik berupa gagasan mampu karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang
telah ada sebelumnya.
2.
Berfikir : adalah kemampuan berfikir seseorang terhadap
suatu permasalahan atau meghasilkan suatu gagasan tertentu sebagai akibat dari
suatu rangsangan yang dberikan.
3.
Menulis :
adalah kemampuan untuk dapat melukiskan dengan kata-kata atu kombinasi dari
huruf-huruf suatu hasil pemikiran atau gagasan.
4.
Diskusi : Kemampuan untuk menyampaikan dengan lancar
dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide atau pemecahan masalah dalam
bentuk kata-kata atau kalimat secara interpersonal antara siswa dengan guru
secara komunikatif.
5.
Aktifitas
belajar : adalah segala sesuatu yang
dilakukan siswa dalam rangka proses belajar.
6.
Motivasi : adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku berikut.
G. Hitpotesis Penelitian
Dengan menggunakan penerapan BMD dapat
meningkatan kreatifitas belajar guru dan hasil belajar siswa di SDN No.010/XI
Pondok Agung 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penulis akan memberikankan uraian singkat sebelum memaparkan langkah-langkah dalam penelitian
tindakan di bab III ini, bahwa
metode penelitian tindakan ini adalah menggunakan model penelitian
kolaboratif dimana peneliti hanya
sebagai konseptor atas pembinaan pembelajaran inovatif sedangkan guru yang
mengajar ilmu sains menerapkan konsep model pembelajaran yang diarahkan
oleh penulis.
Dalam penelitian tindakan ini
menggunakan bentuk observer yakni pengawas sebagai pengamat penelitian sementara yang melaksanakan dan penanggung jawab penuh penelitian ini adalah
guru bidang studi ilmu pengetahuan alam
atau ilmu sains di Sekolah Dasar Negeri 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota
Sungai Penuh Pada Semester
ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .
. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan
hasil pembelajaran di kelas dimana guru bidang studi ilmu pengetahuan alam atau ilmu sains secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti
bekerjasama dengan guru kelas dan
guru bidang studi, kehadiran peneliti sebagai
sebatas memberikan konsep dasar pembelajaran inovatif kemudian diterapkan oleh guru bidang studi
di Sekolah Dasar Negeri 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota
Sungai Penuh Pada Semester
ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat,
Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai
Penuh Pada Semester ganjil Tahun Pelajaran
2012/2013
.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni pada
semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah guru bidang studi
ilmu sains di Sekolah Dasar
Negeri 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota
Sungai Penuh Pada Semester
ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .
B. Rancangan
Penelitian Tindakan
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau Sekolah. Adapun tujuan utama dari
Penelitian tindakan kelas atau sekolah adalah untuk memperbaiki / meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
C. Instrumen
Penelitian
Dalam penelitian penulis menggunakan instrumen yang
terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Kinerja Guru,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan
Belajar Mengajar
a.
Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran BMD, untuk mengamati kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran.
b.
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun
berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep pengetahuan
sains.
D. Metode Pengumpulan
Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran
BMD, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa, dan tes
formatif.
E. Teknik
Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap
akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan :
= Nilai rata-rata

Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:

- Untuk lembar observasi
a.
Lembar observasi pengelola metode
pembelajaran BMD.
Untuk menghitung lembar observasi
pengelolaan metode pembelajaran BMD
digunakan rumus sebagai berikut :


Dimana
P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b.
Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk
menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai
berikut :





Dimana
: % =
Presentase pengamatan


P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1
dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolahan metode pembelajaran
BMD, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 02 April di kelas
IV dengan jumlah siswa 19 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel : Pembinaan Pembelajaran BMD ( Siklus I )
No
|
Ceck Point Yang Di obsevasi
|
Skoring
|
|
Obs.1
|
Obs.2
|
||
I
|
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1.
Kesiapan guru dengan model Pembelajaran
BMD
2.
Menyampaikan
pembelajaran BMD
|
1
1
|
1
1
|
B. Kegiatan inti
1.
Mempresentasikan langkah-langkah
metode pembelajaran BMD
2.
Membimbing guru melakukan kegiatan bersama siswa
3.
Melatih keterampilan
siswa
4.
Mengawasi guru
selama KBM
5.
Memberikan bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan penerapan
Pembelajaran BMD
|
3
3
3
3
2
|
3
3
3
3
2
|
|
C. Penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan evaluasi
|
3
3
|
3
3
|
|
II
|
Ketepatan waktu pengajaran
|
2
|
2
|
III
|
Respon guru dan siswa :
|
2
3
|
2
3
|
|
JUMLAH
|
27
|
27
|
|
PERSENTASE
|
61 %
|
61%
|
Berdasarkan tabel di atas
aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah kesiapan guru
terhadap penerapan model pembelajaran BMD, menyampaikan
materi dengan penggunaan model pembelajaran BMD, ketepatan waktu pengajaran, dan siswa
respon siswa. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas,
merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan
kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya
adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel
4.2. Kegiatan
Observasi Supervisi pada Siklus I
No
|
Aktivitas
Guru Dalam Pembelajaran BMD
|
Presentase
|
1
2
3
|
Target penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan
Guru Dalam Menerapkan Model
Pembelajaran BMD
Menyampaikan materi/
langkah-langkah/ strategi
|
25 %
25 %
50 %
|
No
|
Aktivitas
Siswa Dalam Penerimaan Materi Ajar
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
|
Mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan
sesama anggota kelompok
Diskusi antar
siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
|
21 %
10,6 %
15,8 %
15,8 %
10,6 %
|
|
RATA
PERSENTASE
|
|
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus I. Aktivitas lain
yang presentasinya besar namun kurang memuaskan adalah tingkat Sedangkan aktivitas siswa yang
paling dominan adalah mendengarkan guru
memberikan materi ajar tentang ilmu sains
Pada
siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode
pembelajaran BMD sudah dilaksanakan
dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan
penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)
Guru kurang baik dalam memotivasi siswa
dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)
Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa kurang begitu antusias selama
pembelajaran berlangsung.
d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1)
Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana
siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Guru perlu mendistribusikan waktu secara
baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan
3)
Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif
II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengelolaan metode pembelajaran
BMD dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
II dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012
di kelas IV dengan jumlah siswa 20
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus
I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel : Pembinaan Pembelajaran BMD ( Siklus II )
No
|
Ceck Point Yang Di obsevasi
|
Skoring
|
|
Obs 1
|
Obs 2
|
||
I
|
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
3.
Kesiapan guru dengan model
Pembelajaran BMD
4.
Menyampaikan
pembelajaran BMD
5.
simultasi dengan
Pembelajaran sebelumnya
|
3
3
|
4
4
|
B.
Kegiatan inti
6.
Mempresentasikan langkah-langkah
metode pembelajaran BMD
7.
Membimbing guru melakukan kegiatan bersama siswa
8.
Melatih keterampilan
siswa
9.
Mengawasi guru
selama KBM
10. Memberikan
bantuan kepada guru yang mengalami
kesulitan penerapan Pembelajaran BMD
|
4
3
4
4
|
3
3
4
4
|
|
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman
2. Memberikan evaluasi
|
4
3
|
3
4
|
|
II
|
Ketepatan waktu pengajaran
|
2
|
3
|
III
|
Respon guru dan siswa :
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
|
2
4
|
2
4
|
|
JUMLAH
|
36
|
36
|
|
PERSENTASE
|
82%
|
82 %
|
Dari tabel di atas, tanpak
aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang
dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn BMD mendapatkan penilaian yang sangat baik
dari pengamat selaku pengawas di sekolah tersebut. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut
belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa dalam pengajaran materi ilmu sains.
Dengan penyempurnaan
aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajaran BMD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa
yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.
Berikut
disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :
Tabel 4.2.
Kegiatan Observasi Supervisi pada
Siklus II
No
|
Aktivitas
Guru Dalam Pembelajaran BMD
|
Presentase
|
1
2
3
|
Target penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan
Guru Dalam Menerapkan Model
Pembelajaran BMD
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/
strategi
|
75 %
75 %
75 %
|
Persentase
Aktivitas Guru
|
75 %
|
|
No
|
Aktivitas
Siswa Dalam Penerimaan Materi Ajar
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
|
Mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan
sesama anggota kelompok
Diskusi antar
siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
|
84%
84%
89%
95%
100%
|
|
Persentase
Aktivitas Siswa
|
89,25 %
|
Berdasarkan tabel I di atas,
tampak bahwa aktifitas guru telah
menguasai konsep dan menerapkan pembelajaran BMD dengan sangat baik pada siklus
II . Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan yang
luar biasa. Sedangkan untuk aktivitas
siswa yang juga di atas rata-rata dari kebiasaan menerima materi ajar, artinya suasana
kegiatan belajar mengajar di kelas
sangat responsif siswa berdiskusi
dengan ancar serta dapat bekerja sama dengan sesama anggota kelompok terhadap pokok bahasan materi yang diberikan
guru melalui model pembelajaran BMD . Jika dibandingkan dengan siklus I,
aktifitas ini mengalami peningkatan yang cukup menakjubkan.
Tabel : Rekapitulasi Hasil Obsevasi oleh peneliti
No
|
Peningkatan KBM
|
Prosentase
|
1
2
|
Respon guru terhadap
Inovasi Pembelajaran BMD
Respon siswa terhadap guru saat memberikan materi
ajar
|
75 %
89,25 %
|
Dari tabel di atas diperoleh
tingkat ketuntasan kegiatan belajar
mengajar mencapai 89,25% tuntas belajar. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal
telah mengalami peningkatan jauh lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru siswa ini karena setelah
guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan
guru dengan menerapkan metode pembelajaran
BMD
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1)
Memotivasi siswa
2)
Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3)
Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus II antara lain:
1)
Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa
lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)
Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada
perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)
Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
4)
Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)
Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan
Kinerja Guru
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran BMD memiliki dampak positif
dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I dan II). Dan pada siklus II ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses metode pembelajaran BMD
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
Kinerja Guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa
pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Selama KBM
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pengajaran ilmu sains
dengan dengan metode pembelajaran BMD
yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat / media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penulis pada bagian penutup ini sekedar membuat
resume singkat bahwa dari hasil kegiatan
Penelitian tindakan sekolah tentang pembinaan konsepsi pembelajaran model BMD yang telah dilakukan
selama dua siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan menggunakan model BMD memiliki
dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru
bidang studi ilmu sains di Sekolah Dasar Negeri 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota
Sungai Penuh Pada Semester
ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus.
- Penerapan metode pembelajaran BMD mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar 010/XI
Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada
Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 . yang ditunjukan dengan hasil ketuntasan
aktivitas belajar siswa mencapai 89,25 %.
B. Saran
Setelah penulis memberikan resume singkat di sub
bagian kesimpulan, maka di sub bagian saran penulis hanya memberikan
pengarahan agar dalam kegiatan proses
belajar mengajar ilmu sains memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan metode pembelajaran yang selalu inovatif seperti konsepsi
pembelajaran BMD guna meningkatkan kinerja guru dalam mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru, guru
hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran,
walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas IV
Sekolah Dasar 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah
Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zainuri,
2008, Kiat Kreatifitas Mengajar Bagi Guru
Indonesia, CV. Nur
Hidayah, Kalimatan Timur.
Amien, Moh, 2002. Peranan Kreatifitas dalam Pendidikan.
Analisis kebudayaan. Jakarta :
Depdikbud.
Deporter, B &
Hemacki, M. 2003. Quantum Learning, PT. Mizan Pustaka Bandung.
Departemen
Pendidikan Nasional, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA.
Kuntoro, SA.
1992. Nilai-nilai keagamaan dalam mengembangkan kreatifitas anak (suatu tantangan bagi kehidupan
modern) cakrawala pendidikan. Yogyakarta : PPM IKIP Yangyakarta.
Mulyana, E. 2005.
Implementasi kurikulum 2004. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Meier, D. 2003. The
Acceleratied Learning. PT. Mizan Pustaka Bandung
Nur Muhammad,
2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat IPA dan Matematika Sekolah. UNESA Surabaya.
Nur Muhammad,
2005. Guru yang Berhasil dan pengajaran langsung. Depatemen Pendidikan
Nasional.
Semiawan, C,
Munandar. A.S. dan Munandar, SOU. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.
Universitas
Negeri Malang, 2000. Kreatifitas
Berfikir Menulis dan berdiskusi Sebagai Inovasi Pembelajaran, UM Malang.
Wahid
Sholahuddin, Berfikir Logis, Menulis
Cekatan, Dialog Ilmiah, Insan Ilmu, Jakarta
Lampiran I
Tabel : Pembinaan Pembelajaran BMD
No
|
Ceck Point
Yang Di obsevasi
|
Skoring
|
|
Obs.1
|
Obs.2
|
||
I
|
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1.
Kesiapan guru dengan model
Pembelajaran BMD
2. Menyampaikan pembelajaran BMD
|
|
|
B.
Kegiatan inti
1.
Mempresentasikan langkah-langkah
metode pembelajaran BMD
2.
Membimbing guru melakukan kegiatan bersama siswa
3.
Melatih keterampilan
siswa
4.
Mengawasi guru
selama KBM
5.
Memberikan bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan penerapan
Pembelajaran BMD
|
|
|
|
C.
Penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan evaluasi
|
|
|
|
II
|
Ketepatan waktu pengajaran
|
|
|
III
|
Respon guru dan siswa :
|
|
|
Lampiran
II
Tabel : Kegiatan Observasi Supervisi
No
|
Aktivitas
Guru Dalam Pembelajaran BMD
|
Presentase
|
1
2
3
|
Target penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran BMD
Menyampaikan materi/
langkah-langkah/ strategi
|
|
No
|
Aktivitas
Siswa Dalam Penerimaan Materi Ajar
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
|
Mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan
sesama anggota kelompok
Diskusi antar
siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
|
|
0 comments :