Media Pembelajaran dan Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar
Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru Klik Link Dibawah ini :
https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos
Wawasan Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang Kerja Keras dan Kreatif
A. Latar Belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang memiliki makna yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras. Tanpa adanya unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja keras akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai cita-citanya. Tidak mudah putus semangat apabila dalam melakukan pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Untuk itu kita harus smengembangkan sikap kreatif, kita perlu mengenali apa saja aral kreativitas. Ada berbagai jenis aral kreativitas (creativity blocks). Yang sifatnya internal misalnya aral pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasional, dan kebiasaan. Yang bersifat eksternal misalnya aral sosial, organisasi, dan kepemimpinan.
Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untuk membahas bagaimana halnya kerja keras dan kreatif dalam kehidupan.
B. Kerja Keras dan Kreatif dalam pandangan Islam
1. Kerja keras
a. Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
2
•
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dari ayat diatas bisa kita petik kesimpulan bahwa hendaknya kita dapat hidup seimbang, dengan mengutamakan kebahagian akhirat sebagai misi kita dalam bekerja, dan juga merengkuh kehidupan dunia serta kenikmatanya sesuai dengan ridha Allah, sebagai bekal kita untuk kehidupan akhirat kelak. Maka dari itu sebagai manusia kita hrus memamfaatkan waktu kita sebaik mungkin dengan kesadaran penuh bahwa usia dan kehidupan kita itu ada akhirnya, dan mencari akhir yang baik (khusnul khotimah) adalah kuncinya.
Dengan demikian, kita harus memilik sikap kerja keras dalam diri kita dan itu dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing yang dilandasi dengan ke taqwaan kepada Allah SWT.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya:
3
“ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah ayat 105 yang artinya:
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras. Beliau menegaskan
4
bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِ ي قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ
يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَ يَدَيْهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ )رواه البخارى (
Artinya: Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya:
•
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi dari sabda dan firman Allah diatas bisa kita petik hikmahnya bahwa umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi
5
keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنََّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ لآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”.
6
Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan berikut:
a) Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran Islam
b) Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang tulus
c) Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
b. Hikmah Bekerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak hikmah dan manfaatnya, baik rohani maupun jasmani, baik bagi orang yang bekerja keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
2. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
4. Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5. Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6. Mampu hidup layak.
7. Sukses meraih cita-cita
8. Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari ibadah.
c. Membiasakan perilaku kerja keras
Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
7
2. Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3. Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
4. Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta. (Ibrahim dan Darsono, 2009).
2. Kreatif
Kreatif berasal dari bahasa inggiris “create” artinnya yang menciptakan sesuatu atau membuat. Sedangkan menurut istilah kreatif berarti suatu sikap yang selalu ingin berusaha membuat atau menciptakan sesuatu yang baru yang memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam perspektif Islam kreatif di artikan sebagai kesadaran keimanan seseorang untuk menggunakan daya dan kemampuan yang dimiliki sebagai wujudsykur atas nikmat Allah guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kepada Allah. (Anaz Azwar, 2007).
Di dalam alqur’an ada ayat yang berkaitan sebagai dasar untuk bersikap kreatif pada surat an-Nahl ayat 17 :
Artinya: Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. AN-Nahl: 17). (Departemen Agama, 1978).
Munandar (1997: 37) mendefinisikan kreativitas merupakan proses yang aktif, yang menuntut pelibatan diri dan inisiatif. Hampir sama dengan pendapat Munandar di atas, yaitu Hariwijaya (2009: 55) mendefinisikan istilah kreativitas mengacu pada proses mental yang membawa kepada solusi-solusi, ide-ide, konsep-konsep, bentuk-bentuk artistik, teori-teori dan produk-produk yang unik dan hal yang baru. Orang kreatif adalah orang yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap segala sesuatu. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru
8
dan menemukan cara baru dalam kegiatannya adalah orang kreatif (Munandar, 1997: 32). Seorang pelukis yang mampu melihat keindahan baru dalam lukisannya adalah orang kreatif (Hariwijaya, 2009: 52). Seorang istri yang mampu membuat masakan baru untuk suaminya adalah istri yang kreatif, dan seorang mahasiswa yang mampu menampilkan sesuatu yang berbeda dengan teman-temannya berarti juga termasuk dalam kategori mahasiswa kreatif. Kreatifitas memilik wujud dari aspek kognitif seperti kemampuan pengetahuan pemahaman, analisis, sintesis, semua hal tersebut merupakan hasil dari aspek kognitif tersebut.
Dari pandangan di atas, rupanya sudah dijelaskan secara mendetail di dalam al Qur’an sebagaimana dikutip oleh ahli-ahli agama Islam seperti Quraish Shihab (Nashori & Mucharram, 2002: 36) yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk unik (khalqan akhar). “….Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’min [23]: 12-14).
Adapun penyebab kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi oleh kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat atau lingkungannya (Nashori & Mucharram, 2002).
Berkenaan dengan kebiasaan berpikir tertib, agama dipandang oleh sementara orang mempunyai peranan terhadap rendahnya kreativitas manusia. Agama dipandang sangat menekankan ketaatan seseorang kepada norma-norma. Sehingga, karena kebiasaan berpikir dan bertindak berdasarkan norma-norma itulah semangat atau niatan untuk berkreasi menjadi terhambat. Pandangan ini dinilai oleh pendapat lain sebagai pandangan yang tidak mengenal esensi agama. Menurut pendapat terakhir ini, agama diciptakan Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam misalnya, dilahirkan agar menjadi petunjuk bagi alam semesta
9
(rahmatan lil ‘alamin). Mereka mengakui bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma itu bukan berarti membatasi kreativitas manusia. Agama justru yang mendorong manusia untuk berpikir dan bertindak kreatif (Nashori & Mucharram, 2002). Oleh karenanya maka Allah swt selalu mendorong manusia untuk berpikir.
" Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (QS. Al Baqarah : 219).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam hal kekreativitasan memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di sini, dalam al Qur’an sendiri pun tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif (Madhi, 2009: 16). Dalam agama Islam dikatakan bahwa Tuhan hanya akan mengubah nasib manusia jika manusia mau melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra’du : 11).
Islam sebagai sebuah keyakinan yang bersumber dari al Qur’an dan al Hadits dianggap oleh beberapa kalangan sebagai agama yang tradisional, terbelakang, dan kaku. Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan pemikir barat yang tidak mengetahui perkembangan sejarah Islam. Jika kita melihat pada masa silam, Islam banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang tidak hanya sekedar memiliki inteligensi
10
tinggi, tapi juga memiliki kreativitas yang tinggi. Sebut saja Ibnu Sina, Salman al Farisi, dan para sahabat lain yang menggunakan pemikiran kreatifnya dalam mengembangkan pengetahuan di bidang mereka masing-masing (Utami, dkk., 2009: 6).
Di kalangan umat pada masa kini, juga terdapat pemikir-pemikir atau ilmuwan kreatif dalam bidangnya masing-masing. Seperti Yusuf Qordhawi, Muhammad al Ghazali, Muhammad Naquib al Attas, Ismail Raji al Faruqi, Seyyed Hossein Nasr, dan yang lainnya. Sementara untuk yang di Indonesia, kita bisa mengambil contoh seperti Nur Cholis Madjid, Quraish Shihab, Amien Rais, Abdurrahman Wachid (Gus Dur), Jalaludin Rakhmat, dan sebagainya (Nashori & Mucharram, 2002: 98).
Kreativitas dalam Islam (Faruq 2006; Utami dkk., 2009: 6) tidak sama dengan kreativitas dalam musik, seni, ataupun semacamnya yang bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Dikatakan bahwa ada dua hal dalam Islam yang termasuk dalam kreativitas, yaitu bid’ah dan ijtihad. Pertama, konsep mengenai bid’ah—tentu yang dimaksud di sini adalah bid’ah hasanah. Konsep bid’ah di sini bukanlah menciptakan sesuatu yang baru dan bertentangan dengan ajaran Sunnah, melainkan sebuah konsep bid’ah yang dipandang sebagai sebuah inovasi atau biasa di sebut dengan finding something new. Semakin majunya teknologi, misalnya, inovasi muncul seperti menciptakan komputer, mobil yang bisa terbang, atau sepeda yang bisa dikayuh di dalam air. inovasi lain yang muncul seperti inkator kreatif: selalu ingin tahu, selalu ingin yang baru, berani ambil resiko, semangat yang membara agar kita sukses.
Kemudian proses kreatif dalam Islam yang kedua yaitu ijtihad. Di dalam bid’ah terdapat suatu inovasi baru yang harus diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah ini menjadi bagian dari konsep ijtihad. Konsep ini dijelaskan sebagai konsep jihad yang etis melalui pengembangan keputusan baik itu individu atau kelompok untuk mencapai solusi yang tepat. Proses ini melibatkan pemikiran analitis nan kritis yang melibatkan disiplin (tidak bertentangan
11
dengan Qur’an dan Hadits) dan pengetahuan diri (inteligensi). Hasil dari ijtihad inilah yang kemudian nanti disebut dengan produk kreativitas itu sendiri.
Sebuah usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kreativitas. Dengan demikian, maka agama Islam sangat mendukung dan mendorong pengembangan kreativitas umatnya. Dan tentunya, hal inilah yang dimaksudkan dengan kreativitas dalam perspektif Islam.
a. Menumbuhkan Sikap Kreatif
Sifat kreatif merupakan salah satu sifat terpuji dan bahkan dianjurkan oleh ajaran Islam karena sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang. Orang Islam juga dituntut untuk mempunyai kreativitas dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rogers (dalam Utami Munandar, 2009:18) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kreativitas dapat dirumuskan sebagai suatu proses aktivitas kognitif seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa karya baru maupun karya kombinasi yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya. Pada kenyataannya, orang-orang kreatif lebih berpikir secara divergen tanpa terikat pendapat umum lainnya. Dasar inilah yang membuat seorang ilmuan Roger W Sperry dari California Institute of Technology pada tahun 1960an memperkenalkan perbedaan antara ortak kanan dan kiri. Otak kiri digunakan untuk berfikir konvergen dan otak kanan untuk divergen. Dengan demikian, kreativitas dapat dikembangkan, khususnya sejak dini pada masa kanak-kanak.
Langkah awal yang harus dilakukan orang tua adalah menerima dan menghargai semua keunikan anak. Anak yag kreatif
12
juga didukung dari suasana keluarga yang memberi kebebasan pada anak. Selain itu, orang tua juga harus selalu mendorong anak untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginannya.
Perlu diingat pula, anak yang kreatif biasanya juga tumbuh dari jiwa orang tua yang kreatif yang selalu mengajak anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru seperti memasak, jalan-jalan kemuseum, memperbaiki mainan, dan membuat barang kerajinan tangan.
Manusia merupakan makhluk sosialis – dinamis yang hidupnya selalu di hadapkan dengan perubahan – perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan masyarakat, tidak ada satupun di ala mini yang mengalami stagnasi (kemandekan), semua diciptakan Allah sesuai dengan sunnah-Nya yaitu perubahan, yang tidak berubah hanyalah dzat Allah, untuk menyikapi perubahan itu manusia harus bersikap kreatif dan dinamis. Misalnya Seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajarnya supaya ilmunya bertambah. (Anaz Azwar, 2007).
C. Kesimpulan
Kerja keras merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam prose pendidikan. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam. Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari bebrapa sifat-sifat atau akhlak terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw. Yang perlu kita teladani.
Sedangkan kreativitas bisa dimiliki oleh siapa saja. Penulis dalam hal ini sepakat dengan pendapat Nashori & Muharram dan Utami dkk. yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi yang asli dan benar-benar baru, baik itu berupa produk atau bukan dan bisa jadi hal ini adalah anugerah yang diberikan Sang Kholiq, Allah swt
13
kepada hamba-Nya yang benar-benar mau memikirkan (tadzakkur) terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim dan Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak. (Solo: 2009).
Anaz Azwar, sifat-sifat Terpuji dalam Islam, (Surya Pustaka : Surabaya, 2007).
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, Yayasan Penyelenggara Penterjemah /Penafsiran Al-Qur’an, Departemen Agama RI. (Jakarta, 1978).
Diana, R. 1999. Hubungan Antara Religiusitas dan Kreativitas Siswa SMU, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi PSIKOLOGIKA, No. 7, Volume III.
Hariwijaya. 2009. How to Success; Strategi Mengembangkan Diri Untuk Meraih Kesusksesan. Yogyakarta: Tugupublisher.
Hughes, Richard L., Robert C. Ginnet., & Gordon J. Curphy. 1999. Leadership: Enhancing the Lessons of Experience. 3rd ed. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
0 comments :