Saturday, January 28, 2017

PTS UNTUK KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS

OKE MHD AMIN     January 28, 2017    

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Krusialitas masalah masa depan, arah dan tujuan pendidikan Indonesia yang harus di hadapai adalah  kendala rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun Sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.
Di sisi lain, pelaksanaan pengajaran di sekolah perlu menjadikan preoritas penting pembinaan pendidikan terutama oleh supervisor pendidikan terutama aspek konsepsi pembelajaran  yang bervariatif akan  bermuara pada target peningkatan kualitas guru di samping hasil prestai belajar siswa itu sendiri.
Saat ini pengetahuan dan tehnologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut untuk mampu beradaptasi dan memecahkan segala persoalan yang sudah dihadapi saat ini, tentu dalam memecahkan segala persoalan dibutuhkan kecerdasan, kreatifitas dan kearifan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah yang lebih sulit.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mengalirkan generasi yang berkualitas dan mandiri, oleh karena itu pendidikan juga dituntut memiliki kualitas yang baik.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi dalam belajar, daya kreatifitasnya akan semakin meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai serta semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga  pengetahuan sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, atau konsep-konsep saja merupakan suatu proses penemuan.
 Pengetahuan sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan  pengajaran ilmu sains perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat   sekollah dasar, ini diharapkan ada penekanan pembelajaran saling  korelatif antara Lingkungan Tehnologi dan Masyarakat secara terpadu dan yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep  pengetahuan sains dan Kompetensi kerja ilmiah secara bijaksana. 
Tujuan kurikulum sebagaimana di atas harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran  ilmu sains, sehingga perlu diterapkan dengan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas  mengajar bagi guru  dan model pembelajaran yang tidak membosankan sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.
Rendahnya kreatifitas  peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga materi yang disajikan menjadi tidak tuntas. Maka kewajiban penulis selaku Pengawas Sekolah TK/SD di Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh guna mengatasi hal tersebut di atas, maka diberikan konsepsi model pembelajaran yang bersifat innovative educate.

B.     Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat di identifikasikan masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
1.      Rendahnya  mutu mengajar  sebagaian  guru di Sekolah Dasar Negeri  010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013
2.      Rendahnya kreatifitas  guru dalam menggunakan model pembelajaran  Sekolah Dasar Negeri 010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam aktivitas KBM.
3.      Rendahnya kemampuan berfikir kritis sebagain guru di Sekolah Dasar 010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013

C.      Perumusan Dan Pemecahan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan sebagai  berikut :
1.      Perumusan Masalah :
1)        Bagaimana meningkatkan kreatifitas  mengajar guru melalui konsepsi model  pembelajaran Berfikir, Menulis, Berdiskusi pada  pengajaran ilmu sains di Sekolah Dasar Negeri  010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
2)        Bagaimana meningkatkan  kompetensi guru mengajar ilmu sains melalui  konsepsi model  pembelajaran Berfikir, Menulis, Berdiskusi  di Sekolah Dasar Negeri  010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
2.         Pemecahan Masalah
1)        Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya  mutu mengajar  sebagain  guru dalam pembelajaran  ilmu sains, kemudian observer sekaligus penulis memberikan pembinaan konsepsi dalam proses pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan kontruktivisme dengan model  pembelajaran Berfikir, Menulis, Berdiskusi


D.    Tujuan Penelitian
1)        Untuk meningkatkan minat  siswa pada pembelajaran dengan  yang akan diperkenalkan oleh guru yang mengajar  ilmu sains di depan kelas
2)        Untuk meningkatkan kreatifitas  dalam berfikir kritis, berkarya dan berkomunikasi pada materi  pengajaran ilmu sains melalui  konsepsi model  pembelajaran Berfikir, Menulis, Berdiskusi

D. Manfaat Penelitian
1)        Guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan  upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagi teori dan tehnik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
2)        Meningkatkankemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa.
3)        Membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa
4)        Dapat meningkatkan pemahaman guru kolaborasi tentang  PTK
5)        Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Kreativitas
Rendahnya kreatifitas  guru akan mempengaruhi prestasi akademik maupun non akademik, dan sebaliknya tinggi rendahnya kreatifitas  guru akan mendorong kemaun dan pengembangan diri sehingga seseorang siswa akan menghasilkan sesuatu yang baru. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian. Menurut Semiawan, dkk (1987) kreativitas sebagai proses merupakan hal  yang lebih esensial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara menyibukan diri secara kreatif. Misalnya dalam proses bermain, dengan adanya gagasan atau unsur-unsur pikiran. Akan menjadi keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi  guru yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan proses berfikir yang mengarah pada suatu usaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru mendapatkan jawaban, metode atau cara baru dalam memecahakan masalah.
Ditinjau dari segi product, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang pada umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci Munandar (1992), menjelaskan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada sehingga menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas, ketepatgunaan  dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud adalah berfikir kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat, maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Jika kedua kondisi ini menggantungkan atau menunjang, yakni adanya keinginan dari seseorang (individu) untuk melibatkan memungkinkan individu tersebut untuk bertindak secara kreatif.
Definisi lain mengenai kreatifitas diungkapkan oleh Amien (1980) yang mengatakan bahwa kreatifitas merupakan pola berfikir atau ide yang sepontan atau imajinasi yang mencirikan hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah dan penciptaan-penciptaan secara mekanis. Lebih lanjut Amien menjelaskan bahwa kreatifitas meliputi hasil sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau relatif baru bagi individunya.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa devinisi kreativitas           di atas dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide yang kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian pada intinya terdapat persamaan antara definisi-definisi tersebut yaitu kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
B.     Ciri-Ciri Kreativitas
Ciri-ciri  atau karakteristik kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan kemampuan kreatif dari seseorang Menurut Guilford (lewat Kuncoro) ciri-ciri kreativitas seseoarang dapat dilihat dari aspek berfikir dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berfikir kreatif ditunjukan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), Kelenturan (flexsibility), Keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek doraongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap percaya diri, tidak konvensional, dan aspirasi keindahan.
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya antara lain meliputi : (1) Word Fluency, yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu atau kombinasi dari huruf-huruf. Kelancaran kata (Word Fluency) pertama kali dipublikasikan oleh Thurstone pada tahun 1938. Pendapatan Guilford mengenai kelancaran kata diungkapkan bahwa kemampuan tersebut tidak mudah untuk dilihat, namun merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kreativitas sehari-hari. (2) Associatianal Fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberap macam hubungan, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian judul atau memberikan arti serupa. Selain itu dapat juga diartikan sebagai kemampuan berfikir secara analog atau kebaikannya. (3) Expressional Flucncy, adalah kemampuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain merupakan kelancaran dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide atu pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atu kalimat. (4) Ideational Fluency, merupakan kemampuan untuk meghasilkan sejumlah ide-ide dengan cepat yang sesuai dengan kegunaan yang diminta. Beberapa jenis test mengenai ideational fluency,  kecepatan lebih penting dari kualitas, ide yang dihasilkan dapat berbentuk simple atau kompleks, dapat berupa pemberian judul baik untuk gambar maupun cerita. Atau dapat pula berupa ungkapan-ungkapan dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil pemikiran, misalnya benda apa saja yang memiliki sifat padat, fleksibel, dan bercorak ? Maka jawabannya dapat berupa kain, daun, barang-barang dari kulit, dan lain sebagainya.
Kelenturan (flexibillity) yaitu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Hal-hal yang termasuk dalam ciri-ciri ini adalah : (1) spontaneous flexibility  yakni kemampuan atau kecenderungan untuk menghasilkan bermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan. Spontaneous flexibility  dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam mengadakan pendekatan terhadap masalah. Artinya bila melalui pendekatan yang satu tidak mendapatkn hasil yang diharapkan, maka dengan segera akan menggantikannya dengan cara pendekatan lain. Seseorang yang memiliki kemampuan spontaneous flexibility rendah, akan terlihat kaku dalam memberikan ide atau pendapatannya. Ia akan cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa pemikiran yang sempit saja. Namun demikian orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk menyelesaikan masalah yang  dihadapi meskipun tidak melakukan secara spontan. (2) Adaptive flexibility, merupakan penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah sampai diperoleh hasil pemecahannya. Mengenai hal ini seseorang akan gagal untuk menyelesaikan masalah bila ia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan tidak klise. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa jarang ditemui dan unik.
Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci yakni merupakan aktivitas untuk merangkai sebuah ide atau jawaban-jawaban simpel agar menjadi lebih mendetail. Elaborasi ini dapat dikembangkan dengan cara memberi informasi tambahan atau melalui komunikasi verbal.

C. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

D. Pembelajaran Inovasi dan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian Kinerja Guru yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. 
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
  1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
  2. Para siswa memiliki tanggungjawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
  4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
  5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
  6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
  7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1.   Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
2.   Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
3.   Promosi tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik.
4.   Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian.
5.   Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
  1. Menentukan objek pembelajaran
  2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
  3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
  4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
  5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.

E.     Pembelajaran  Berfikir, Menulis dan Diskusi
Pebelajaran BMD Merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang memiliki empat langkah penting dalam pelaksanaannya. Empat langkah penting itu adalah sebagi berikut :
1.      Langkah 1- berfikir   yakni guru dan siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu.
2.      Langkah 2- menulis  pada tahap ini  peserta didik diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.
3.      Langkah 3- berdiskusi setelah diorganisasikan dalam kelompok-kelompok siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompok masing-masing:
4.      Hasil tulis siswa dipamerkan untuk ditunjukkan dihadapan kawan-kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.

Ketrampilan dalam berfikir bagi siswa dapat dicapai dengan baik apabila dihubungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa. Karena itu, untuk dapat mengajak siswa berfikir guru mampu menghubungkan materi yang disajikan dengan hal-hal yang sudah dikenal dan dekat dengan siswa. Tujuan pembelajaran berfikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
Menurut Mansyur dalam Sutusiyah 2006 Komponen selanjutnya pada model  BMD adalah diskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari kebenaran, keputusan, kesimpulan atau pemecahan dari suatu masalah. Banyak permasalahan yang terjadi dilingkungan siswa yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja. Terutama masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dalam sebuah kelompok. Dengan demikian diskusi menjadi jalan pemecahaan yang memberi kemungkinan mendapat penyelesaian yang terbaik.
De Porter dalam Sutusiyah 2006. Metode diskusi dalam proses belajar dan mengajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam sebuah kelompok untuk mendapatkan kesimpulan dari keputusan bersama. Pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif tahap ini termasuk kedalam fase 3 dan fase 4. Yaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien serta membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi komunikasi antara siswa. Siswa mengajukan pertanyaan yang berarti dan hubungan, mengemukakan hasil temuan secara lisan. Dengan begitu, siswa belajar dan mengajar satu sama lain dalam proses diskusi tersebut. Melalui diskusi ada beberapa kelebihan yang didapati antara lain :
1)      Suasana kelas lebih hidup karena siswa mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang di diskusikan.
2)      Siswa dilatih berfikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak.
3)      Menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratif, sikap kritis, berfikir sistematis dan sebagainya.
Disamping kelebihan-kelebihan yang telah dikemukakan diatas, melalui diskusi juga didapati adanya beberapa kekurangan seperti :
1)      Diskusi umum dikuasai oleh siswa yang gemar berbicara.
2)      Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskn diri dari tanggung jawab.
3)      Banyak waktu yang terpakai, namun hasil yang diperoleh kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.

Selama ini ada tehnik-tehnik mengajar tradisional selalu menggabaikan kebenaran bahwa menulis merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen otak. Menulis hanya dianggap sebagai kegiatan menyalin kembali materi yang telah dibaca atau didengar sehingga mudah membuat siswa merasa bosan. Hal ini tidak selamanya benar, karena menulis justru bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa jika guru bisa menyakinkannya dalam bentuk yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa diminta untuk melukiskan hal-hal yang diperoleh saat proses belajar berlangsung. Baik itu permasalahan yang dihadapi, cara memecahkan permasalahan atau temuan-temuan lain yang didapat selama prosea pembelajaran berlangsung. Kegiatan menulis yang disajikan dalam bentuk seperti ini diharapkan bukan lagi menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa melainkan suatu kegiatan yang dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari siswa.
Sebelum pelaksanaan strategi  BMD pertemuan diawali terlebih dahulu degan melakukan persiapan-persiapan. Diantaranya guru membuat RPP (Rencana Persiapan Pembelajaran), menyiapkan lembar kerja untuk siswa, menyiapkan instrumen-instrumen, menentukan kelompok-kelompok siswa dimana setiap kelompok bersifat heterogen dalam hal jenis kelamin, prestasi akademik dan lain-lain.
Pada pelaksanaan strategi  BMD pertemuan diawali dengan penyampaian materi secara garis besar dan kompetensi yang ingin dicapai secar klasik, selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat dan permasalahan kepada siswa. Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa dan meminta siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu. Selanjutnhya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dengan kelompok tersebut siswa diminta untuk mendiskusikan lembar kerja sesuai dengan hasil pemikiran masing-masing, saling bertukar dan berbagi jawaban. Setelah bekerja dalam kelompok siswa kembali kebangku masing-masing dan diminta untuk menuliskan hasil belajar secara individu dengan bahasa dan pemikiran siswa sendiri. Tahap selanjutnya guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa tanya jawab singkat kepada seluruh siswa. Di akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi secara lisan dan menambahan hal-hal yang belum diungkapkan oleh siswa serta menyempurnakannya.
Sedangkan keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran sangat beragam yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode dan strategi yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yan diinginkan.
Salah satu inovasi model pembelajaran adalah  BMD yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi kelompok, prestasi dan kunjungan anggota kelompok.
Siberman 2004, mengatakan bahwa yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya saya sedikit ingin. Yang saya dengar, lihat pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapat pengetahuan dan ketrampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai. (Active learning, 15 : 2004)
Pendapat di atas itulah menjadi dasar dalam inovasi pembelajaran dengan model  BMD, sehingga siswa benar-benar dapat menguasai konsep dengan baik.
Hasil senada diungkapkan oleh Johan Holt dalam Siberman 2004.  Proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1.      Mengemukan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri
2.      Memberi cotoh
3.      Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi
4.      Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
5.      Menggunakannya dengan beragam cara
6.      Memprediksikan sejumlah konsekuensinya
7.      Menyebutkan lawan atau kembalikannya.

Sepen kagen dalam Nur Muhammad, 2005 telah mendiskripsikan banyak struktur pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Sebagaian dari struktur tersebut salah satunya adalah sebagai berikut :
Think Pair Share
Yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir sendiri jawaban dari pertanyaan yang kemudian berdiskusi dengan pasangannya untuk mencapai consesus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa dikelas.
Berdasarkan landasan teori diatas penulis mencoba melakukan inovasi model pembelajaran  BMD. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa untuk berfikir kritis, berkreasi dan bertukar informasi serta akan terjadi kompetensi yang dinamis dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah,  berfikir pada saat ini siswa dirangsang untuk berfikir bersama kelompoknya untuk dapat menemukan ide-ide pokok atau konsep penting  menulis, masing-masing kelompok harus menuliskan kembali hasil temuannya pada kertas plano untuk dipamerkan pada kelompok lain.  diskusi, pada tahap ini masing-masing kelompok diberi kesempatan 4 siswa berkunjung untuk melihat hasil kerja kelompok lain untuk bertanya dan melihat kekurangan masing-masing, 2 siswa tetap menunggu hasil kerjanya yang punya kewajiban menjawab pertanyaan dari kelompok lain diakhir kegiatan guru membantu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis mempunyai estimasi dengan inovasi model seperti ini siswa akan lebih kreatif menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

F.     Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah antara lain :
1.         Kreatif                   :  adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu  yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan mampu karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
2.          Berfikir                 :  adalah kemampuan berfikir seseorang terhadap suatu permasalahan atau meghasilkan suatu gagasan tertentu sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dberikan.
3.          Menulis                 : adalah kemampuan untuk dapat melukiskan dengan kata-kata atu kombinasi dari huruf-huruf suatu hasil pemikiran atau gagasan.
4.          Diskusi                  :   Kemampuan untuk menyampaikan dengan lancar dalam mengekspresikan pikiran-pikiran, ide-ide atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata atau kalimat secara interpersonal antara siswa dengan guru secara  komunikatif.
5.         Aktifitas belajar     : adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa dalam rangka proses belajar.
6.         Motivasi                 :   adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku berikut.

G.    Hitpotesis Penelitian
    Dengan menggunakan penerapan BMD dapat meningkatan kreatifitas belajar guru dan hasil belajar siswa di SDN No.010/XI Pondok Agung 2012/2013.



BAB III
METODE  PENELITIAN

Penulis akan memberikankan uraian singkat sebelum memaparkan  langkah-langkah dalam penelitian tindakan  di bab III ini,  bahwa  metode penelitian tindakan ini adalah menggunakan model penelitian kolaboratif   dimana peneliti hanya sebagai konseptor atas pembinaan pembelajaran inovatif sedangkan guru yang mengajar ilmu sains menerapkan konsep model pembelajaran yang diarahkan oleh  penulis.
 Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk observer yakni pengawas sebagai pengamat penelitian  sementara yang melaksanakan dan  penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru bidang studi  ilmu pengetahuan alam atau ilmu sains di  Sekolah Dasar Negeri  063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .  . Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru bidang studi  ilmu pengetahuan alam atau ilmu sains secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti  bekerjasama dengan  guru kelas dan guru bidang studi, kehadiran peneliti sebagai  sebatas memberikan konsep dasar pembelajaran inovatif  kemudian diterapkan oleh guru bidang studi di  Sekolah Dasar Negeri  063/XI Koto  Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 
1.   Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di   Sekolah Dasar Negeri  063/XI Koto  Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .
2.   Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai   Juni pada semester   ganjil tahun pelajaran 2012/2013

3.   Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru  bidang studi  ilmu sains di  Sekolah Dasar Negeri  063/XI Koto  Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .

B.   Rancangan Penelitian Tindakan
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan  Kelas atau Sekolah. Adapun tujuan utama dari Penelitian tindakan kelas atau sekolah adalah untuk memperbaiki / meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

C. Instrumen Penelitian 
Dalam penelitian penulis menggunakan instrumen  yang  terdiri dari:
1.   Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.
2.   Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Kinerja Guru, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3.   Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4.   Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.       Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran  BMD, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.       Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5.   Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep  pengetahuan sains.

D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran  BMD, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa, dan tes formatif.

E.   Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
  1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan            :      = Nilai rata-rata
                           Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
                                       Σ N   = Jumlah siswa

2.   Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

           

  1. Untuk lembar observasi
a.       Lembar observasi pengelola metode pembelajaran  BMD.
      Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran  BMD digunakan rumus sebagai berikut : 
      X =  
      Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b.      Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
      Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :


      % = x 100 % dengan
      X =  =
      Dimana :    %         = Presentase pengamatan
                        X         = Rata-rata
                        ∑ x      = Jumlah rata-rata
                        P1        = Pengamat 1
                        P2        = Pengamat 2















BAB IV
HASIL PENELITIAN  DAN PEMBAHASAN

           
A.  Hasil Penelitian
1.   Siklus I
a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran  BMD, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.    Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 02 April di kelas  IV dengan jumlah siswa 19 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel  :  Pembinaan Pembelajaran BMD  ( Siklus I )
No
 Ceck Point Yang Di obsevasi
 Skoring
 Obs.1
Obs.2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan 
1.      Kesiapan guru dengan model Pembelajaran BMD
2.      Menyampaikan  pembelajaran BMD



1

1






1

1



B. Kegiatan inti
1.      Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran  BMD
2.      Membimbing  guru melakukan kegiatan bersama siswa
3.      Melatih keterampilan  siswa
4.      Mengawasi  guru selama KBM
5.      Memberikan bantuan kepada  guru yang mengalami kesulitan penerapan Pembelajaran BMD

3

3

3
3
2


3

3

3
3
2

C. Penutup
1.      Membimbing siswa membuat rangkuman
2.      Memberikan evaluasi

3
3

3
3
II
Ketepatan    waktu pengajaran
2
2
III
 Respon guru dan siswa :
  1. Siswa antusias
  2. Guru antisias

2
3

2
3

JUMLAH
27
27

PERSENTASE
61 %
61%
                         


  Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah  kesiapan guru  terhadap penerapan model pembelajaran BMD,  menyampaikan  materi dengan penggunaan model pembelajaran BMD,   ketepatan waktu pengajaran,  dan siswa  respon siswa. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
      Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.2.  Kegiatan Observasi  Supervisi pada Siklus I
No
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran  BMD
Presentase
1
2

3


Target  penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan Guru  Dalam Menerapkan Model Pembelajaran  BMD
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi



25 %
25 %

50 %


No
Aktivitas Siswa  Dalam Penerimaan  Materi Ajar
Presentase
1
2
3
4
5

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
21 %
10,6 %
15,8 %
15,8 %
10,6 %


RATA PERSENTASE


        Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I.  Aktivitas lain yang presentasinya besar namun kurang memuaskan adalah   tingkat Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah  mendengarkan guru memberikan materi ajar tentang ilmu sains
       Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran  BMD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.



c.    Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)      Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)      Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)      Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d.   Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)      Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)      Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)      Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

2.   Siklus II
a.    Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran  BMD dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.   Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal  23 April 2012 di kelas  IV dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:          






Tabel  :  Pembinaan Pembelajaran BMD  ( Siklus II )
No
 Ceck Point Yang Di obsevasi
 Skoring
 Obs 1
 Obs 2
I
Pengamatan KBM
A.    Pendahuluan 
3.      Kesiapan guru dengan model Pembelajaran BMD
4.      Menyampaikan  pembelajaran BMD
5.      simultasi dengan  Pembelajaran sebelumnya

3
3


4
4


B.     Kegiatan inti
6.      Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran  BMD
7.      Membimbing  guru melakukan kegiatan bersama siswa
8.      Melatih keterampilan  siswa
9.      Mengawasi  guru selama KBM
10.  Memberikan bantuan kepada  guru yang mengalami kesulitan penerapan Pembelajaran BMD

4

3
4

4


3

3
4

4

C.     Penutup
1.      Membimbing siswa membuat rangkuman
2.      Memberikan evaluasi

4
3

3
4
II
Ketepatan    waktu pengajaran
2
3
III
 Respon guru dan siswa :
1.      Siswa antusias
2.      Guru antusias

2
4

2
4

JUMLAH
36
36

PERSENTASE
82%
82 %
                         

      Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn  BMD mendapatkan penilaian yang  sangat baik  dari pengamat selaku pengawas di sekolah tersebut. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa  dalam pengajaran materi ilmu sains.
       Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajaran  BMD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :

Tabel 4.2.  Kegiatan Observasi  Supervisi pada Siklus II
No
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran  BMD
Presentase
1
2

3


Target  penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan Guru  Dalam Menerapkan Model Pembelajaran  BMD
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi


75 %
75 %

75 %

Persentase Aktivitas Guru
75 %
No
Aktivitas Siswa  Dalam Penerimaan  Materi Ajar
Presentase
1
2
3
4
5

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
 84%
84%
89%
95%
 100%


Persentase Aktivitas Siswa
89,25 %

     Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru  telah menguasai konsep dan menerapkan pembelajaran BMD dengan sangat baik pada siklus II . Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan yang luar biasa.  Sedangkan untuk aktivitas siswa yang juga di atas rata-rata dari kebiasaan  menerima materi ajar, artinya suasana kegiatan belajar mengajar di kelas  sangat responsif  siswa berdiskusi dengan ancar serta dapat bekerja sama dengan sesama anggota kelompok  terhadap pokok bahasan materi yang diberikan guru melalui model pembelajaran BMD . Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan yang cukup menakjubkan. 

               Tabel  : Rekapitulasi  Hasil Obsevasi oleh  peneliti
No
   Peningkatan KBM
Prosentase
1

2


Respon guru terhadap Inovasi Pembelajaran  BMD
Respon  siswa terhadap guru saat memberikan materi ajar 

75 %

89,25 %

Dari tabel di atas diperoleh  tingkat ketuntasan kegiatan belajar  mengajar mencapai  89,25% tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan  jauh lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran  BMD

c.    Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)      Memotivasi siswa
2)      Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)      Pengelolaan waktu

d.   Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1)      Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)      Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)      Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4)      Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)      Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

B. Pembahasan
1.   Ketuntasan Kinerja Guru 
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran  BMD memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I dan II). Dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2.   Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran  BMD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3.   Aktivitas Guru dan Siswa  Selama KBM
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses  pengajaran ilmu sains dengan dengan metode pembelajaran  BMD yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat / media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.






BAB V
PENUTUP


A. Simpulan
Penulis pada bagian penutup ini sekedar membuat resume singkat bahwa dari hasil kegiatan  Penelitian tindakan sekolah tentang pembinaan konsepsi  pembelajaran model BMD yang telah dilakukan selama  dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Pembelajaran dengan  menggunakan model BMD memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru  bidang studi  ilmu sains di  Sekolah Dasar Negeri  063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .  yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus.
  1. Penerapan metode pembelajaran  BMD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV  Sekolah Dasar 010/XI Pondok Agung Kecamatan Koto Padang Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .  yang ditunjukan dengan hasil ketuntasan aktivitas belajar siswa mencapai 89,25 %.


B.   Saran
Setelah penulis memberikan resume singkat di sub bagian kesimpulan, maka di sub bagian saran penulis hanya memberikan pengarahan  agar dalam kegiatan proses belajar mengajar  ilmu sains   memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
  1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran  yang selalu inovatif seperti konsepsi pembelajaran BMD guna meningkatkan kinerja guru dalam mengajar  sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di  kelas IV  Sekolah Dasar 063/XI Koto Padang Kecamatan Tanah Kampung Kota Sungai Penuh Pada Semester  ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 .


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zainuri, 2008, Kiat Kreatifitas Mengajar Bagi Guru  Indonesia, CV. Nur Hidayah, Kalimatan Timur.

Amien, Moh,  2002. Peranan Kreatifitas dalam Pendidikan. Analisis kebudayaan.  Jakarta : Depdikbud.

Deporter, B & Hemacki, M. 2003. Quantum Learning, PT. Mizan Pustaka Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA.

Kuntoro, SA. 1992. Nilai-nilai keagamaan dalam mengembangkan kreatifitas anak           (suatu tantangan bagi kehidupan modern) cakrawala pendidikan. Yogyakarta : PPM IKIP Yangyakarta.

Mulyana, E. 2005. Implementasi kurikulum 2004. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Meier, D. 2003. The Acceleratied Learning. PT. Mizan Pustaka Bandung

Nur Muhammad, 2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat IPA dan Matematika        Sekolah. UNESA Surabaya.

Nur Muhammad, 2005. Guru yang Berhasil dan pengajaran langsung. Depatemen Pendidikan Nasional.

Semiawan, C, Munandar. A.S. dan Munandar, SOU. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.

Universitas Negeri Malang, 2000.  Kreatifitas Berfikir Menulis dan berdiskusi Sebagai Inovasi Pembelajaran,  UM Malang.

Wahid Sholahuddin,  Berfikir Logis, Menulis Cekatan, Dialog Ilmiah, Insan Ilmu, Jakarta




Lampiran I
Tabel  :  Pembinaan Pembelajaran BMD  
No
 Ceck Point Yang Di obsevasi
 Skoring
 Obs.1
Obs.2
I
Pengamatan KBM
A.    Pendahuluan 
1.   Kesiapan guru dengan model Pembelajaran BMD
2.   Menyampaikan  pembelajaran BMD



B.     Kegiatan inti
1.      Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran  BMD
2.      Membimbing  guru melakukan kegiatan bersama siswa
3.      Melatih keterampilan  siswa
4.      Mengawasi  guru selama KBM
5.      Memberikan bantuan kepada  guru yang mengalami kesulitan penerapan Pembelajaran BMD


C.     Penutup
1.      Membimbing siswa membuat rangkuman
2.      Memberikan evaluasi


II
Ketepatan    waktu pengajaran


III
 Respon guru dan siswa :
  1. Siswa antusias
  2. Guru antisias


                         



Lampiran II
Tabel  :  Kegiatan Observasi  Supervisi 
No
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran  BMD
Presentase
1
2

3

Target  penyampaian tujuan Pembelajaran
Tingkat Kemampuan Guru  Dalam Menerapkan Model Pembelajaran  BMD
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi




No
Aktivitas Siswa  Dalam Penerimaan  Materi Ajar
Presentase
1
2
3
4
5

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Mengerjakan tes evaluasi
 

0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .