Monday, January 22, 2018

KARAKTER KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

OKE MHD AMIN     January 22, 2018    

KARAKTER DARI KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dunia. Rasulullah Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali menerapkan Islam secara total. Ia mendapat bimbingan dan pengarahan langsung dari Allah melalui wahyu-Nya. Makà, tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui dan memahami Islam selain Rasulullah Muhammad SAW. Karena itu beliaulah satu-satunya yang pantas menjadi teladan dan panutan orang-orang yang mengharap rahmat Allah pada hari akhir serta bagi mereka yang ingin melaksanakan kewajiban Islamnya dengan benar. Dialah Rasulullah, Nabi Muhammad saw yang menjadi tokoh inspirasi dalam banyak hal dan multi-ahli. Allah swt berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 21,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ه اللَِّ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو ه اللََّ وَالْيَوْمَ الْْخِرَ وَذَكَرَ ه اللََّ كَثِيرًا

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab ayat 21)

Pakar tafsir, Az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan 2 kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasulullah itu. Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama. Siddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathanah (cerdas) merupakan sifat-sifat utama kerasulan yang beliau miliki.

Penanaman pendidikan karakter (akhlaq) tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman karekter (akhlaq) perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan social maupun lingkungan (exposure) media massa.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Tipe Kepemimpinan Nabi Muhammad saw.

Allah memerintahkan pada manusia, khususnya orang-orang yang beriman, agar taat dan patuh kepada Rasulullah saw. Ketaatan dan kepatuhan pada beliau sebagai manusia pilihan Allah SWT. merupakan perwujudan kepemimpinan Allah SWT. secara nyata di muka bumi ini. Kepribadiannya sebagai pemimpin di dalam pola pikir, bersikap dan berperilaku, merupakan pancaran isi kandungan al-Quran sehingga sepatutnya diteladani. Untuk itu bukan beliau yang memerintahkan atau menganjurkan agar mengambil suri teladan dari perkataan, perbuatan dan diamnya, tetapi justru datangnya dari Allah SWT.

Derajat kepemimpinan beliau sebagai perwujudan kepemimpinan spriritual Allah SWT., jauh berbeda dengan kepemimpinan manusia biasa meskipun kedudukannya sebagai kepala negara yang ada di dunia ini.

1. Karakteristik Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

Dalam suatu telaah terhadap seratus tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad Saw diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari berbagai perspektif, misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat. Kesuksesan beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain kemampuan sebagai leader dan manajer yang menambah keyakinan akan kebenaran Rasul.

Umat Islam memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai pembawa agama terakhir (Rasul) – yang sering disebut orang sebagai pemimpin spiritual, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia.2 Peran yang sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw., sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya. Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).

3

Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu Allah SWT. memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan perilakunya, maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa’:64

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِ ه لَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ ه اللَِّ وَلَوْ أَنههُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْ تَغْفَرُوا ه اللََّ

وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ ال ه رسُولُ لَوَجَدُوا ه اللََّ تَ ه وابًا رَحِيمًا

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. An-Nisa:64).

Firman Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT juga menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia ini dari dahulu sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati dengan izin (perintah) Allah karean tugas risalah mereka adalah sama yaitu untuk menujukan umat manusia kejalan yang benar dan kebahgiaan hidup didunia dan akhirat.

Diterangkan pula dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad senantiasa menganjurkan setiap orang untuk mentaati pemimpinya, selama mereka tidak menyuruh berbuat maksiat dan kemungkaran terhadap Allah.

مُحَ ه مدُ بْنُ جَعْفَرٍ ق الََّ حَ ه دثَنَا شُعْبَة عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ سَمِعَ أَبَا عَلْقَمَة سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَة عَنْ

النهبِ ي صَلهى ه اللَّ عَلَيْهِ وَسَلهمَ نَحْوَ حَدِيثِهِمْ و حَ ه دثَنَا مُحَ ه مدُ بْنُ رَافِعٍ حَ ه دثَنَا عَبْدُ ال ه ر ه زاقِ حَ ه دثَنَا مَعْمَرٌ

عَ نْ هَ ه مامِ بْنِ مُنَب هٍ

Artinya: “Dari Abi Hurairah dari rasulullah sesungguhnya telah berkata : dia yang tat kepadaku berarti mentaati Allah dan dia yang tidak patuh padaku berarti tidak mentaati Allah. Dan dia yang mentaati Amir berarti mentaati Aku, dan yang tidak mentaati Amir berarti tidak mematuhi aku” (HR. Muslim)

Baik dari surat An-Nisa’ ayat 64 maupun hadits diatas menerangkan bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus disandarkan pada izin Allah,

4

ini berarti setiap ketaatan orang pada pemimpinya, rakyat pada pemerintah dan anak pad orang tua semata-mata karena izin Allah.

Selanjutnya di bawah ini akan diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat dan harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw. yaitu:

a) Kepribadian yang Tangguh

Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang sangat kuat baik pada masa kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya menunjukkan sikap yang sangat kuat teguh pendirian (istiqamah). Sejak pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian itulah yang menjadi dasar atau landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang kokoh dan kuat.

b) Kepribadian dan Akhlak Terpuji.

Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Bertolak dari sini dapat dikatakan bahwa Rasul (termasuk Muhammad) pasti tidak memiliki sifat-sifat sebaliknya, yang disebut sifat-sifat mustahil – sifat dimaksud yakni kiz’b, khiyanah, kitman dan baladah. Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz, yakni sifat-sifat kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau martabat beliau sebagai utusan Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul tidak dapat menghindar dari ujian dan cobaan Allah SWT. seperti rasa sedih, sabar, dan tabah.

Dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi saw berkaitan dengan pendidikan akhlak Nabi, beliau sendiri menegaskan dalam salah satu hadits yang sudah dikenal luas dikalangan pengikutnya :

قال رسول اللَّ صلعم انما بعثت لَّ تمم صالح الَّخلاق

Artinya: “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R.Ahmad)

Dari poin ini dapat dipahami bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan pengembangan sistem akidah, ubudiyah dan muamalah yang berorientasi pada akhlakul karimah.

5

c) Kepribadian yang Sederhana

Beliau mengajarkan pada umatnya untuk hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Ini bukan berarti beliau mengerjakan kemiskinan pada manusia, tetapi beliau menyuruh umat Islam untuk selalu tampil sederhana dengan melakukan sedekah pada orang lain dan saling membantu. Sikap hidup sederhana Nabi Muhammad saw. beliau tunjukkan dalam hidup sehari-harinya. Entah dalam keadaan damai ataupun perang di antara para pengikutnya atau di antara orangorang kafir dan musuh-musuhnya, Nabi Muhammad saw. Selalu menjadi teladan. Beliau memperlakukan orang dengan penuh kesopanan dalam semua kesempatan. Setelah memperoleh kemenangan beliau lebih sederhana, peramah dan pemurah hati, bahkan memberikan maaf dan pengampunan pada musuh-musuhnya.

Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. berjalan di atas nilai-nilai Islam yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan semangat juang untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak selain beroleh bantuan Allah SWT.

2. Tipe kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dalam Pendidikan.

Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dijalankan dengan kerelaan dan ketulusan hati demi kaumnya dan seluruh umat manusia. Kepemimpinan itu tidak sekedar dilaksanakan dalam suasana damai atau setelah umat Islam mengalami kejayaan, tetapi juga pada saat berhadapan dengan masyarakat jahiliyah yang kejam dan bengis bahkan pada saat-saat menyerang atau diserang dalam peperangan dengan orang-orang kafir.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan Nabi Muhammad saw. pada dasarnya bersifat situasional. Dalam situasi yang berbeda-beda beliau selalu menampilkan kepemimpinan yang tepat dan bijaksana, karena didasari oleh keagungan kepribadian yang beliau miliki. Dilihat dari teori-teori kepemimpinan sekarang ini berarti kepemimpinan situasional yang beliau jalankan, selalu berubah-ubah tipenya karena harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Tipe-tipe yang dijalankan Nabi Muhammad dimaksud adalah:

a) Kepemimpinan Otoriter

Perwujudan kepemimpinan otoriter Nabi Muhammad saw. tampak dalam sikap beliau ketika menghadapi orang-orang kafir dan dalam memberikan

6

hukuman serta pelaksanaan petunjuk dan tuntutan Allah SWT. lainnya. Aturan yang ada tidak boleh dibantah, jika telah diwahyukan oleh Allah SWT. tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan memberi saran, pendapat kreativitas, dan inisiatif, artinya suatu perintah harus dilaksanakan dan larangan harus ditinggalkan. Wujud ibadah yang tidak dapat ditawar-tawar, misalnya shalat, puasa, zakat, haji. Kesemuanya harus dilaksanakan sesuai ketentuan syariat. Sifat Nabi yang otoriter tampak ketika beliau menyuruh semua orang untuk meninggalkan semua bentuk kemusyrikan dengan cara menanamkan keyakinan dan kepercayaan penuh terhadap Allah SWT.

b) Kepemimpinan Laissez Faire

Dalam menyeru umat manusia terlihat kepemimpinan Nabi Muhammad saw. yang bersifat laissez faire bebas. Beliau tidak memaksa dengan kekerasan, setiap manusia diberi kebebasan memilih agama yang akan dipeluknya. Beliau hanya diperintahkan Allah SWT. untuk menyeru dan memperingatkan keberuntungan bagi yang mendengar dan kerugian bagi yang sombong dan angkuh menolak seruan beliau. Jika ada yang menolak beriman kepadanya, beliau tidak memaksanya namun tetap memberi peringatan kepada mereka. Hal ini senada dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 256:

لََّ إِكْرَاه فِي ال دينِ قَدْ تَبَ يهنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَ ي فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطهاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِا ه للّ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ

بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَ ى لََّ انْفِصَامَ لَهَا وَ ه اللَّ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 256)

c) Kepemimpinan Demokratis.

Kepemimpinan Rasulullah saw. yang bersifat demokratis terlihat pada kecenderungan beliau menyelenggarakan musyawarah, terutama jika menghadapi masalah yang belum ada wahyunya dari Allah SWT., kesediaan beliau sebagai pemimpin untuk mendengarkan pendapat, bukan saja dinyatakan

7

dalam sabdanya, tetapi terlihat dalam praktik kepemimpinannya. Karena dalam musyawarah terdapat tukarmenukar pikiran dan masing-masing orang dapat mengemukakan pendapatnya serta menyimak pendapat orang lain.

Musyawarah seringkali dijadikan indikasi demokrasi. Oleh karena itu musyawarah diperintahkan dalam kitab suci Al-Qur'an yang disepadankan dengan iman atau percaya kepada Allah, menjauhi segala dosa, melaksanakan sholat dan infaq dijalan-Nya sertya berjihad untuk menegakkan kebenaran dan menjujung tinggi kalimat Allah SWT.

Dalam ajaran Islam, musyawarah merupakan salah satu bentuk kegiatan umat yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT. sebab, musyawarah merupakan pengakuan akan keterbatasan manusia terhadap kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya. Anjuran untuk bermusyawarah ditegaskan dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 159, bunyinya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ ه اللَِّ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظ ا غَلِيظَ الْقَلْبِ لََّنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ

وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الَْْمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَ ه كلْ عَلَى ه اللَِّ إِ ه ن ه اللََّ يُحِبُّ الْمُ تَوَ كلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran:159)

B. Sifat-Sifat Wajib Nabi Muhammad Saw Sebagai Karakter Islam

Dalam Islam, suri tauladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang yang selalu terjaga dan dijaga oleh Allah SWT. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW juga terdapat pada diri rasul-rasul lain sebagai penyeru umat. Sifat yang dimaksud dikenal dengan sebutan sifat wajib Rasul. Sifat wajib Rasul merupakan karakter Nabi Muhmmad Saw dalam menjalankan tugasnya sebagi pemimpin umat. Secara rinci sifat-sifat tersebut, yaitu:

8

1. Shidiq (Benar)

Nabi Muhammad saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para pengikutnya. Sewaktu mudanya, semua orang Quraisy menamakannya “shiddiq dan amin”.

Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tasmara mengatakan bahwa: Salah satu dimensi kecerdasan ruhani terletak pada nilai kejujuran yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang yang mulia yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-Nya. Selanjutnya kedudukannya disejajarkan dengan para nabi (shiddiqin nabiyaa) dan dijadikan rujukan untuk menjadi teman dalam meningkatkan kualitas hidup.

Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para pengikutnya. Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya “shidiq” dan “amin”. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Mekkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapa pun yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini dikarenakan, Nabi Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan beliau, agar orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi bermaksud mewujudkan kebenaran dari Allah Swt.

Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw

فَمَنْ اقْتَدَى بِي فَهُوَ مِن ي وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنهتِي فَلَيْسَ مِن ي

Artinya: “Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” (HR. Ahmad)

9

Sebab Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran, seorang uswatun hasanah (teladan yang baik).

2. Amanah (Dapat dipercaya)

Yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT, atau sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya. Arti sesungguhnya dari penyerahan amanah kepada manusia adalah Allah SWT percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah tersebut sesuai dengan keinginan Allah SWT.

Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah dibeli gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab pada amanah, tugas, dan kepercayaan yang diberikan Allah Swt. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah Saw meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.

Firman Allah yang yang berbicara tentang amanah yang diemban oleh setiap manusia terdapat dalam surat An-Nisa ayat 58:

إِنها عَرَضْنَا الَْْمَانَةَ عَلَى ال ه سمَاوَاتِ وَالَْْرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا

وَحَمَلَهَا الِْْنْسَانُ إِنههُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًَّ

Artinya: “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh”. (QS. An-Nisa:58)

Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT walau sekecil apapun. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW memberi bukti bahwa beliau adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan.

Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW begitu kuatnya, hingga apapun yang dilakukannya hanyalah semata-mata berasal dari perintah Allah untuk umatnya. Kemiskinan yang beliau alami adalah sebagai bukti bahwa beliau benar-benar

10

hanya memikirkan tugasnya untuk memimpin umatnya. Beliau tidak pernah takut kemiskinan, karena semenjak menjadi Rasul keseluruhan hidupnya hanya untuk menyebarkan syiar Islam yang telah menjadi amanahnya.

Nabi Muhammad SAW sang penyampai ajaran-ajaran Al-Quran merupakan amanah bagi umatnya. Dari peristiwa ini dapat digaris bawahi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang bertugas membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang benar.

3. Tabligh (Menyampaikan)

Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok aktivitas tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang baik dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman kepada Allah SWT.

Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad SAW ketika berusia 40 tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah. Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukan, sebagai bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia agar hanya menyembah kepada Allah SWT.

Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam firman Allah Swt surat Al-A’raf ayat 158

قُلْ يَا أَيُّهَا النهاسُ إِن ي رَسُولُ ه اللَِّ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الهذِي لَهُ مُ لْكُ ال ه سمَاوَاتِ وَالَْْرْضِ لََّ إِ لَهَ إِ ه لَّ هُوَ يُحْيِي

وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِا ه للِّ وَرَسُولِهِ النهبِ ي الُْْ م ي الهذِي يُؤْمِنُ بِا ه للِّ وَكَلِمَاتِهِ وَاتهبِعُوهُ لَعَ لهكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya:“Katankanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-

11

kalimat-Nya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”( Al-A’raf ayat 158)

Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus beberapa Rasul dari golongan manusia untuk menyampaikan pelajaran kepada umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan.

Uraian di atas semakin jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diutus dan diangkat menjadi pemimpin manusia oleh Allah SWT. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah ada seperti halnya Nabi-nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan). Sunnah Rasulullah SAW bukanlah sesuatu yang dikarang-karang atau diadakan, tetapi murni sebagai pancaran isi kandungan Al-Quran yang merupakan kepribadian beliau. Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Begitulah sifat tabligh Nabi Muhammad SAW yang berarti menyampaikan semua yang berasal dari Allah SWT dalam wujud Al-Quran dan yang berasal dari dirinya sendiri yang disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan yang dihadapi.

4. Fathonah (Cerdas)

Seorang Rasul haruslah cerdik dan bijaksana karena dengan kedua hal tersebutlah ia dapat memimpin dan membimbing umat dengan baik. Fathanah juga diartikan sebagai bijaksana dalam semua sikap, perkataan, dan perbuatannya.

Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya. Di antara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa Islam akan menaklukkan Mekah dan menaklukkan Khaibar. Rasul menggambarkan pada saat tersebut ummat Islam masuk ke Masjidil Haram dengan aman sentausa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala. Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Ummat Islam dan kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya. Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin umat memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan ini tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah SWT. Kecerdasan dibekalkan juga karena

12

beliau mendapat kepercayaan Allah SWT untuk memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai petunjuk yang diambil dari sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada sekolah illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya kecerdasan beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain. Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan. Allah Saw berfirman dalam Qur’an Surat al-Fath, ayat 27:

لَقَدْ صَدَقَ ه اللَُّ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَ ق لَتَدْخُلُ ه ن الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ ه اللَُّ آمِنِينَ مُحَ ل قِينَ

رُءُوسَكُمْ وَ مُقَ صرِينَ لََّ تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا

Artinya:“Sesungguhnaya Allah akan membuktikan kepada Rasulnya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki masjidil haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambutkepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat”.( QS. Al-Fath: 27)

Kita tentu sangat mendambakan hadirnya seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas. Sudah terlalu lama umat Islam berada di belakang kemajuan umat lain khususnya umat islam di Indonesia. Dan untuk menggapai hal tersebut, diperlukan sosok pemimpin yang memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas. Jadi, sudah saatnya umat Islam kembali mempelajari empat karakter utama Rasulullah SAW yang kemudian harus diimplementasikan dalam permasalahan hidupnya.

C. Tugas dan Tanggung jawab Kepemimpinan Nabi Muhammad saw dalam Pendidikan.

1. Kepemimpinan Nabi Muhammad dan mendidik keluarga

Nabi Muhammad saw. berperan sebagai seorang Rasul Allah bertugas menyampaikan risalah, memberi peringatan dan petunjuk kepada manusia agar manusia itu beriman kepada Allah swt. Tugas ini sama artinya Nabi Muhammad saw. menjadi seorang pendidik dan memimpin umatnya, Allah meminta beliau agar membina

13

masyarakat, dengan perintah untuk berdakwah. Sebagai guru beliau memulai pendidikannya kepada anggota keluarga yang terdekat, dilanjutkan pada orang-orang yang berada disekitarnya, termasuk para pemuka Quraisy.

Kegiatan pendidikan Nabi Muhammad pada keluarga termasuk dalam periode dakwah dalam rumah tangga, yang masih bersifat pribadi yaitu dengan cara menyampaikan kepada seorang demi seorang atau lebih dikenal dengan istilah afrad. Rasulullah menerima wahyu ke dua surat al-Mudatsir ayat 7 setelah diangkat menjadi Rasul. Dan orang yang pertama kali menerima pendidikannya yaitu Khadijah isteri beliau, kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib, dan budak beliau Zaid bin Haritsah. Kemudian disusul beberapa orang seperti Abu Bakar al-Siddiq, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Waqash, Abdurahman bin Auf, Tholhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abi Arqam, Fatimah binti Khatab bersama suaminya Sa’ad bin Zaid Al- Adawi dan beberapa pengikutnya dari Suku Qurays inilah yang kemudian disebut Al-Sabiqun Al-Awalun. Mereka inilah yang pertama-tama menerima pendidikan dan pengajaran langsung dari Nabi Muhammad saw.

Pesan-pesan Nabi Muhammad saw. dalam menanamkan pendidikan dan memberi pengajaran kepada keluarganya, terutama terhadap isteri, anak-anak dan kerabat-kerabat dekatnya yaitu keteladanan yang tampak dalam pribadi Rasulullah sebagai seorang suami, seorang ayah dan sebagai sahabat bagi saudaranya. Peran itu beliau tunjukan dalam tugasnya sebagai berikut :

a) Nabi berperan sebagai suami

Dalam mendidik dan memberi pengajaran pada keluarganya terutama kepada para isterinya yang nantinya menjadi Umahatul Mukminin (ibunya orang-orang mukminin). Nabi Muhammad saw. menunjukan sikap yang sangat baik, beliau sebagai seorang suami bagi para istri memperlihatakan kepribadiannya yang tegas, periang (candanya), dan kelembutan pada mereka. Sikap-sikap inilah yang ditanamkan Rasul dalam memimpin para isterinya dengan memberikan pendidikan yang baik. Beliau dengan para isteri selalu bersikap lemah lembut bercanda bersama mereka sopan santun dan sabar terhadap kesalahan-kesalahan mereka, namun kesemuannya ini tidak menghalangi Nabi saw untuk bertindak tegas terhadap mereka pada waktu tertentu, ini dapat diketahui dengan menyimak pendapat bahwa “Tarbiyah tak akan berhasil kecuali menempatkan sopan santun pada tempatnya dan amuk marah juga pada waktunya”.

14

b) Nabi sebagai Seorang Ayah

Nabi Muhammad saw banyak dikaruniai anak perempuan dan hanya anak laki-laki dari isterinya Khadijah, namun itupun meninggal pada waktu masih kecil. Untuk itu yang menjadi tumpuan Nabi Muhammad saw terhadap anaknya tidak lain hanya putri-putrinya. Dalam melaksanakan tugas seorang ayah, beliau memberikan pengajaran kepada anak-anak melalui nasehat dan teladan yang baik. Beliau tidak pernah menunjukan sikap yang berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan dengan lebih megistimewakan dan menganakemaskan anak laki-laki, bagi Nabi mereka adalah sama, sehingga keduannya juga harus mendapat pendidikan dan pengajaran yang sama.

Kelembutan dan kasih sayang Nabi sebagai ayah bagi putri-putrinya dan sebagai bapak bagi anak-anak kecil begitu dirasakan oleh para orang tua yang menjadi teladan dalam mendidik dan mengajar anakanak generasi mereka selanjutnya dengan menanamkan nilai Islami berupa kasih sayang, ketegasan, kesabaran dan sebagainya.

2. Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw Dalam Mendidik Umat

Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa pembinaan awal oleh Nabi saw., dilaksanakan berdasarkan petunjuk dan bimbingan Allah. Muhammad menerima petunjuk (wahyu) dari Allah dan menyampaikan kepada umatnya, kemudian Muhammad memberikan penjelasan tentang maksud dan pengertian wahyu-wahyu Allah yang disampaikan tersebut, dan sekaligus beliau memberikan petunjuk serta teladan bagaimana melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian Muhammad memerintahkan kepada umatnya agar memperhatikan dan meneladani pelaksanaan dan praktek-praktek wahyu-wahyu tersebut, sehingga akhirnya menjadi landasan bagi system kehidupan umatnya.

Dalam menjalankan pembinaan pendidikan dan pengajaran kepada para sahabat, Nabi menggunakan metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru saja diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya, berdialog dan berdiskusi tanya jawab yang berkaitan dengan aqidah atau muamalah serta ibadah. Keberhasilan Nabi dalam mendidik sahabatnya yang nantinya menjadi pengganti dan penerus dalam syiar Islam selanjutnya sebetulnya banyak dipengaruhi faktor-faktor berikut :

15

a. Dasar-dasar ajaran Islam yang rasional dan fitrah mudah ditangkap dan dipahami orang.

b. Sikap dan pribadi Nabi baik sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul.

c. Sikap permusuhan dan tantangan dari kaum Quraisy sendiri merupakan propaganda gratis bagi kemajuan dakwah Islam.

Sebagai seorang pemimpin dalam pendidikan Nabi Muhammad saw. memberikan pendidikan dan mengajarkan segala hal kepada keluarga, sahabat, dan umatnya dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang tepat, sehingga bila dinilai kepemimpinan yang dijalankan Nabi saw. ternyata telah menerapkan prinsip-prinsip leadership modern yang saat ini dikembangkan oleh para pemimpin.

D. Keutamaan Mentaati dan Meneladani Nabi Muhammad SAW

Seluruh detik kehidupan Rasulullah SAW penuh dan sarat dengan teladan mulia dan agung bagi yang mengharapkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun diakhirat nanti. Ternyata terlalu amat banyak dan luas pula keutamaan dan manfaat nyata bila mampu berhasil meniru teladani perihal hidup dan kehidupan beliau. Keutamaan dan manfaat nyata bagi yang mampu meniru dan meneladani beliau. Melalui ayat-ayat Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW dipaparkan pula keutamaan-keutamaan itu, antara lain:

1. Menghantarkan kepada cinta dan ampunan Allah SWT Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 31 Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ ه اللََّ فَاتهبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ ه اللَُّ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ ه اللَُّ غَفُورٌ رَ حِيمٌ

Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. Menjamin hidayah Allah SWT Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’Raf ayat 158 Allah SWT berfirman:

فَآمِنُوا بِا ه للِّ وَرَسُولِهِ النهبِ ي الُْْ م ي الهذِي يُؤْمِنُ بِا ه للِّ وَكَلِمَاتِهِ وَاتهبِعُوهُ لَعَلهكُمْ تَهْتَدُونَ …

Artinya:“... Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.

3. Bersama dengan Nabi Muhammad SAW di dalam surga (HR. Muslim).

قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ ه اللَِّ مَتَى ال ه ساعَةُ قَالَ وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا فَلَمْ يَذْكُرْ كَبِيرًا قَالَ وَلَكِن ي أُحِ بُّ

ه اللََّ وَرَسُولَهُ قَالَ فَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ حَ ه دثَنِيهِ مُحَ ه مدُ

16

“seseorang berkata; 'Ya Rasulullah, kapan terjadi hari kiamat? ' Beliau menjawab: Apa yang telah kamu siapkan? tanpa menyebutkan kalimat; banyak orang itu menjawab; 'Aku hanya mencintai Allah dan Rasul-NYa. Beliau bersabda: "Kamu bersama dengan yang kau cintai."

Meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. tidaklah gampang dan membutuhkan proses yang panjang. Dengan modal cinta dan taat kepadanya, kita akan mampu meneladaninya dalam kehidupan kita sehari-hari. Meneladani beliau secara sempurna jelas tidak mungkin, karena beliau digambarkan sebagai insan kamil (manusia sempurna) yang tidak ada bandingnya. Namun demikian, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meneladani sifat dan perilaku beliau, apa pun hasilnya.

Cara-cara praktis yang dapat dilakukan untuk meneladani Rasulullah SAW di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus menyadari bahwa kita selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Rasulullah SAW yang jelas-jelas tidak memiliki dosa saja selalu memohon ampun (beristighfar) dan bertaubat kepada Allah. Karena itu, jika kita tidak mau bertaubat kepada Allah, berarti kita tidak menyadari sifat kemanusiaan kita dan kita termasuk orang-orang yang sombong.

2. Sedapat mungkin kita harus dapat menjaga amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita selaku manusia. Amanat apa pun yang diberikan kepada kita, harus kita lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi amanat tersebut. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai kita menyimpang dari aturan-aturan yang sudah berlaku sesuai tuntunan Alquran dan sunnah Nabi. Kita harus berusaha menjaga amanat ini sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah berkhianat walau sekali pun.

3. Kita juga harus selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan sifat yang sangat mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan sengaja untuk tidak berbuat jujur dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan hancur. Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di tengah-tengah peradaban manusia yang semakin maju. Orang berusaha untuk mengesahkan perilaku tidak jujur. Seandainya kejujuran ini

17

terpelihara dengan baik, maka para penuntut dan pembela hukum di negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk menerapkan dan mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya, sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur, sehingga seringkali orang yang jujur malah menjadi hancur (akibat disalahkan). Rasulullah selalu berbuat jujur tidak hanya kepada para sahabatnya tetapi juga kepada lawan-lawannya. Dan inilah yang merupakan kunci keberhasilan Rasulullah dalam misi risalah dan kenabiannya.

18

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa: Pembentukan karakter membutuhkan figur/ tauladan. Karakter yang baik tentu haruslah dicontohkan oleh individu-individu yang menpunyai karakter (akhlak) yang baik pula (akhlak mahmudah). Akhlak Rasulullah Muhammad SAW adalah sebaik-baik akhlak manusia yang diciptakan Allah SWT di bumi ini yang patut dijadikan tauladan. Dengan mengetahui dan memahami makna, konsekwensi syahadat rasul yang telah kita ikrarkan, dapat menimbulkan/menambah keyakinan dan keinginan kita untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Meneladani/mengikuti Rasulullah Muhammad SAW, adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditolak ataupun dipungkiri oleh siapapun yang ingin mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat nanti. Pengenalan dan pemahaman terhadap sifat-sifat Rasulallah SAW, berpengaruh dalam menimbulkan rasa cinta kepada Beliau, dan memotifasi kita untuk meneladaninya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI.

Tafsir Al-QuranDan Hadist Online, https://tafsirq.com/

A. al-Syaibani, Muhammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang

Al-Hufiy, A.M. 2000. Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka Setia. Bandung

Faridl, Miftah. 2001. Panduan Hidup Muslim. Bandung: Penerbit Pustaka

Mujib, Ahmad. 2007. Aqidah Akhlak. Yokyakarta: Transwacana

Nata, Abuddin, 1997, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nawawi, Hadari, 1993, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajahmada University press

Praja, Juhaya S, 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia

Sukarno dan Ahmad Supardi, 1983, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa



Untung, Slamet , 2005, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: CV. Pustak Rizky Putra__

0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .