Media Pembelajaran dan Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar
Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru Klik Link Dibawah ini :
https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos
Nilai-nilai karakter, makna/deskripsi, Internalisasi, Transpormasi, dan Implementasi dilingkungan kerja, persekolahan, keluarga, dan masyarakat.
(kerajinan, dinamis, kecerdasan, kebijaksanaan, disiplin, daya upaya/usaha, sikap empati, ketabahan, keantusiasan, kesamaan, keyakinan/iman/taqwa, sifat adil, jujur, sportif, keluesan, pemberi maaf, persahabatan, kesahajaan)
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia yang diidentifikasi berasal dari empat sumber tersebut dalam proses pengembangannya menghendaki suatu proses yang berkelanjutan atau terus menerus, dimulai dengan tahap internalisasi, transformasi dan implementasi nilai yang melibatkan berbagai sumber pendidikan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.
Didalam membawa masyarakat global sekarang ini untuk memahami nilai-nilai karakter disadari bukanlah pekerjaan yang mudah, oleh karena itu, perlu adanya sikap pengorbanan dari semua fihak yang terlibat dalam sistem tersebut.Sikap pengorbanan yang dibutuhkan dalam membangun karakter suatu bangsa menunjukkan kualitas personal seseorang dimulai dari menanamkam nilai-nilai karakter terhadap diri sendiri, untuk itu memaknai suatu karakter yang akan diterapkan merupakan suatu hal yang penting untuk menuju tahap selanjutnya yaitu implementasi nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
B. Makna/Deskripsi nilai-nilai karakter
Begitu banyaknya jumlah dan cakupan pendidikan karakter dalam konsep desain teori, telah ditawarkan oleh para ahli, maka pemakalah membatasi makna atau deskripsi nilai-nilai karakter yang akan pemakalah paparkan. Dalam pembahasan ini pemakalah hanya menjelaskan makna/deskripsi ke 16 item nilai karakter yang telah pemakalah paparkan di judul makalah di atas.
2
No
Nilai-nilai Karakter
Makna/deskripsi
1.
Deligence/Kerajinan
Mempertaruhkan seluruh tenaga dan fikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan
2.
Dynamic/Dinamis
Menggunakan kekuatan sosial, kekuatan moral, dan kekuatan intelektual untuk menghasilkan aktivitas dan perubahan dan keluar dari situasi rutin tertentu
3.
Discernment/
Kecerdasan
Memahami semua alasan dibalik apa saja yang terjadi
4.
Discretion (prudence)/
Kebijaksanaan
Mengenal dan menjauhi kata-kata, tindakan, dan sikap yang dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak di inginkan atau dapat menyakiti hati ornag lain
5.
Discipline/Disiplin
Sikap dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasaan mentaati aturan, hukum atau perintah
6.
Effort/Daya Upaya/Usaha
Bertindak dan berusaha sebaik-baiknya dengan penuh perhitungan dan hati-hati sehingga siap untuk memberikan yang terbaik (giving the best)
7.
Empathetic/Sikap Berempati
Bertindak, berpartisipasi, dan terlibat sesuatu berlandaskan empati, ikut merasakan penderitaan dan kesedihan yang menimpa orang lain
8.
Endurance/
Ketabahan
Kekuatan hati yntuk menahan stres karena besarnya cobaan dan rintangan sehingga mampu melakukan hal yang terbaik
9.
Enthusiasm/
keantusiasan/
Kegairahan
Menyatakan semangan dan kegairahan dalam menjalankan semua tugas sehingga memberikan upaya yang terbaik
10.
Equality/Kesamaan
Menyadari adanya hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi seseorang sebagai umat manusia
11.
Faith/Keyakinan, Iman, Taqwa
Meyakini bahwa tindakan-tindakan yang dilandasi karakter yang baik akan memanen hasil yang paling baik walaupun tidak tahu apa hasil itu .
3
Kepercayaan yang tinggi terhadap adanya tuhan sang maha pencipta dengan berbuat sesuai perintah dan tuntunannya serta menjauhi segala larangannya
12.
Faimess/Sifat Adil, Jujur dan Sportif
Memberlakukan orang lain seperti keinginannya diperlakukan oleh orang lain, mengatakan yang sebenarnya, bermain seperti aturan main, tidak menyalahkan orang lain karena keselahan sendiri, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, tidak bertindak berlandaskan favoritism
13.
Flexibility/keluesan
Keberanian untuk mengubah rencana atau gagasan tanpa harus menyesalinya
14.
Forgiveness/
Pemberi Maaf
Menghapus semua catatan kesalahan dari seseorang yang pernah berbuat salah
15.
Friendship/
Persahabatan
Menjalin dan memelihara persahabatan melalui saling percaya dan saling perduli
16.
Frugality/Kesahajaan
Memamfaatkan sumber daya secara efektif dan hemat
(Samani, Dkk, 2013).
C. Internalisasi, transpormasi, dan implementasi nilai-nilai karakter dilingkungan sekolah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang wujudkan dalam sikap dan perilaku. (Tim Redaksi KBBI, 1989). Jadi internalisasi bisa kita artikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian.
Berdasarkan rumusan ini dapat disimpulkan bahwa internalisasi adalah proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realita pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial, dan lain-lain. Pemahaman atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. Proses pemasukan nilai ini dilakukan dalam bentuk perlakuan baik berupa
4
pemberitahuan lisan dan tulisan, pembiasaan, keteladanan, penegakan peraturan, maupun dalam bentuk pemotivasian.
Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transpormasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone, dkk (dalam Nurdin, dkk, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne, dkk (dalam Nurdin, dkk, 2004) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin, dkk, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin, dkk, 2002) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.” Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik, ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, sebagaimana diungkapkan Muhaimin, (1996) yaitu:
1. Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh
2. Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
3. Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental
5
dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.
Jadi dikaitkan dengan perkembangan manusia, proses internalisasi harus berjalan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada perolehan atau perubahan diri manusia, termasuk di dalamnya pempribadian makna (nilai) atau implikasi respon terhadap makna.
Nilai-nilai yang di internalisasikan, di transpormasikan dan di implementasikan adalah yang berkaitan dengan ke 16 nilai yang telah pemakalah paparkan di atas, yang muaranya seorang siswa atau warga sekolah mampu menampilkan perilaku yang berkarakter.
Ada beberapa pendekatan yang bisa kita lakukan dalam menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi nilai-nilai ini di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social dalam diri siswa. Menurut pendekatan ini, tujuan pendidikan nilai adalah diterimanya nilai-nilai social tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai social yang diinginkan. Menurut pendekatan ini, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negative, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach)
Dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusa-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat sebagai perkembangan tingkat berfikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih tinggi.
6
3. Pendekatan analisis nilai (Values analysis approach)
Pendekatan analisis nilai memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berfikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai social. Pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai social.
4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)
Pendekatan klarifikasi nilai member penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Menurut pendekatan ini, tujuan pendidikan karakter ada tiga; membantu siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, dan membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.
5. Pendekatan pembelajaran berbuat (Action learning approach)
Pendekatan pembelajaran berbuat menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. (Prasetyo, dkk, 2012).
Dalam hala ini seorang guru harus benar-benar memahami kondisi efektif yang ada pada pada setiap peserta didiknya. Guru yang hendak mengembangkan nilai-nilai karakter dituntut bisa membaca sikap dan kepribadian peserta didik maupun guru itu sendiri secara tepat.
Proses internalisasi pendidikan karakter disekolah tidak dapat dilakukan secara instan, namun secara bertahap sedikit demi sedikit, dan dilakukan secara terus menerus atau secara berkelanjutan. Dalam menginternalisasikan pendidikan karakter di sekolah-sekolah dapat dilakukan berbagai cara tergantung dari sekolah tersebut dalam megemasnya.
Majid (2012) menawarkan model dalam mengiternalisasikan nilai karakter yang pemakalah jelaskan di atas dengan model TADZKIRAH, yaitu Sebuah model untuk mengantarkan murid agar senantiasa memupuk, memelihara dan menumbuhkan rasa keimanan yang telah diilhamkan oleh Allah. Adapun makna Tadzkirah ialah:
7
1. Tunjukan Teladan
Keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta model kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita. Maka dengan menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaik-baikkan.
2. Arahan (berikan bimbingan)
Bimbingan dan latihan dilakukan secara bertahap dengan melihat kemampuan yang dimiliki anak untuk kemudian di tingkatkan perlahan-lahan. Bimbingan akan tepat apabila disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan dan minat. Bimbingan dengan memberikan nasihat perlu memperhatikan cara-cara sebagai berikut:
1) Cara memberikan nasihat lebih penting dibandingkan isi atau pesan nasihat yang akan disampaikan.
2) Memelihara hubungan baik antara orang tua dengan anak, guru dengan murid, karena nasihat akan mudah diterima bila hubungannya baik.
3) Memberikan nasihat seperlunya dan jangan berlebihan.
4) Berikan dorongan agar anak bertanggung jawab dan dapat menjalankan isi nasihat.
3. Dorongan
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan kegiatan mencapai tujuan. Dorongan harus senantiasa diberikan kepada anak yang ada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan agar tidak lekas merasa bersalah, rendah diri bahkan frustasi ketika menuai hambatan dan kegagalan.
8
4. Zakiyah (murni, suci dan bersih)
Orang Islam mengukur keutamaan, makna atau keabsahan gagasan dan tindakan dari sejauhmana keduanya memproses penyucian diri. Dalam hal ini gurur agama Islam yang mempunyai fungsi dan peran cukup signifikasn, dituntut untuk senantiasa memasukkan nilai-nilai batiniyah kepada anak dalam proses pembelajaran.
5. Kontinuitas (sebuah proses pembiasaan dalam belajar, bersikap dan berbuat)
Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan. Dengan demikian, kebiasaan yang dipergunakan oleh Al-Qur’an tidak terbatas hanya kebiasaan yang baik dalam bentuk perbuatan melainkan juga dalam bentuk perasaan dan pikiran.
Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan teladan, bukan pada tataran teoritis. Memang untuk mengajarkan anak bersikap seorang guru perlu memberikan pengetahuan sebagai landasan. Akan tetapi, proses pemberian pengetahuan ini harus di tindaklanjuti dengan contoh.
6. Ingatkan
Kegiatan mengingat memiliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan. Ketika kita ingat sesuatu, maka ia akan mengingatkan pula pada rangkaian-rangkaian yang terkait dengannya. Ingatan bisa muncul karena kita mempunyai keinginan, kepentingan, harapan, dan kerinduan terhadap apa yang kita ingat. Kegiatan mengingat juga bisa memicu ide-ide dan kreativitas baru.
9
7. Repetition (pengulangan)
Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulangkali sehingga anak menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apapun perlu dilakukan secara berulang, sehingga mudah dipahami oleh anak. Fungsi utama dari pengulangan adalah untuk memastikan bahwa siswa memahami persyaratan-persyaratan kemampuan untuk suatu mata pelajaran. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengulangan, diantaranya:
1) Pengulangan harus mengikuti pemahaman apa yang ingin dicapai dan dapat mempertinggi pencapaian pemahaman tersebut.
2) Pengulangan akan lebih efektif jika siswa mempunyai keinginan untuk belajar tentang apa yang akan dilatihkan.
3) Pengulangan harus individual. Latihan harus diorganisasikan sehingga siswa dapat bekerja secara independen pada tingkatannya sendiri berdasarkan kemampuannya masing-masing dalam belajar.
4) Pengulangan harus sistematis dan spesifik.
5) Latihan dan pengulangan harus mengandung latihan-latihan untuk beberapa kemampuan.
6) Pengulangan harus diorganisasikan, sehingga guru dan siswa dapat memperoleh umpan baik dengan cepat.
8. Organisasikan
Guru harus mampu mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman yang sudah diperoleh siswa di luar sekolah dengan pengalaman belajar yang berikutnya.pengorganisasian yang sistematis dapat membantu guru untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan informasi secara tepat. Informasi
10
tersebut kemudian dijadikan sebagai umpan balik untuk kegiatan belajar yang sedang dilaksanakan.
Dalam program perancangan dan pelaksanaan pembelajaran diikuti langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip didaktik, antara lain, dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks, dari kongkrit ke abstrak.
9. Heart (hati)
Kekuatan spiritual terletak pada kelurusan dan kebersihan hati nurani, roh, pikiran, jiwa, dan emosi. Bahan bakar motif yang paling kuat adalah nilai-nilai, doktrin dan ideologi. Dengan demikian, maka guru harus mampu mendidik murid dengan menyertakan nilai-nilai spiritual. Guru harus mampu membangkitkan dan membimbing kekuatan spiritual yang sudah ada pada muridnya, sehingga hatinya akan tetap bening.
Dengan beberapa penjelasan diatas, maka dapat kita pahami bahwa unutuk menerapkan ke 16 nilai karakter yang pemakalah jelaskan di atas, di warga sekolah mesti mempunyai metode-metode, dan pendekatan-pendekatan yang tepat yang telah disepakati terlebih dahulu untuk dilakukan oleh warga sekolah semuanya, minsalnya: metode apa?, prosesnya bagaimana?, dan tujuan akhir yang diharapkan seperti apa?. Ini mesti didudukan “bolanya” terlebih dahulu, sehingga teraplikasinya nilai-nilai tersebut di atas dilingkungan sekolah.
D. Internalisasi, transpormasi, dan implementasi nilai-nilai karakter dilingkungan keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat merupakan sekolah pertama bagi seorang anak sebelum ia menempuh pendidikan di lembaga-lebaga yang formal. Oleh karena itu peran keluarga dan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai karakter seperti kerajinan, kedisiplinan, ketaqwaan, keyakinan, keimanan dan nilai lainya yang telah pemakalah paparkan di atas sangat menentukan. Keberhasilan peseta didik berubah menjadi pribadi
11
yang berpendidikan dan berkarakter bukan semata-mata di tentukan oleh guru disekolah, melainkan juga orang tua dan masyarakat.
Agar internalisasi, transpormasi, dan implementasi pendidikan berkarakter dalam keluarga menjadi optimal diperlukan penanaman nilai oleh orang tua. Secara umum ada 18 nilai yang dekeluarkan oleh kemndiknas, dan khususnya untuk ke 16 nilai karakter yang pemakalah jelaskan di atas, ini akan bermakna atau menjadi optimal bila ada teladan yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Oleh karena itu, tidak cukup dalam bentuk kata dan kalimat tetapi orang tua harus mampu menghadirkan suasana dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama atau nilai-nilai yang akan diterapkan.
Adapun beberpa hal yang bisa kita lakukan dalam menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga dan masyarakat sebgai berikut:
a) Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
b) Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
c) Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas-tugas rumah
d) Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang-barang yang dimilikinya
e) Membiasakan dan mendampingi anak belajar / mengulang pejaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
f) Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
g) Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
h) Menerapkan pelaksanaan ibadah sholat sendiri dan berjamaah
i) Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
j) Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
k) Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
l) Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
Hal yang di jelaskan di atas akan terlaksan dengan baik, apabila orang tua menteladani kebiasaan tersebut di lingkungan keluarganya.
Menurut Philips, keluarga hendaknya menjadi school of love atau tempat belajar yang penuh cinta dan kasih sayang. Menurut gunadi, ada tiga peran utama yang dilakukan oleh orang tua dalam rangka mengembangkan karakter anak, yaitu:
12
1. Mencitpakan suasana yang hangat dan tenteram dalam keluarga. Tanpa suasana yang kondusif, maka anak akan sulit untuk belajar dan pertumbuhan jiwanya pun akan terhembat. Apabila dalam keluarga dipenuhi dengan ketakutan dan ketegangan, keluarga tak lebih dari wadah yang buruk untuk perkembangan karakter anak.
2. Orang tua menjadikan dirinya sebagai sosok teladan bagi si anak. Anak akan lebih banyak belajar dari apa yang dia lihat. Karakter teladan dari orang tua yang secara langsung diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang akan diserap oleh anak.
3. Selain mendemonstrasikan karakter kepada anak, orang tua juga harus aktif mendidik anak karakter yang baik dan menanamkan disiplin diri agar nilai-nilai karakter yang ditanamkan berhasil dengan baik.
Dari uraian di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama yang menjadi dasar bagi penginternalisasian, pentranspormasian, dan pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter kepada manusia (anak). Penanaman karakter yang baik secara intens kepada anak melalui keluarga sedini mungkin, akan membentuk anak menjadi pribadi yang dewasa dan berkarakter mulia yang menjadi generasi harapan bangsa. Oleh karena itu, mari kita membudayakan pendidikan karakter dalam keluarga kita, dari sekarang!
Selain sekolah dan keluarga, masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan family “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak . Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Adapun perilaku yang dapat diterapkan masyarakat dalam menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi nilai nilai karakter ke pada anak bangsa, adalah sebagai berikut:
a) Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
b) Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum
c) Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
13
Dengan adanya faktor lingkungan yang terbiasa dengan pembiasaan-pembiasaan nilai-nilai karakter yang baik, maka anak akan terbiasa dengan lingkungan tersebut yang mengakibatkan anak memiliki karakter yang terbiasa mereka lihat dan lakukan di linkungan masyarakat.
E. Internalisasi, transpormasi, dan implementasi nilai-nilai karakter dilingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sedarmayati (2001), menjelaskan bahwa lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya, baik sebgai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Lingkungan kerja berperan aktif dalam internalisasi, transpormasi, dan implementasi nilai-nilai karakter. Tantangan yang dihadapi aparatur negara cukup memperhatikan terutama karena masih ada pemimpin dan aparatur negara yang mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya kerja. Karena itu perlu dikembangkan budaya kerja aparatur demi terwujudnya kesejahteraan dan pelayanan masyarakat secara baik dan benar. Budaya kerja paratur meningkatkan efisiensi, disiplin penghematan, dan kesederhanaan hidup, yang semuanya diarahkan kepada pemerintah yang baik (Good Governance) dan pemerintah yang bersih (Good Goverment).
Dalam menginternalisasikan, mentranspormasikan, dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter dalam lingkungan kerja atau pun perkantoran setiap pegawai untuk selalu mengedapankan ke 16 nilai-nilai karakter yang pemakalah jelaskan di atas dalam setiap pekerjaan bukan saja dengan ucapan tetapi bagaimana menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi ke 16 nilai ini dengan mengamalkannya menjadi kesadaran dan terpatri ataupun terbiasa dalam kehidupan dan dapat menjadi sebuah kebiasan di manapun kita berada. Sesungguhnya kita hidup di dunia ini harus memelihra nilai-nilai karakter minimal nilai-nilai karakter yang pemakalah jelaskan di atas, maka kedamaian akan dapat dirasakan oleh umat manusia. Orang-orang yang selalu memelihara nilai-nilai karakter dan selalu membiasakan sikap-sikap yang terdapat di dalam nilai-nilai karakter tersebut di dalam setiap tindakan dan ucapan, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan di akhirat.
14
Keberhasilan menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi nilai-nilai karakter di lingkungan kerja dapat dilihat dari peningkatan tanggung jawab, peningkatan kedisiplinan dan kepatuhan pada norma/aturan, terjalinnya komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan semua tingkatan, peningkatan partisipasi dan kepedulian, peningkatan kesempatan untuk pemecahan masalah serta berkurangnya tingkat kemangkiran dan keluhan.
Untuk mengiternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasi nilai nilai karakter di lingkungan kerja, kita ambil sebagai contohnya di sebuah perusahan jika ingin menginternalisasi, mentranspormasi, dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter harus memiliki budya kerja di dalam perusaan tersebut. Kita memahami bahwa budaya adalah Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut.
Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk dianut dan dilestarikan bersama. Perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dll. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan terdiri dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda.
Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah mereka yang beragam tadi bersama mencapai satu tujuan perusahaan dengan cara saling memahami, membantu, dan mengerti satu sama lain?
Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan dianut oleh setiap komponen perusahaan.
Keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun unsur-unsur tadi menjadi belum maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai, dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja sekarang.
15
Budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya. Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah terjadi, maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu mengakomodasi perubahan dalam perusahaan ke arah yang positif.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan dunia yang sukses adalah perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat. Terlepas dari nilai-nilai positif dan luhur yang terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud budaya kerja yang kuat adalah seluruh komponen perusahaan mengamalkan nilai atau norma yang telah ditetapkan bersama sebagai sebuah budaya dengan komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali.
Namun ketiadaan kata atau kalimat yang menegaskan mengenai budaya yang dianut perusahaan, menyulitkan para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk itu perlu adanya sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya perusahaan yang mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian spesifik mengenai tujuan perusahaan, dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha-usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki peranan penting dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan. Jadi sudah saatnya Anda menetapkan komitmen terhadap penerapan budaya perusahaan. Budaya yang diterapkan tidak lepas dari nilai-nilai karakter yang akan kita internalisasikan, transpormasikan, dan implemntasikan ke dalam diri kita dan individu yang berada di lingkungan kerja kita.
16
F. Kesimpulan
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.
Untuk itu perlunya upaya-upaya konkrit yang harus segera dilakukan melalui pendidikan agar anak bangsa kita tidak semakin terpuruk oleh kepribadian yang semu yang selama ini membelenggu bahkan sudah membentuk karakter mereka dan upaya ini hendaknya di mulai dari diri orang tua (keluarga), pendidik (sekolah), masyarakat (lingkungan tempat tinggal dan pemerintah) bahkan tempat kita kerja itu sendiri dalam hal ini harus ada niat ikhlas dan bertekad mengubah pola asuh dan perilaku diri sebab inilah modal dalam mengubah perilaku anak bangsa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Widya Aksara Fress, 2014).
http://www.wikipendidikan.com/2016/03/peran-keluarga-dalam-internalisasi-nilai-nilai-pendidikan-karakter.html. Di Akses, Minggu 12 November 2017, Pukul 09.30 Wib.
http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html. Di Akses, Minggu 12 November 2017, Pukul 10.45 Wib.
https://badriah27.wordpress.com/2012/11/07/budaya-kerja-etos-kerja/. Di Akses, Minggu 12 November 2017, Pukul 11.00 Wib.
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam pembelajaran pendidikan Agama), Surabaya: Citra Media, 1996.
Majid, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2012.
Prasetyo, dkk, Konsep, Urgensi dan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, 2012.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991).
0 comments :