Monday, January 22, 2018

LAPORAN PENELITIAN PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER

OKE MHD AMIN     January 22, 2018    

Media Pembelajaran dan  Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar 

Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru  Klik Link Dibawah ini :

https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos

Wassalam RKC ChannelPERAN KEPALA SEKOLAH  MENINGKATKAN MUTU   PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER  DI SD NO. 010/XI PONDOK AGUNG
KECAMATAN PONDOK TINGGI




LAPORAN

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Semester
Pada Mata Kuliah konsep pendidikan karakter
                                                                    


 
 




           


Oleh :



MUHAMMAD AMIN,S.Pd


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PAI FOKUS KAJIAN PENDIDIKAN KARAKTER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018












ABSTRAK



  Laporan  ini berjudul “Peran Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan Nilai-nilai Karkater di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi.”
   Latar belakang masalah : kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati,S.Pd, dapat meningkatkan prestasi belajar, sekolah bisa maju, peserta didiknya banyak. Tapi kenapa pada kepemimpinan Ibuk Rosda Elita sekolah tersebut menjadi mundur, peserta didiknya selalu berkurang.
              Batasan masalahnya terfokus pada Kepala sekolah dalam menerapkan nilai-nilai karakater untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi.
           Rumusan masalahnya adalah : Bagaimana Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai karakter di SD No. 010/XI Pondok Agung, bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi, Apa faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung.
     Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode field research.
     Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan, penulis berkesimpulan : Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai karakter  di SD No. 010/XI Pondok Agung, antara satu pimpinan dengan pimpinan yang lainnya terdapat perbedaan kemampuan. Yakni di masa kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati,S.Pd semua kegiatan dapat berjalan dan berhasil dengan baik, di masa Ibuk Rosda Elita SD tersebut mengalami kemunduran, SD tersebut dapat bangkit dari kemundurannya dan berhasil mencapai kemajuan setelah berganti kepemimpinan ibuk Fitri Susilawati,S.Pd. Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung berdasarkan kemampuan dan keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing kepala sekolah. Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati sangat baik, pada kepemimpinan ibuk rosda elita tidak memuaskan. Faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung yaitu faktor kebijakan dan sikap kepemimpinan yang baik diterapkan oleh Ibuk Fitri Susilawati S.Pd, mendapat dukungan dari majelis guru, orang tua peserta didik dan masyarakat setempat.
















KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Berkat rehda dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul :“ Penerapan Nilai-nilai karakter Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung”, yang dilakukan dengan bersusah payah dalam mengumpulkan data di lapangan dan menyusunnya. Karena selain menyelesaikan laporan ini, penulis  juga harus menunaikan tugas dan kewajiban lainnya.
             Laporan ini dapat diselesaikan berkat petunjuk, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada yang Ibuk Fitri Susilawati Kepala SD No. 010/ XI Pondok Agung yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pembahasan laporan ini.
               Kepada majelis guru SD No. 010/ XI Pondok Agung yang telah melayani penulis dalam mengumpulkan data untuk keperluan penulisan laporan ini.
      Atas semua bantuan yang telah diberikan, mudah-mudahan menjadi amal ibadah dan penulis do’akan semoga Allah Swt. memberikan pahala yang setimpal kepadanya, Amin ya Rabbal ‘alamin.
      Sekiranya dalam penyusunan laporan ini terdapat kebenaran, kesemuanya itu atas kehendak Allah SWT dan berkat bantuan berupa petunjuk, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Jika terdapat kesalahan, itu di luar batas kemampuan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari kealfaan dan kekilafan.


Sungai Penuh, 04 Desember 2017
W a s s a l a m
P e n u l i s,


MUHAMMAD AMIN





DAFTAR   ISI




                Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................  
ABSTRAK ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
BAB  I  PENDAHULUAN
  A. Latar Belakang Masalah ...............................................................  1
  B. Batasan dan Rumusan Masalah..................................................... 5     
     C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 6
     D. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian...................................... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS    
A.    Pengertian Pendidikan................................................................. 11
B.     Hakikat Pendidikan Karakter......................................................   14
C.     Dasar Pendidikan Karakter .........................................................  23
D.    Kepemimpinan dalam Pendidikan............................................... 28

BAB III PEMBAHASAN
A.    Gambaran SDN No.010/XI Pondok Agung sejak kepemimpinan
Pertama sampai sekarang............................................................. 33

B.     Tanggapan Masyarakat terhadap Kepemimpinan
Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung................... 41

C.     Penerapan Nilai Karakter sebagai usaha Melakukan Perubahan
   di SD No. 010/ XI Pondok Agung............................................. 46

BAB IV  PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................ 52
B.     Saran-saran................................................................................ 53    
DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 55
BIODATA PENULIS.....................................................................................




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    













DAFTAR TABEL



Halaman

Tabel  1           : Keadaan Pendidik SD No. 81/III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2007/2008……….………………..…    45
Tabel 2            : Peserta Didik di SD No. 81/III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2007/2008 ………….……………...     47
Tabel 3            : Keadaan Prasarana  SD No. 81/III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2007/2008……………….…..………    48
Tabel 4            : Keadaan Sarana SD No. 81/III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2007/2008………...…………………    49
Tabel 5            : Kepala SD No. 81/ III Koto Patah Semenjak
  Didirikan S.D. Tahun Pelajaran 2007/2008………..    51
Tabel 6            : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
  Bapak Muhammad di SD No. 81/ III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 1990/1991.……………………………   52
Tabel 7            : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
  Bapak Alimin Daud di SD No. 81/ III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2000/2001.……………………………   54
Tabel 8            : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
  Bapak Sailan, S.Pd di SD No. 81/ III Koto Patah
  Tahun Pelajaran 2007/2008……………………………..  57








BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
     Setiap lembaga tentu ada yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan program-program yang telah direncanakan. Di sini kepala sekolah sebagai pimpinan yang tertinggi di sekolah, bertugas sebagai konseptor, evaluator dan motivator serta harus bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.
       Apabila Kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, serta selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai unsur, tentunya semua kegiatan di sekolah tersebut akan terlaksana dan berjalan  dengan  baik.  
    Selaku Kepala sekolah yang baik juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai karakter di dalam kepimpinanya karena dengan karakter yang baik akan membentuk pribadi yang baik. Sehingga rasa saling hormat - menghormati antara sesama nya dilingkungan tempat kerja itu sendiri,
…Pemimpin tidak hanya dituntut melaksanakan segala sesuatu secara efektif dan efisien dengan standar buku yang statis, melainkan yang lebih utama adalah bagaimana mengusahakan segala sesuatu yang dilakukan oleh organisasi adalah benar dan tepat, sesuai dengan gelombang maupun tantangan masa depan yang menghadang dan mempengaruhi kehidupan organisasi.1

Sebagai pemimpin harus mempunyai daya cipta, mengetahui dengan nyata apa yang harus diperbuatnya, apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang diniatkan oleh orang tua murid, apa yang sesuai dengan murid-murid dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pemimpin juga harus mempunyai pandangan yang jauh ke depan, mengetahui dampak positif dan negatif  sebelum bertindak, mengetahui mana yang mungkin harus dilakukan dan mana yang tidak mungkin, mengambil contoh sesuai dengan jangkauan atau kemampuan yang dimiliki.
Pemimpin juga harus memiliki komitmen atau rasa tanggung jawab dalam setiap kepemimpinannya. ”Komitmen merupakan sikap batin, janji seorang pemimpin untuk mewujudkan tugas dan perannya sebagai seorang pemimpin ke dalam perilaku dalam mencapai tujuan sejalan dengan nilai-nilai hakiki.2
Dalam sistem kepemimpinan Pancasila ditemukan istilah Trilogi Kepemimpinan yaitu Ingarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Adapun makana yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Ing Ngarsa Sung Tulada
Arti kata Ing, di; Ngarsa berarti depan; Sung dari kata asung yang berarti memberi; dan Tulada berarti teladan.
Penampilan seorang peminpin yang demikian :
-          Berani menghadapi tantangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha;
-          Dengan tabah dan keberanian sanggup bekerja yang paling berat;
-          Menegakkan disiplin diri sendiri maupun para bawahan;
-          Memberi suri tauladan
-          Mengabdikan diri kepada kepentingan umum dan segenap anggota organisasi;
-          Bijaksana dalam memberikan petunjuk, nasehat dan pertimbangan-pertimbangan;
-          Berani menjadi ujung tombak bagi setiap usaha dan perjuangan;
-          Sebagai seorang yang berdiri paling depan, peminpin yang demikian memiliki  sifat-sifat : teguh, tanggap dan tangguh.
2.      Ing Madya Mangun Karsa
Ing, berarti di; Madya artinya tengah; Mangun berarti membangkitkan; dan Karsa adalah kehendak.
Penampilan seorang pemimpin yang demikian adalah :
-          Mau terjun di tengah-tengah anak buah
-          Merasa senasip dan sepenanggungan
-          Sanggup menggugah dan membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang tinggi
-          Karena berada di tengah-tengah anak buah, pemimpin selalu tanggap dan mampu berpikir dan bertindak cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan, kondisi dan situasi
-          Memiliki ketajaman perasaan
-          Menghayati kesulitan anak buah
-          Bisa bersifat sabar, berlebar dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan anak buah, tanpa kecewa dan mengeluh
3.      Tut Wuri Handayani
Kata Tut, berasal dari kata atut yang berarti; ikut; Wuri artinya belakang, dan Handayani berarti memberi daya, kekuatan.
Pemimpin yang demikian mempunyai peranan memberi daya kekuatan dan daya dukung  untuk memperkuat sikap, langkah dan tindakan di bawahnya.
Penampilannya :
-          Selalu memberikan dorongandan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa, berinisiatif, memiliki kepercayaan diri untuk berkarya dan tidak selalu tergantung pada perintah atasan (kreatif)
-          Selalu mengikuti kegiatan pengikutnya dengan cermat dan teliti, waspada dan tepat waktunya, koreksi dan pengarahan apabila terjadi kesalahan dan penyimpangan
-          Selalu memberikan nasehat, koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa tanggung jawab yang besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama.3

Tipe kepemimpinan yang demikianlah yang selalu diharap dan dinanti-nantikan keberadaannya di setiap lembaga pendidikan di Indonesia.
Dengan keadaan yang demikian, tentunya kepala sekolah dapat menarik hati guru-guru, peserta didik dan para orang tua murid serta masyarakat setempat, sehingga pada akhirnya nanti semua program yang ada dapat terselenggara dengan baik dan akan mencapai tujuan seperti yang telah direncanakan.
Sering terdengar ditelinga kita yang mengungkapkan bahwa kepala sekolah yang memimpin pada suatu lembaga tidak mampu menjalankan peranan, fungsi dan tugasnya dengan baik. Mereka berbuat menurut keinginannya sendiri, kebijakan yang dikeluarkan bersifat mutlak tanpa menghiraukan saran dan pendapat dari bawahannya, kurang tanggap terhadap keadaan peserta didiknya, tidak mau bekerja sama dengan orang tua murid maupun masyarakat setempat, kurang perhatian terhadap kemajuan yang harus dicapai, kadang-kadang tindakan yang dilakukan sudah di luar batas kewajaran, sehingga kepemimpin yang dijalankan tidak lagi disenangi oleh bawahannya, peserta didik, orang tua murid dan juga masyarakat sekitar.
Apabila keadaan seperti tersebut di atas sudah terjadi pada suatu lembaga pendidikan, maka akan berpengaruh pula kepada segala aktivitas yang akan dilaksanakan di sekolah tersebut.
Permasalahan tersebut juga terjadi di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi yaitu semenjak tahun 2017, lima tahun sebelum masa kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, bahwa pada masa itu kepala sekolah nampaknya tidak dapat memainkan peranan, fungsi dan tugas dengan baik, selalu bertentangan dengan majelis guru, tidak mampu menegakkan nilai-nilai karkater salah satunya disiplin, tidak pernah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas guru di kelas, tidak mau tau dengan  keadaan  peserta didik,  tidak  ada tindakan terhadap peserta didik yang terlambat datang dan yang pulang sebelum jam belajar selesai, jarang melakukan upacara bendera dan tidak pernah melaksanakan senam pagi, kepala sekolah tidak bisa melakukan pendekatan dengan para wali murid maupun masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa kehilangan kepercayaan untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD No. 010/ XI Pondok Tinggi, akibatnya telah terjadi penurunan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun, yakni semenjak tahun 2004 s.d. tahun 2017.
     Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin meninjau kembali masa kepemimpinan sebelumnya dan akan mengungkapkan bagaimana upaya yang dilakukan oleh pimpinan yang baru dalam mengembalikan citra  dan memajukan SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi ini, dengan melakukan penelitian di lapangan yang nantinya akan dituangkan ke dalam laporan yang berjudul “Penerapan Nilai-nilai Karakter seorang Kepala Sekolah di SDN NO.010/XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi dalam Meningkatkan Mutu Sekolah.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.      Batasan Masalah
 Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada pimpinan dalam memainkan perannya menerapakan nilai-nilai karakter di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi.
2.      Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini dapat dimuruskan sebagai berikut :
a.       Bagaimana Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai kakarkater sebagai pimpinan di SD No. 010/XI Pondok Agung
b.      Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung
c.       Apa faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung

 

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.      Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui peran Kepala sekolah dalam menerapkan nilai-nilai karakter di SD No. 010/XI Pondok Agung
b.      Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010 /XI Pondok Agung
c.       Untuk mengetahui penerapan nilai karakter sebagai usaha kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung
2.      Kegunaan Penelitian
    Setelah tercapai tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasilnya berguna:
a.       Sebagai  bahan  masukan  bagi top manajer di SD No. 81/ III Koto Patah Kecamatan Keliling Danau, agar kepemimpinan seperti di masa-masa yang lampau tidak terulang kembali untuk yang akan datang.
b.      Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi agar dapat menjunjung tinggi nilai-nilai karakter serta dapat mengimplementasikan di dalam lingkungan kerja dengan baik, Sehingga mutu pendidikan di sekolah tersebut dapat lebih meningkat lagi dari yang sebelumnya.
c.       Sebagai upaya untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi SD No. 010/XI Pondok Agung.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Populasi dan Sampel Penelitian
    a. Populasi Penelitian
         Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Kepala sekolah 1 orang
2)      Mantan kepala sekolah 2 orang
3)      Majelis guru 11 orang
4)      Tokoh masyarakat 5 orang
Jumlah populasi sebanyak 19 orang

         b. Sampel Penelitian
           Sesuai dengan permasalahan yang diteliti berkenaan dengan peran Kepala sekolah sebagai top manajer  dalam memimpin SD No. 010/XI Pondok Agung, maka penulis   menetapkan   sampel  sebanyak 53 % dari jumlah populasi yang terdiri dari : 
1)      Kepala sekolah 1 orang
2)      Mantan kepala sekolah 2 orang
3)      Majelis guru 4 orang
4)      Tokoh masyarakat 3 orang
Jumlah sampel sebanyak 10 orang
2. Jenis Data
 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
     a. Data primer, data yang dikumpulkan dengan mengadakan  pengamatan langsung di lapangan penelitian.
     b. Data sekunder, data tertulis yang didapatkan di tempat penelitian.
3. Sumber data
Data yang penulis kumpulkan didapatkan dari nara sumber berikut ini :         
a.       Mantan Kepala SD No. 010/XI Pondok Agung
b.      Kepala SD No. 010/XI Pondok Agung
c.       Majelis guru SD No. 010/XI Pondok Agung
d.      Orang tua murid
e.       Tokoh masyarakat 
    Di samping mencari data dari sumber tersebut di atas, penulis juga mengadakan penelitian perpustakaan (Library  Research), guna untuk mengumpulkan bahan-bahan dalam buku dan media lainnya untuk melengkapi bahan-bahan agar penelitian ini mendapatkan kesimpulan yang baik dan sesuai dengan permasalahan yang ditemui di lapangan.

4. Teknik Pengumpulan Data
  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode untuk mempermudahkan penulis dalam mencari data yang jelas sehingga mudah untuk dipahami. Metode yang dimaksud adalah sebagai berikut :
  a. Metode Observasi
“Metode observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.”7
    Metode ini digunakan agar penulis dapat secara  langsung   terjun   kelapangan,  gunanya  untuk  meneliti  dan mengamati realita yang terjadi dan mengamati setiap gejala yang timbul di lapangan.
     b. Metode Interview
           “Metode interview (wawancara) adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.”8
      Dalam melakukan interview penulis mengadakan wawancara, langsung secara mendalam  dan  jelas  terhadap  semua piahak yang penulis anggap dapat dijadikan
narasumber, semua jawaban dicatat dengan rapi dan teratur. Kemudian ditelaah dengan teliti terhadap data yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini.
5. Teknik Pengolahan Data
 Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  a. Metode Induktif.
“Metode ini adalah berangkat dari kata-kata atau peristiwa yang khusus dan jelas masalah itulah yang ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum”.9
    Dengan metode ini penulis bertitik tolak pada suatu sifat khusus dan kongkrit, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
    b. Metode Deduktif.
Setelah terkumpul dan tersusun data-data yang ada bukan berarti telah selesai, akan tetapi data tersebut perlu dibahas terlebih dahulu kemudian barulah dituangkan dalam skripsi. Jadi yang dimaksud metode deduktif ini adalah :
      “Metode deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari   keadaan yang umum, penemuan khusus dari yang umum”.10
             Dari kutipan di atas semakin jelas, bahwa penggunaan metode deduktif ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran data yang bersifat umum.
c. Metode Komperatif.
            Dengan metode ini penulis dapat mengadakan study perbandingan dari beberapa pendapat para ahli tentang suatu pendapat yang sama, kemudian penulis mengambil salah satu pendapat untuk memperkuatnya.


BAB II

LANDASAN TEORITIS


A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha dalam membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang berlangsung secara bertahap atau melalui proses-proses tertentu. Suatu proses yang diinginkan dalam pendidikan adalah proses yang terarah dan memiliki tujuan untuk mengarahkan peserta didik pada potensi yang dimilikinya. Senada dengan hal tersebut, Mortimer J. Adler menjelaskan :
Pendidikan adalah proses dengan semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik memalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.1
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 3 menjelaskan : “Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”2
  Menurut pendapat Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul kurikulum dan pembelajaran memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut :
11
 
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaiuk mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang meungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.3 

   Berdasarkan pelatihan penelitian dasar bagi tenaga edukatif pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 8 Agustus 1998 menjelaskan :
   “Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.4
             Menurut pendapat Harsya W. Bachtiar : “Pendidikan Merupakan    upaya    untuk    mengembangkan    bakat    dan kemampuan  individu,  sehingga   potensi-potensi  kejiwaan  itu  dapat diaktualisasikan secara sempuna”.5
Menurut pendapat Poerbakawatja dan Harahap membertikan pengertian pendidikan : …usaha secara sadar sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya…orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.6 

  Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas dapatlah dipahami dan dianalisa bahwa mereka memang berbeda pendapat dengan bermacam-macam argumentasi, di mana terdapat perbedaan pandangan dalam memahami pengertian pendidikan. Walaupun demikian di antara perbedaan itu dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam pembinaan jasmani dan rohani, sehingga terbentuk kepribadian muslim yang utuh.
             Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian pendidikan Islam yang mengacu kepada pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut bahasa Pendidikan Islam seperti  yang  diungkapkan  oleh  Zakiah  Daradjat  adalah sebagai berikut :
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata bahasa Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. “ Kata ”pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”… sedangkan “ Pendidikan Islam “ dalam bahasa Arab adalah “Tarbiyah Islamiyah...  
…Sedangkan menurut istilah, Pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim.7

  Menurut pendapat Ahmad D.  Marimba “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agam Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.8
  Berikut ini Musthafa Al-Ghulayani berpendapat pengertian pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
Bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.9

  Pendidikan dan pengajaran adalah : “suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar mengajar   itu   suatu   peristiwa   yang   terikat,  terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan”.10 
       Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha, bimbingan  pimpinan arahan yang diberikan kepada anak didik secara sadar menurut  nilai  atau  norma  ajaran  Islam  yang  berdasarkan     Al-Qur’an dan Sunnah Rasul untuk mempengaruhi pertumbuhan anak agar terbentuk kepribadian muslim.
      Pendidikan Islam mencakup seluruh segi kehidupan manusia, yang mengajarkan ilmu-ilmu yang bersifat keagamaan, kerohanian, akhlak yang mulia dalam rangka mempersiapkan manusia untuk menjalani kehidupan dengan jalan yang diredoi oleh Allah SWT sehingga dapat memperoleh  kebahagian  dunia dan kebahagiaan di akhirat.

B. Hakikat Pendidikan Karkater
Sebelum kita membahas mengenai pendidikan karakter ada baiknya kita mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu karakter. Setelah kita mengetahui makna kedua kata tersebut kita akan dapat memahami apa yang dimaksud dengan pendidikn karakter tersebut.
Kata pendidikan dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagoso yang berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan aducare artinya membawa keluar. Bahasa belanda menyebutkan istilah pendidikan dengan nama opvoeden yang berarti membesarkan atau mendewasakan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah aducate/aducating yang berarti to give intellectual training artinya menanamkan moral dan melatih intelektual (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps diakses 19 maret 2013 pkl. 21.41).
Sementara dalam pandangan Islam, pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata rabba beserta cabangnya banyak dijumpai dalam al-Quran, misalnya dalam Q.S. al-Isra’ [17]: 24 dan Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 18, sedangkan kata ‘allama antara lain terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 31 dan Q.S. an-Naml [27]: 16. Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya) (Moh. Roqib,2009:14).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai proses transmisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi ke generasi lainnya semua itu dapat berlangsung seumur hidup, selama manusia masih berada di muka bumi ini.
Selain pengertian di atas ada beberapa pengertian mengenai pendidikan sebagai berikut (Hamdani Hamid,2010:23) :
1.    Pengertian dalam arti sempit ialah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak atau remaja yang diserahkan kepadanya, agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh tentang hubungan-hubungan dan tugas sosial.
2.    Pengertian dalam arti agak luas ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang berlangsung disekolah dan luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup.
3.    Pengertian dalam arti sangat luas ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup.
Sementara itu penulis Barat seperti John Dewey sebagaimana dikutip Moh. Haitami Salim dan Erwin Mahrus (2012:9), menyatakan pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama manusia.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakuan oleh pendidik kepada perserta didik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara dengan cara pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua itu berlangsung seumur hidup.
Dari pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Sementara itu definisi karakter dalam prinsip etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave. Kata “to engrave bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Marzuki,tth:4).  Dalam  Kamus Besar  Bahasa  Indonesia (KBBI. 2012), kata  karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain dan watak. Dalam pusat bahasa Depdiknas (2008:682) sebagaimana dikutip Marzuki (tth:4), karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhalak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Sementara itu, ada juga yang berpendapat karakter itu bisa dibentuk dan diupayakan. Dalam pendapat ini mengandung makna bahwa pendidikan karakter sangat berguna untuk merubah manusia menjadi manusia yang berkarakter baik.
Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.
Orang yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15). Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat asy-Syam ayat 8-10.
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ   ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ   ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ  
Artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Sedangkan secara terminology, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona (1991:51) sebagaimana yang dikutip Marzuki,tth:5), yang mengemukakan bahwa karakter adalah A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, Character so conceived has three  interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior”. Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling) dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes) dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
Dari beberapa pengertian di atas maka, karakter tersebut sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Nilai-nilai tersebut dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim (tth.89-90), yaitu ada 18 nilai sebagai beriktu:
1.    Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.    Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.    Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.    Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.    Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.    Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.    Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.    Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.    Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.     Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.     Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.     Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.    Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.    Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.    Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16.    Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.     Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18.     Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa karakter identik dengan akhlak. Maka dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadan dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Dari konsep karakter dan pendidikan maka muncul yang namanya pendidikan karakter (character education). Terminology pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika bukunya yang berjudul The Return of Character Education kemudian disusul bukunya Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility (1991). Melalui buku-buku itu, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingya pendidikan karakter. Sedangkan di Idonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an. Hal itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembanguna Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”(Amirulloh Syarbini,2012:16).
Pada penjelasan di atas disinggung masalah pendidikan karater yang identik dengan akhlak. Maka kita perlu tahu apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak secara lebih dalam.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pendidikan akhlak dan pendidikan karakter adalah sama, yaitu sama-sama pembentukan karakter. Perbedaannya adalah jika pendidikan akhlak terkesan ketimur-timuran dan Islami, sedangkan pendidikan karakter terkesan kebarat-baratan dan sekuler.semua itu bukanlah alasan untuk diperdebatkan dan dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dan spiritual (Zubaedi,2012:65). Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional yang meliputi metode, strategi dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak syarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka dari itu jika keduanya dipadukan akan sempurna dalam pembentukan karakter manusia. Hal ini sekaligus dapat menjadi nilai plus bahwa karakter meliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Menurut terminology Islam, pengertian karakter ,memiliki kedekatan pengertian dengan pengertian akhlak (Zubaedi,2012:65). Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلاق), bentuk jamak dari mufradnya khuluq (خلق), yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral juga berasal dari bahasa latin juga, mores yang berarti kebiasaannya (Zubaedi,2012:65).
Dalam kalimat khuluq mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun خلق)) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya khalik خلق)) yang berarti penciptaan dan makhluk (مخلوق) yang berarti diciptakan. (Zubaedi.2012: 65-66)
Menurut Abd. Hamid sebagaimana dikutip Zubaedi (2012:66) menyatakan bahwa”.
الاء خلق هى صفات الانسان الاءدابية
Artinya:
“Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”.
Memahami pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa manusia sejak lahir, maksudnya potensi ini sangat tergantung bagaimana cara pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka sama seperti pendidikan karakter, pendidikan akhlak juga outputnya adalah akhlak mulia dan sebaliknya apabila pembinaannya negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmuniah.
Maka dari itu al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر الاء فعال يسهولة ويسر  من غير حجة الى فكروروية

Artinya:
“Akhlaq adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”. (Zubaedi.2012: 67)
Dari beberapa pengertian pendidikan dan karakter di atas maka dapat diambil kesimpulan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan karakter adalah bukan jenis mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau lainnya, tetapi proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik agar mereka memiliki karakter yang baik (good character) sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk, baik dari agama, budaya, maupun falsafah Negara (Amirulloh Syarbini,2012:18).
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.

C.  Dasar-dasar Pendidikan Karakter
Seperti dijelaskan di atas bahwa karakter identik dengan akhlak.  Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang  kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak  merupakan  kesempurnaan  dari bangunan  tersebut  setelah fondasi  dan  bangunannya  kuat (Marzuki.tth:5). Tidak  mungkin karakter atau akhlak mulia akan terwujud pada diri seseorang apabila ia tidak memiliki aqidah dan syariah yang benar. Seorang Muslim yang memiliki aqidah atau iman yang benar pasti akan terwujud pada sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasari oleh imannya. Sebagai contoh, orang yang memiliki iman yang baik dan benar kepada Allah SWT ia akan selalu mentaati dan melaksanakan seluruh  perintah Allah SWT dan menjauhi  seluruh  larangan-larangan-Nya. Maka dari itu,  ia  akan  selalu  berbuat  yang baik  dan  menjauhi  hal-hal  yang dilarang  (buruk).  Iman bukan saja hanya kepada Allah SWT tetapi juga kepada malaikat, kitab, Rasul dan seterusnya  akan menjadikan sikap dan perilakunya terarah dan terkendali, sehingga akan mewujudkan akhlak atau  karakter mulia.  Hal  yang sama  juga  terjadi dalam  hal pelaksanaan  syariah. Semua ketentuan syariah Islam bermuara pada terwujudnya akhlak atau karakter mulia. Seorang yang melaksanakan shalat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya, pasti dia akan terhindar dan tidak akan melakukan perbuatan yang keji dan munkar serta ia akan selalu melakukan perbuatan yang baik dan terpuji. Seperti dalam firman Allah SWT:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya:
“Bacalah Kitab (al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Ankabut: 45).
Ketentuan syariat seperti shalat tersebut bukan saja hanya pada shalat tetapi juga pada syariat-syariat lain seperti zakat, puasa dan lain sebagainya.
Dalam pendidikan karakter yang terpenting bukan hanya sebatas mengkaji  dan  mendalami konsep akhlak, tetapi sarana dan proses untuk mencapainya juga sangat penting sehingga seseorang dapat bersikap dan berperilaku mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi SAW. Dengan konsep akhlak dan proses tersebut akan mengarahkan pada tingkah laku sehari-hari, sehingga sesorang dapat memahami yang dilakukannya baik dan benar ataupun buruk dan salah, termasuk karakter  mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter tercela (akhlaq madzmumah).
Baik  dan  buruk  karakter  manusia  sangat  tergantung  pada  tata nilai yang dijadikan pijakannya. Abul A’la al-Maududi sebagaimana dikuti Marzuki (tth:6) membagi sistem moralitas menjadi dua. Pertama, sistem  moral   yang  berdasar  kepada  kepercayaan  kepada Tuhan  dan kehidupan setelah mati. Kedua, sistem  moral yang tidak mempercayai Tuhan dan timbul dari sumber-sumber sekuler. Sistem moralitas yang pertama sering juga disebut dengan moral agama, sedang sistem moralitas yang kedua sering disebut moral sekuler.
Sistem moralitas yang pertama (moral agama) dapat ditemukan pada sistem moralitas Islam (akhlak Islam). Hal ini karena Islam menghendaki dikembangkannya al-Akhlaq al-Karimah yang pola perilakunya dilandasi dan untuk mewujudkan nilai Iman, Islam dan Ihsan.
Sedangkan sistem moralitas yang kedua menurut  (moral sekuler) menurut Faisal Ismail (1998: 181) adalah sistem yang dibuat atau  sebagai hasil pemikiran manusia (secular moral philosophies) dengan mendasarkan pada sumber-sumber sekuler, baik murni dari hukum yang ada dalam kehidupan, intuisi manusia, pengalaman, maupun karakter manusia) (Marzuki.tth:7).
Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak  yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al- wafa), sabar, jujur, takut pada Allah  Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS.  al-Baqarah  [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37;  QS. al-Furqan [25]: 35–37;   QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran [3]: 134). Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya (Marzuki.tth:8).
Keharusan menjunjung tinggi karakter mulia (akhlaq karimah) lebih dipertegas lagi oleh Nabi Saw. dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Amr: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya …” (HR. al-Tirmidzi). Dalam hadis yang lain Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku di antara kamu sekalian dan paling  dekat  tempat  duduknya denganku di hari  kiamat  adalah  yang terbaik akhlaknya di antara kamu sekalian ...” (HR. al-Tirmidzi). Dijelaskan juga dalam hadis yang lain, ketika Nabi Saw ditanya: “Apa yang terbanyak membawa orang masuk ke dalam surga?” Nabi Saw. menjawab: “Takwa kepada Allah dan berakhlak baik.” (HR. al-Tirmidzi) (Marzuki.tth:8).
Menurut Ainain sebagimana dikuti Marzuki (tth.8), dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa karakter dalam perspektif Islam bukan hanya  hasil  pemikiran  dan  tidak  berarti  lepas  dari  realitas  hidup,  melainkan merupakan persoalan yang  terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas dan tujuan yang  digariskan  oleh  akhlaq  qur’aniah. Dengan  demikian, karakter  mulia  merupakan  sistem  perilaku  yang  diwajibkan  dalam  agama  Islam melalui nash al-Quran dan hadis.
Namun  demikian,  kewajiban  yang  dibebankan  kepada  manusia  bukanlah kewajiban  yang tanpa makna dan keluar dari dasar fungsi penciptaan manusia. Al-Quran telah menjelaskan masalah kehidupan dengan penjelasan yang realistis, luas dan juga telah menetapkan pandangan yang luas pada kebaikan manusia dan zatnya. Makna penjelasan itu bertujuan agar manusia terpelihara kemanusiaannya dengan senantiasa dididik  akhlaknya,  diperlakukan  dengan pembinaan yang baik bagi hidupnya, serta dikembangkan perasaan  kemanusiaan   dan   sumber   kehalusan budinya.
Dengan demikian, menurut al-Bahi sebagaiman dikutip Marzuki (tth.9), karakter telah melekat dalam diri manusia secara fitriah. Dengan   kemampuan  fitriah  ini  ternyata  manusia  mampu  membedakan  batas kebaikan dan keburukan, dan mampu membedakan mana yang tidak bermanfaat dan mana yang tidak berbahaya.
Sebenarnya pembawaan fitrah manusia ini tidak serta merta menjadikan  karakter manusia bisa terjaga dan berkembang sesuai dengan fitrah tersebut. Fakta membuktikan  bahwa pengalaman yang dihadapi masing-masing orang menjadi faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengamalan karakternya. Disinilah pendidikan karakter mempunyai peran yang penting dan strategis bagi manusia dalam rangka melalukan proses internalisasi dan pengamalan nilai-nilai karakter mulia di masyarakat.

D.  Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita kita harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said al-Khim, dkk.2012: 695)
Dari hadis tersebut bahwa, sangat jelas akhlak Rasulullah adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat sempurna. Dalam hadis ini juga memperkuat pendapat Bambang Q-Anees (2009:6) bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah al-Quran berjalan, karena dalam diri Rasulullah terdapat al-Quran tersebut dan beliau tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan yang menyimpang dan melenceng dari akhlak mulia.
Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.
Firman Allah SWT.
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. al-Qalam : 4)
Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$#
Artinya:
“...... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. al-Imran: 134)
Dari uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukan
D. Kepemimpinan dalam Pendidikan
           Terwujudnya nilai-nilai yang hakiki dalam suatu organisasi, seorang pemimpiupin harus memiliki komitmen dalam kepemimpinannya. Dengan adanya komitmen, para pemimpin akan senantiasa peka terhadap berbagai persoalan yang dihadapi sehingga mereka mampu menyikapi perubahan dalam segala aspek yang dihadapinya.
Di sekolah, Kepala sekolah berperan sebagai pimpinan tertinggi memegang peranan yang amat penting dan ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai  tata  usaha, pegawai sekolah dan peserta didik lainnya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin pada organisasi sekolah, Kepala sekolah harus memiliki berbagai persyaratan   tertentu agar ia  dapat  menjalankan tugasnya dengan baik. Persyaratan yang dimaksud di antaranya “…memiliki ijazah, kemampuan mengajar dan kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman bekerja pada sekolah yang sejenis.”32
  Kepribadian seorang pemimpin memiliki pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan atau kemajuan pada  organisasi yang dipimpinnya. Kalau seorang pemimpin atau Kepala sekolah yang tidak memiliki pendirian, emosianal, ceroboh, pemarah dan memiliki berbagai sifat buruk lainnya, maka sudah barang tentu akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan di sekolahnya. Sebaliknya apabila Kepala sekolah memiliki sifat pengayom, penyabar, tidak ceroboh, lues, ramah, tegas, tidak kaku, selalu membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang menyebabkan suasana sekolah  menjadi tertib dan harmonis sehingga mempercepat pencapaian tujuan yang diharapkan dan dengan sendirinya akan membantu suasana kerja yang aman, tenteram dan menyenangkan.
Selain itu kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan dan kecakapan yang tinggi sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian ia akan dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin organisasi yang baik. Kepala sekolah juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan perkembangan sekolah dan menciptakan kerja sama dengan majelis guru lainnya. Sehingga apabila tercapai kesepakatan, antara kepala sekolah dengan majelis guru, ide-ide tersebut akan terealisasikan dengan baik.
Ada sepuluh macam komitmen yang diharapkan dari suatu kepemimpinan yaitu :
1.      Mencari peluang yang menantang
Pandangan ini berarti seorang pemimpin diharapkan senantiasa berusaha agar “status quo” atau “kemampuan yang statis” tidak perlu dipertahankan, sebaiknya segera diubah demi penyesuaian dengan gelombang perubahan yang terjadi.
2.      Berani mencoba dan bersedia tanggung resiko
Komitmen ini mempunyai maksud sama dengan memiliki tekad yang kuat dan keikhlasan yang dalam untuk berusaha belajar dari keberhasilan dan kegagalan, meskipun terpaksa harus membayar harga pengalaman dengan mahal dan konsekwensi yang benar.
3.      Memimpin masa depan
Pemimpin harus menampilkan pribadi yang memancarkan suatu visi atau pandangan ke depan tentang gambaran wujud masa depan dengan kuat.
4.      Membina kesamaan visi
Berarti mengkomunikasikan visinya kepada semua pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan visinya.
5.      Menggalang kerja sama
Menggalang kerja sama atau mengupayakan agar orang-orang bersedia untuk bekerja dalam satu kata dan semangat kebersamaan adalah tugas dari seorang pemimpin.
6.      Memperkuat mitra kerja
Berarti bahwa pemimpin berkewajiban untuk membagi atau memberikan kekuasaan dan informasi yang dimilikinya agar semua pihak yang terlibat dalam proses pembaharuan mempunyai kekuatan atau sumber daya gerak pembaharuan yang sama.
7.      Menunjukkan keteladanan
Berarti seorang pemimpin mempunyai kewajiban untuk membuat orang lain dapat berbuat dengan memberikan contoh atau jalan awal bagi pertumbuhan selanjutnya.
8.      Merencanakan keberhasilan bertahap
Disamping pemimpin mempunyai rencana besar dalam mewujudkan misinya, pemimpin berkewajiban pula untuk membuat rencana secara bertahab sesuai dengan peluang dan kemampuan yang mungkin dilakukan dalam setiap laju perkembangan.
9.      Menghargai setiap peran individu
Pemimpin harus mampu menghargai setiap peran yang telah dimainkan oleh semua pihak dengan ikut andil dalam menciptakan keberhasilan.
10.       Mensyukuri setiap keberhasilan
Mensyukuri setiap keberhasilan, adalah kewajiban setiap pemimpin mengangkat setiap keberhasilan sebagai keberhasilan bersama, bahkan perlu diupayakan agar keberhasilan juga dijadikan kesempatan emas untuk mendidik dan mengajarkan suatu nilai-nilai baru kepada banyak pihak.33

Jadi seorang pemimpin harus memiliki komitmen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, berani bertanggung jawab dan ambil resiko, menciptakan visi yang jelas demi kemajuan, bersama-sama menjalankan visi yang diembankan, membina kemitraan dengan mengembangkan keterbukaan informasi bagi semua pihak, memberikan contoh kepada bawahannya, menciptakan keberhasilan secara bertahap dan berkesinambungan dengan membina komitmen yang mendalam dengan semua pihak terkait, menghargai setiap peran individu, bersyukur atas keberhasilan yang dicapai bahwa keberhasilan tersebut merupakan keberhasilan bersama.
Berikut akan dijelaskan lagi sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru kepala dalam memimpin sekolah. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah sebgai berikut :
1.      Guru kepala harus memahami tabiat manusia dengan sebenarnya.
      Guru kepala yang bijaksana harus memahami tabiat manusia serta mengetahui bagaimana cara memperlakukan mereka menurut golongan dan tingkatan mereka masing-masing…
2.      Guru kepala harus mempunyai khayalan cipta
…ia harus mengetahui dengan nyata apa yang harus diperbuatnya, apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang dibutuhkan oleh orang tua murid, apa yang sesuai dengan murid-murid dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat…
3.      Guru kepala harus percaya kepada tenaganya untuk membuat garis pekerjaan di sekolah
Supaya guru kepala sukses dalam usahanya haruslah ia percaya kepada tenaganya untuk membuat garis pekerjaan di sekolah yang akan diturut oleh murid dan guru…
4.      Guru kepala orang yang suka bekerja, bijaksana, berpikir tepat dan tegas.
Guru kepala harus melaksanakan mana yang dipandangnya betul menurut percobaannya atau menurut metode baru dalam pendidikan…
5.      Guru kepala harus lapang dada dan jauh pandangan
Guru kepala harus mempunyai dada lapang dan pandangan jauh, banyak pengalaman dan percobaan, mengetahui hubungan sekolah dengan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan sekolah serta mengetahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.34

Uraian di atas menjelaskan, sebagai seorang kepala dalam lembaga pendidikan harus memiliki sifat-sifat dan tabiat yang baik kepada setiap orang, mengetahui secara pasti apa yang harus dilakukannya, percaya kepada bawahannya untuk melakukan setiap pekerjaan dalam membantunya di sekolah, suka bekerja, bijaksana, berpikir tepat dan tegas, harus berlapang dada dan memiliki pandangan jauh ke depan untuk mencapai kemajuan, berpengalaman, mengetahui hubungan sekolah dengan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan sekolah serta yang dibutuhkan oleh masyarakat.







BAB III
HASIL PENELITIAN DI SD NO. 010/XI  PONDOK AGUNG
KECAMATAN PONDOK TINGGI

A.    Gambaran SD No. 010/ XI Pondok Agung sejak pimpinan pertama sampai sekarang

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam mejalankan program dan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, memiliki peranan yang amat penting dalam mengatur serta memberikan arahan, bimbingan dan pengawasan kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing, termasuk juga tertib administrasi. Selain itu Kepala sekolah juga harus dapat melakukan pendekatan kepada peserta didiknya, orang tua peserta didik dan juga  masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut dilakukan agar mendapat perhatian dan dukungan yang baik dari mereka sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuannya.
Sekolah Dasar No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi semenjak didirikan pada tahun 1973 s.d. tahun pelajaran 2017/2018, telah mengalami pergantian kepemimpinan atau Kepala sekolah sebanyak 8 kali. Adapun orang-orang yang pernah memimpin sekolah tersebut akan dimuatkan pada tabel berikut ini :
33
 

 


Tabel 5
Kepala SD No. 010/ XI Pondok Agung Semenjak Didirikan
S.D. Tahun Pelajaran 2007/2008

No
Nama Kepala
Dari Tahun Ke Tahun
Lamanya
1
Muhammad
1973 s.d. 1990
17 tahun
2
Alimin Daud
1991 s.d. 2000
10 tahun
3
Rosda Elita
2001 s.d. 2010
 10 tahun
4
Fitri Susilawati
2010 s.d sekarang
 7  tahun berlangsung
     Sumber : Data Dokumentasi SD No. 010/ XI Pondok Agung 2017
  Tabel di atas, menjelaskan yang pernah menjabat sebagai kepala di SD No.010/ XI Pondok Agung semenjak didirikkan sampai tahun 2007 yaitu Bapak Muhammad selama 17 tahun, Bapak Alimin Daud selama 10 tahun dan Ibuk Rosda Elita, S.Pd. semenjak tahun 2001 sampai 2010 dan Ibuk Fitri Susilawati sampai sekarang sudah berjalan 7 tahun.
   Antara satu pimpinan dengan pimpinan yang lainnya dalam memainkan peranannya sebagai kepala sekolah, terdapat perbedaan kemampuan dalam mencapai suatu kemajuan dan  keberhasilan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kemajuan dan keberhasilan yang penulis maksudkan di sini, diukur dengan keadaan jumlah peserta didik pada periode kepemimpinan mereka masing-masing, yakni pada akhir jabatan dari Bapak Muhammad dan Bapak Alimin Daut, sedangkan yang menjadi ukuran berhasil atau tidaknya kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd berdasarkan keadaan jumlah peserta didik tahun pelajaran 2017/ 2018 kemajuan yang dicapai. Karena pada tahun pelajaran tersebut beliau masih menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung.
  Selanjutnya untuk mengetahui berhasil atau tidaknya masing-masing kepala sekolah dalam memainkan peranannya sebagai pimpinan di SD No. 010/ XI Pondok Agung,  akan dikemukakan keadaan jumlah peserta didik pada akhir periode dan akhir tahun pelajaran kepemimpinan mereka, seperti terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 6
Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok Agung
Tahun Pelajaran 1990/1991

No
Kelas
Jumlah Peserta didik
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
Kelas I
15 orang
15 orang
30 orang
2
Kelas II
18 orang
17 orang
35 orang
3
Kelas III
12 orang
13 orang
25 orang
4
Kelas IV
14 orang
14 orang
28 orang
5
Kelas V
17 orang
19 orang
36 orang
6
Kelas VI
17 orang
18 orang
35 orang
Jumlah
93 orang
96 orang
189 orang
Sumber : Data   Dokumentasi   SD No. 010/ XI Pondok Agung Tahun   2017

Menurut tabel di atas menjelaskan, bahwa pada akhir periode kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok Agung keadaan peserta didiknya terdiri dari Kelas I laki-laki 15 orang perempuan 15 orang jumlah : 30, kelas II laki-laki 18 orang perempuan 17 orang jumlah : 35 orang, kelas III laki-laki 12 orang perempuan 13 orang jumlah 25 orang, kelas IV laki-laki 14 orang perempuan 14 orang jumlah : 28 orang, kelas V kali-laki 17 orang perempuan 19 orang jumlah : 36 orang dan kelas VI laki-laki 17 orang perempuan 18 orang jumlah : 35 orang. Jadi jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 189 orang.
Berdasarkan keterangan yang penulis terima dari Ibu Zurni mengungkapkan tentang kepemimpinan Bapak Muhammad selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung berikut ini :
Pada masa kepemimpinan Bapak Muhammad, SD No. 010/ XI Pondok Agung merupakan SD terbaik di jika dibandingkan dengan SD lainnya yang ada di desa Semerap ini. Karena pada setiap kegiatan lomba antar SD di desa Semerap, SD No. 010/ XI Pondok Agung selalu menjadi yang terbaik atau memperoleh juara satu. Berkat kepemimpinannya yang selalu menegakkan disiplin, setiap hari guru-guru selalu rajin, aktif dan bersemangat melaksanakan tugasnya, di samping itu setiap permasalahan yang dihadapi oleh guru baik secara pribadi maupun kedinasan, beliau selalu membantu mencari solusinya. Dan beliau tidak segan-segan memberikan pinjaman berupa materi atau pemberian secara cuma-cuma kepada guru-guru yang sangat membutuhkannya. Begitu juga dengan segala keperluan yang mendesak untuk kebutuhan sekolah beliau bersedia mengantisipasinya. Selain itu beliau juga selalu mengawasi tugas yang dilaksanakan oleh guru dan selalu memberikan perhatian kepada peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat sekitarnya. 1

               Menurut keterangan dari Ibu Zurni di atas, mengungkapkan bahwa pada masa kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok Agung, peserta didiknya selalu mendapat juara pada setiap perlombaan antar SD yang ada di desa pondok tinggi. Dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi, guru-guru selalu rajin, aktif dan bersemangat dalam melaksanakan tugasnya karena beliau selalu memperhatikan keadaan bawahannya dan demi untuk kemajuan sekolah beliau rela berkorban serta selalu memberikan perhatian kepada peserta didik, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
              Selanjutnya akan dikemukakan lagi keadaan peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Alimin Daud dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung yang akan dituangkan pada tabel berikut ini :
Tabel 7
Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan Bapak
Alimin Daud di SD No. 010/ XI Pondok Agung
Tahun Pelajaran 2000/2001

No
Kelas
Jumlah Peserta didik
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
Kelas IV
  5 orang
4 orang
  9 orang
2
Kelas V
  7 orang
8 orang
15 orang
3
Kelas VI
  5 orang
6 orang
11 orang
Jumlah
17 orang
18 orang
35 orang
Sumber :  Data    Dokumentasi   SD   No.  010/ XI Pondok Agung Tahun
      Pelajaran 2000/2001

Dari tabel di atas, terlihat bahwa keadaan peserta didik di SD No. 010/ XI Pondok Agung terdiri dari kelas IV laki-laki 5 orang perempuan 4 orang jumlahnya : 9 orang, kelas V kali-laki 7 orang perempuan 8 orang jumlahnya : 15 orang dan kelas VI laki-laki 5 orang perempuan 6 orang jumlahnya : 11 orang. Secara keseluruhan peserta didiknya sebanyak 35 orang.
Berdasarkan keterangan dari Ibu Siti Sa’adah menjelaskan tentang kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD No. 010/ XI Pondok Agung sebagai berikut :
Di waktu kepemimpinan Bapak Alimin Daud, nampaknya SD No. 010/ XI Pondok Agung mengalami kemunduran dalam berbagai hal. Seperti prestasi peserta didik menurun, karena tidak pernah lagi mendapat juara pada setiap kegiatan lomba antar SD di desa Semerap, kedisiplinan tidak ditegakkan yang mengakibatkan peserta didik sering terlambat masuk, berkeliaran di waktu jam belajar, pulang sebelum waktunya, begitu juga dengan guru sering terlambat dan tidak datang melaksanakan tugas. Di samping itu, setiap ada permasalahan beliau selalu bertindak menurut keinginannya sendiri tanpa meminta pertimbangan atau pendapat dari guru-guru lainnya, acuh tak acuh terhadap permasalahan serta kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya, tidak pernah melakukan pengawasan terhadap guru maupun peserta didiknya, tidak pernah melakukan pendekatan dengan peserta didik, orang tua peserta didik dan juga dengan masyarakat sekitarnya. Dengan kepemimpinan yang demikian, telah menyebabkan sekolah tersebut mengalami kekurangan peserta didik, bahkan semenjak tahun pelajaran 1998/1999 s.d. akhir jabatannya tahun pelajaran 2000/ 2001, SD No. 010/ XI Pondok Agung tidak menerima murid baru, sehingga tingkatan kelas yang tinggal hanya kelas IV, kelas V dan kelas VI saja, dengan jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 35 orang. Karena melihat sikap kepala sekolah yang demikian, telah menyebabkan orang tua dari anak usia sekolah dasar di desa Koto Patah tidak berkenan memasukkan anak-anaknya ke SD tersebut dan lebih memilih SD lain untuk menyekolahkan anak-anak mereka.2

 Selama kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD No. 010/ XI Pondok Agung, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Siti Sa’adah di atas menunjukkan bahwa sekolah tersebut mengalami kemunduran dalam berbagai hal. Yakni menurunnya prestasi peserta didik, kedisiplinan tidak berjalan yang mengakibatkan peserta didik sering terlambat masuk sekolah, berkeliaran di waktu jam belajar, pulang sebelum waktunya, begitu juga dengan guru sering terlambat dan tidak datang melaksanakan tugas. Selain itu kepala sekolah tidak tanggap terhadap permasalahan dan kesulitan guru dalam melaksanakan tugasnya, tidak mengawasi pekerjaan guru maupun peserta didiknya, tidak memberikan perhatian kepada peserta didik, tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan juga dengan masyarakat di sekitarnya. Sehingga menyebabkan sekolah mengalami kekurangan peserta didik, bahkan semenjak tahun pelajaran 1998/1999 s.d. 2000/ 2001, SD No. 010/ XI Pondok Agung tidak menerima murid baru, tingkatan kelas yang tinggal hanya kelas IV, kelas V dan kelas VI dengan jumlah peserta didik sebanyak 35 orang. Orang tua dari anak usia sekolah dasar di desa Koto Patah tidak berkenan lagi memasukkan anak-anaknya ke sana dan lebih memilih SD lain berdekatan yang berada di desa Semerap.
  Seterusnya akan diuraikan tentang keadaan peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung yang akan dituangkan ke dalam tabel berikut ini :


Tabel 8
Jumlah Peserta Didik Akhir Periode Kepemimpinan Bapak
Sailan, S.Pd di SD No. 010/ XI Pondok Agung
Tahun Pelajaran 2017/2018

No
Kelas
Jumlah Peserta didik
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
Kelas I
10 orang
 9 orang
19 orang
2
Kelas II
18 orang
15 orang
33 orang
3
Kelas III
16 orang
18 orang
34 orang
4
Kelas IV
10 orang
12 orang
22 orang
5
Kelas V
17 orang
14 orang
31 orang
6
Kelas VI
11 orang
12 orang
23 orang
Jumlah
82 orang
80 orang
162 orang
Sumber : Data    Dokumentasi   SD No. 010/ XI Pondok Agung Tahun
     Pelajaran 2007/2008

  Tabel di atas, menjelaskan bahwa keadaan peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD No. 81/ III Koto Patah, sangat menggembirakan, karena beliau berhasil membenahi segala kekurangan atau kekeliruan yang ditinggalkan oleh pemimpin sebelumnya. Sehingga setelah berjalan 6 tahun masa kepemimpinannya, peserta didik semakin bertambah banyak yakni mencapai 162 orang, dengan rincian sebagai berikut : kelas I laki-laki 10 orang perempuan 9 orang jumlahnya 19 orang, kelas II laki-laki 18 orang perempuan 15 orang jumlahnya 33 orang, kelas III laki-laki 16 orang perempuan 18 orang jumlahnya 34 orang, kelas IV laki-laki 10 orang perempuan 12 orang jumlahnya 22 orang, kelas V laki-laki 17 orang perempuan 14 orang jumlahnya 31 orang, kelas VI laki-laki 11 orang perempuan 12 orang jumlahnya 23 orang.
  Berikutnya ini akan diuraikan tentang kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung yang dituangkan berdasarkan keterangan dari Bapak Syaufi menjelaskan :
Sistem kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Sailan, S.Pd di SD No. 010/ XI Pondok Agung sangat memuskan kita semua. Selain membenahi berbagai kekurangan dari masa kepemimpinan Bapak Alimin Daud, ia selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah kita ini. Misalnya setiap ada kegiatan dan permasalahan yang terjadi, kepala sekolah selalu menyikapinya secara terbuka yakni mendudukkan persoalan yang dihadapi dengan meminta saran, ide atau pendapat dari majelis guru melalui musyawarah, termasuk penegakan disiplin kerja guru dan peserta didik. Dalam musyawarah ia sering mengungkapkan bahwa maju dan mundurnya sekolah kita ini serta berhasil atau tidaknya semua program yang kita jalankan merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua. Ungkapan tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan sekaligus memberikan motivasi kepada majelis guru untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dalam memainkan peranannya sebagai kepala, ia selalu melakukan pendekatan dan pengawasan kepada tugas bawahannya serta tidak pernah berkata dan bersikap kasar kepada mereka. Setiap ada kebutuhan yang mendesak untuk kepentingan dan kemajuan sekolah, ia tidak keberatan menanggulanginya terlebih dahulu. Dengan sikap kepemimpinan yang demikian, guru-guru merasa diperhatikan dan segan terhadap beliau, sehingga semua kegiatan di sekolah dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Kemudian dari itu, ia juga selalu memberikan perhatian kepada peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan juga masyarakat sekitar untuk menarik minat agar mereka mau memasukkan anak-anaknya untuk sekolah di SD yang dipimpinnya. Hasilnya dari tahun ke tahun masyarakat mulai tergugah hatinya menitipkan anak-anak mereka untuk sekolah di SD tersebut, bahkan sampai pata tahun pelajaran 2007/ 2008 peserta didiknya mencapai 162 orang, dan merupakan peserta didik terbanyak di antara SD yang ada di desa Semerap sekarang ini.3

 Menurut pengamatan dan pengalaman penulis selama bertugas di SD No. 010/ XI Pondok Agung, bahwa keterangan yang telah disampaikan oleh Bapak Saufi di atas memang benar. Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd dalam menjalankan peranannya sebagai kepala sekolah, telah berupaya dan berhasil membenahi segala kekurangan dan kekeliruan yang ditinggalkan oleh pimpinan sebelumnya yakni dengan kerja keras, serta semangat yang tinggi memajukan sekolah yang dipimpinnya. Setiap kali ada permasalahan, kepala sekolah menyikapinya secara terbuka yakni melalui musyawarah untuk dipecahkan bersama dengan meminta saran, ide atau pendapat dari majelis guru. Di samping itu ia selalu melakukan pendekatan dan pengawasan kepada bawahannya serta tidak pernah berkata dan bersikap kasar. Setiap ada kebutuhan yang mendesak untuk kepentingan dan kemajuan sekolah, ia tidak keberatan menanggulanginya terlebih dahulu. Kemudian dari itu, ia juga mempereratkan kerja sama yang baik dengan majelis guru, memberikan perhatian kepada peserta didik, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan juga masyarakat sekitar agar mereka mau memasukkan anak-anaknya untuk sekolah di SD yang dipimpinnya itu.
B.     Tanggapan Masyarakat terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung

           Sekolah yang berada di tengah-tengah masyarakat, pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menjadi milik masyarakat. Keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat, tentunya sangat bermanfaat dan akan berpengaruh kepada kehidupan masyarakat itu sendiri. Keadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat akan menjadi cerminan perkembangan kehidupan masyarakatnya.
   Pengaruh sekolah terhadap masyarakat sebenarnya tergantung kepada bagaimana hubungan pihak penyelenggara sekolah dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat dan upaya kerja sama untuk memajukan sekolah. Semakin maju dan tingginya mutu pendidikan di sekolah, akan membawa pengaruh positif bagi sekolah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakatnya sehingga mereka dapat berkembang dengan baik. Untuk mencapai kemajuan yang dimaksud, pihak sekolah harus dapat berperan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya.
 Di dalam buku Ilmu Pendidikan karangan Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menjelaskan, ada empat macam peranan sekolah dalam mempengaruhi perkembangan masyarakat. Keempat macam pengaruh tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Mencerdaskan kehidupan bangsa
2.      Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
3.      Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
4.      Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.4

 Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan, tingginya tingkat kecerdasan masyarakat dapat membantu mereka memecahkan permasalahan pribadi maupun permasalahan masyarakat.
  Sebaliknya dijelaskan lagi bahwa pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai arah dalam menentukan tujuan
2.      Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
3.      Sebagai sumber belajar
4.      Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5.      Sebagai laboraturium guna pengembangan dan penelitian sekolah.5

  Pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah adalah sebagai arah untuk mencapai tujuan pendidikan, sebagai masukan untuk menentukan proses pembelajaran, pemberi dana dan fasilitas, serta sebagai laboraturium untuk pengembangan dan penelitian sekolah.
 Jadi sekolah dan masyarakat, serta masyarakat dan sekolah, mempunyai peranan yang saling mempengaruhi di antara keduanya. Karena pendidikan di sekolah dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat mengembangkan pendidikan yang didapatkan dari sekolah. Antara sekolah dengan masyarakat memiliki peranan dan kebutuhan yang saling mempengaruhi di antara keduanya. Untuk menjalankan pengaruh sekolah kepada masyarakat, tentunya pihak penyelenggara sekolah harus memainkan peranannya, terutama pimpinan atau kepala sekolah bekerja sama dengan majelis guru. 
 Sekolah Dasar No. 010/ XI pondok Agung semenjak pertama melaksanakan kegiatan operasional, telah mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak tiga kali. Dari ketiga pimpinan tersebut, telah memperlihatkan kemampuan mereka masing-masing dalam memajukan serta meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya. Sehingga masyarakat dapat melihat dan mengetahui sendiri bagaimana ketiga kepemimpinan berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala.
   Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa peranan ketiga kepemimpinan tersebut dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung, telah mendapat tanggapan atau pandangan yang berbeda dari masyarakat setempat. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap ketiga pimpinan yang dimaksud, selanjutnya akan dijelaskan oleh informan berikut ini :
Ketika Bapak Muhammad menjabat sebagai kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung, nampaknya kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, kedisiplinan dijalankan, majelis guru rajin melaksanakan tugas, peserta didiknya banyak dan selalu aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah, ia selalu mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan terlihat ramah dengan masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa senang dan cukup puas terhadap kepemimpinan beliau.6

            Tanggapan masyarakat terhadap Bapak Muhammad selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI pondok agung di atas, dijelaskan bahwa kepemimpinannya dapat memuskan hati masyarakat, karena ia dapat melaksanakan tungas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya, seperti kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, kedisiplinan selalu ditegakkan, majelis guru rajin melaksanakan tugas, peserta didiknya banyak dan selalu aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebagai kepala sekolah, ia selalu mengontrol kegiatan peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan ramah dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.
              Berikut ini akan dijelaskan tentang tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Alimin Daud selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung, yang akan diungkapkan oleh informen sebagai berikut :
Selama Bapak Alimin Daud menjadi kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung, keliahatannya sekolah tersebut secara beransur-ansur mengalami kemunduruan. Seperti kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan baik, yakni guru-guru sering tidak datang, disiplin tidak terlaksana dan sering terlihat peserta didik terlambat datang, masih berkeliaran di waktu jam belajar, berkelahi dengan teman-temannya, namun tidak ada tindakan dari kepala sekolah dan majelis guru. Ia tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitar. Sehingga akhirnya sekolah tersebut kurang diminati oleh masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di SD tersebut.7

            Menurut keterangan dari informan tersebut di atas, mengungkapkan bahwa selama kepemimpinan  Bapak Alimin Daud di SD No. 010/ XI Pondok Agung, SD tersebut secara beransur-ansur mengalami kemunduran. Masyarakat dapat melihat sendiri apa yang terjadi misalnya kegiatan belajar mengajar sering tidak dilakukan, kedisiplinan tidak ditegakkan yang menyebabkan peserta didik sering terlambat masuk dan berkeliaran di waktu jam belajar berlangsung. Ia tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan tidak mau bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Akibatnya sekolah tersebut kurang diminati oleh orang tua peserta didik dan juga masyarakat setempat.
            Selanjutnya akan diuraikan lagi tanggapan masyarakat tentang kepemimpinan Bapak Sailan, S,Pd selama berperan sebagai kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung, seperti dijelaskan oleh informan berikut ini :
Menurut pengamatan saya, semenjak Bapak Sailan, S.Pd diangkat menjadi kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung, nampaknya telah terjadi perubahan menuju ke arah kemajuan yang tentunya cukup mengembirakan kita semua. Ketika Bapak Alimin Daud masih menjabat sebagai kepala, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut sering tidak dilaksanakan, guru-guru sering tidak datang, kedisiplinan sekolah tidak berjalan, tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat setempat, sehingga sekolah tersebut mengalami kemunduran yang mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sana.
Tetapi setelah SD ini dipimpin oleh Bapak Sailan, S.Pd, secara beransur-ansur kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya, kedisiplinan sudah dijalankan, guru-guru selalu rajin dan peserta didik tidak pernah lagi terlambat, berkeliaran di waktu jam belajar berlangsung. Sekiranya ada permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, misalnya peserta didik tidak datang beberapa hari, menurunnya prestasi peserta didik dari yang sebelumnya dan lain-lain, dengan cepat kepala sekolah bekerja sama dengan majelis guru untuk menanganinya, yakni beliau bersedia menghubungi orang tua peserta didik untuk melihat dan meminta penjelasan atau keterangan yang berhubungan dengan hal yang dialami oleh peserta didiknya.
Kemudian setelah berjalan tiga tahun menjabat sebagai kepala di SD No. 10/ XI Pondok Agung, yakni pada tahun pelajaran 2003/ 2004, peserta didiknya berhasil meraih prestasi pada berbagai cabang perlombaan antar SD di desa Semerap, seperti pada lomba cerdas cermat, lomba pada kegiatan keagamaan, lomba senam dan olah raga dan lain-lain.
Kepala sekolah selalu bersikap ramah kepada semua orang yang berhadapan dengannya, Selain itu Bapak Sailan, S.Pd selalu bersedia menerima kritik, saran dan ide dari orang tua peserta didik maupun dari masyarakat untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya, sehingga masyarakat setempat merasa senang atas sikap kepemimpinan dan pembawaan yang diperlihatkan oleh kepala sekolah. Maka tidak hayal lagi kiranya, peran kepemimpinan yang diterapkan tersebut, sekaligus dapat menarik hati dan minat masyarakat menitipkan anak-anaknya untuk sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung.8

     Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok Agung, nampaknya cukup memuaskan. Karena ia mampu memainkan peranannya sebagai kepala sekolah dengan sebaik-baiknya dan berhasil memulihkan dan membenahi segala kekurangan atau kesalahan yang ditinggalkan oleh kepala sekolah sebelumnya. Keberhasilan yang dimaksud seperti semua kegiatan sekolah dapat terlaksana dengan baik dan prestasi peserta didik dapat ditingkatkan, serta hubungan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat berjalan secara harmonis.
C.    Penerapan Nilai Karakter sebagai usaha Melakukan Perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung

        Keberhasilan yang dicapai pada suatu lembaga atau berbagai instansi, tentunya tidak dapat diraih atau datang dengan sendirinya begitu saja, tanpa ada dukungan dari berbagai pihak dalam melakukan berbagai upaya atau usaha untuk mendapatkan perubahan dan kemajuan yang dimaksud. Begitu juga halnya dengan yang terjadi di SD No. 010/ XI Pondok Agung yang telah berhasil melakukan perubahan dari segala kekurangan dan kesalahan  kepemimpinan sebelumnya.
      Adapun faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, akan dijelaskan pada uraian berikut ini :
1.      Memberikan teladan dengan menunjukkan nilai – nilai karakter dalam kepimpinannya.
          Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, tentunya bertanggung jawab terhadap maju atau mundurnya sekolah yang dipimpinnya dan berhasil atau tidak program yang dijalankan di sekolah, tentunya akan tergambar sepenuhnya dari kebijakan yang diambil dan sikap yang diperlihatkan pada kepemimpinannya.
  Apabila seorang pemimpin menghadapi berbagai permasalahan, lalu ia dapat mengambil kebijakan yang tepat sasaran serta menyikapinya dengan baik, yakni untuk kepentingan kemajuan dan keberhasilan yang dilakukan secara bersama-sama, maka perubahan yang diarahkan kepada kemajuan akan tercapai dengan baik. Sebaliknya apabila seorang pemimpin tidak bisa mengambil kebijakan dan tidak menyikapi segala persoalan yang dihadapi dengan baik, maka akan menyebabkan kemunduran dan kegagalan pada instansi ataupun sekolah yang dipimpinnya.
 Selanjutnya untuk mengetahui kebijakan yang diambil dan sikap yang diperlihatkan oleh Bapak Sailan, S.Pd dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, di dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan pengalaman selama lebih dari 35 tahun menjadi guru, banyak sedikit saya dapat mengerti dan memahami tindakan apa saja yang harus dilakukan apabila menghadapi berbagai persoalan yang terjadi di sekolah. Selain itu tentunya harus berdasarkan petunjuk, peraturan yang berlaku dan juga penataran yang pernah saya ikuti, saya terapkan pada sekolah yang saya pimpin ini. Jadi kebijakan yang saya ambil dan sikap yang saya perlihatkan sebagai kelapa sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung, berdasarkan pengalaman menjadi guru, mengikuti petunjuk dan peraturan yang berlaku serta bimbingan dari penataran kepala sekolah yang pernah saya ikuti.
Seperti upaya yang telah dilakukan dalam membenahi segala kekurangan dan kemunduran yang ditinggalkan oleh pipinan sebelumnya, tentunya saya tidak bekerja sendiri, dalam hal ini saya mengambil kebijakan dan mengambil sikap dengan menunjukkan karakter yang baik  salah satunya karakter disiplin yang mulai dari diri sendiri selaku kepemimpinan setelah itu mengajak seluruh majelis guru untuk mengadakan musyawarah. Dari musyawarah tersebut, dapat mencapai kesepakatan bahwa semuanya bertekat akan melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan sekolah. Seperti tugas guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus ditingkatkan, kedisiplinan sekolah dijalankan, semua permasalahan yang dihadapi oleh guru dan peserta didik harus dapat ditanggulangi dengan cepat. Kita harus melakukan koordinasi dengan orang tua peserta didik dan melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat.
Sebagai kepala sekolah, saya tidak mau bertindak sendiri dan selalu terbuka terhadap berbagai persoalan dengan majelis guru. Meletakkan sesuatu pada tempatnya, yakni membagi tugas sesuai dengan keahlian dan profesinya masing-masing, sehingga dengan sendirinya segala tugas dan kewajiban guru dapat terlaksana dan berjalan dengan lancar.9

 Berkat kebijakan dan sikap yang diambil oleh kepala sekolah dalam membenahi segala kekurangan dan kemunduran yang sebelumnya, ternyata dapat membuahkan hasil yang baik, sehingga SD No. 010/ XI Pondok Agung berhasil dan mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan bagi kita semua dan masyarakat desa Koto Patah.
2.      Dukungan majelis guru
        Dukungan yang diberikan oleh majelis guru kepada kepala sekolah dalam upaya mencapai keberhasilan dan kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, berawal dari kebijakan dan sikap yang diambil oleh kepala sekolah dalam melakukan perubahan untuk membenahi segala kekurangan yang telah terjadi. Berdasarkan kebijakan dan sikap kepala sekolah tersebut, telah menumbuhkan rasa tanggung jawab pada guru-guru dengan bekerja sama untuk melakukan perubahan dalam rangka mencapai kemajuan di sekolah tersebut.
        Menurut keterangan dari Bapak Nasrul, S.PdI, menjelaskan sebagai berikut :
Melihat kebijakan yang bijaksana, sikap kepemimpinan yang arif, serta saling pengertian dari kepala sekolah dan dengan niat yang tulus untuk melakukan perubahan dalam rangka mencapai kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, maka kita semua merasa tertarik untuk membatunya. Setiap orang selalu berupaya melakukan yang terbaik dalam kehidupannya, apalagi pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kemajuan, maka akan tersirat di hatinya untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud, begitu juga dengan semua guru yang bertugas di sini. Atas kebijakan dan sikap yang baik disertai semangat kebersamaan yang tinggi, maka kita semua akan memberikan dukungan yang penuh dan merasa terpanggil untuk memenuhi rasa tanggung jawab yakni dengan bekerja sama, dan bersama-sama kita bekerja dalam mencapai keberhasilan demi terwujudnya kemajuan di SD kita ini.10

Dukungan yang diberikan guru kepada kepala sekolah untuk melakukan perubahan dalam mencapai kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, nampaknya berawal dari kebijakan yang bijaksana dan diiringi oleh sikap yang arif,  niat yang tulus dan saling pengertian antara kedua belah pihak, maka majelis guru memberikan dukungan yang penuh terhadap program yang direncanakan. Sehingga perubahan yang dilakukan untuk mencapai kemajuan dapat berhasil dengan baik.
3.      Dukungan orang tua peserta didik dan masyarakat
         Dukungan yang diberikan oleh orang tua peserta didik dan masyarakat kepada kepala sekolah dalam membenahi segala kekurangan yang dialami SD No. 010/ XI Pondok Agung, juga terpulang kepada kebijakan dan sikap yang diperlihatkan oleh kepala sekolah dalam melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana dukungan yang diberikan oleh orang tua peserta didik dan masyarakat kepada kepala sekolah dalam memajukan SD yang dipimpinnya, akan dijelaskan oleh informan berikut ini :
Sebagai orang tua peserta didik dan juga masyarakat desa Koto Patah, tentunya kami merasa senang dan bangga terhadap niat yang tulus dari kepala sekolah untuk memajukan SD No. 010/ XI Pondok Agung ini. Apa saja program yang dicanangkan untuk meningkatkan kemajuan di sekolah yang dipimpinnya, kami akan mendukung sepenuhnya. Kelihatannya kepala sekolah yang sekarang ini tidak asing lagi bagi masyarakat kita, karena beliau sudah  lama  bertugas  menjadi  guru  di  desa  kita ini dan
setiap diminta bantuannya ia selalu memenuhinya,  selain itu ia juga bisa bergaul dengan masyarakat baik dengan remaja, pemuda maupun dengan orang tua-tua di desa kita ini. Ia tidak pernah berkata dan bersikap kasar dengan siapa saja yang bergaul dengannya.
Apabila kepala sekolah meminta bantuan yang kira-kira bisa kami bantu, sudah barang tentu kami akan membantunya baik berupa dana maupun tenaga. Kemajuan yang akan dicapai tersebut tentunya ditujukan untuk anak-anak kita yang belajar di sana, untuk masyarakat dan untuk kemajuan kita berasama.11

Berdasarkan keterangan di atas, menjelaskan bahwa orang tua peserta didik sekaligus sebagai masyarakat desa Koto Patah sangat mendukung program kepala sekolah untuk memajukan SD No. 010/ XI Pondok Agung. Karena mereka melihat dan merasakan sendiri bagaimana sikap Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd dalam beradaptasi dengan masyarakat selama ini. Ia tidak pernah menyinggung perasaan orang tua peserta didik dan juga masyarakat setempat.


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

        Berdasarkan hasil penelitian yang telah dimuatkan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut :
Peran Kepala sekolah di SD No. 010/XI Pondok Agung, antara satu pimpinan dengan pimpinan yang lainnya terdapat perbedaan kemampuan. Yakni di masa kepemimpinan Bapak Muhammad semua kegiatan dapat berjalan dan berhasil dengan baik, di masa Bapak Alimin Daut, dan Ibuk Rosda Elita,  SD tersebut mengalami kemunduran, dan pada kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, SD tersebut dapat bangkit dari kemundurannya dan berhasil mencapai kemajuan.
Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung berdasarkan kemampuan dan keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing kepala sekolah. Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Muhammad sangat baik, pada kepemimpinan Bapak Alimin Daut tidak memuaskan dan terhadap kepemimpinan Fitri Susilawati, S.Pd sangat baik.
Faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung yaitu penerapan Nilai-nilai Karakter oleh kepala sekolah Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, sehingga mendapat dukungan dari majelis guru, orang tua peserta didik dan masyarakat setempat.
Saran-saran
Agar SD No.010/XI Pondok Agung selalu berhasil mencapai kemajuan, penulis menyarankan sebagai berikut :
Kepada Kepala sekolah supaya selalu menerapkan kepemimpinan yang arif dan bijaksana sehingga guru-guru, orang tua peserta didik dan masyarakat memberikan dukungannya terhadap semua program yang akan dilaksanakan di sekolah tersebut
Kepada majelis guru agar selalu membina hubungan kerja sama yang baik dalam membenahi segala kekurangan yang pernah terjadi di masa lalu.
Kepada orang tua peserta didik supaya selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya dalam mengikuti pendidikan di SD No.010/XI Pondok Agung, dan mendukung upaya kepala sekolah untuk memajukan sekolah tersebut.
Kepada masyarakat desa Pondok Tinggi, supaya selalu memberikan ide, saran dan pendapat sehingga prestasi belajar di sekolah tersebut lebih meningkat di masa-masa yang akan datang.


DAFTAR KEPUSTAKAAN


Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang :   Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Pelita V, 1986/1987

Ahmadi Abu – Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2001

Arifin. M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1994
Burhanuddin Yusak, Administrasi Pendidikan, Bandung, Pustaka Tetia, 2005

Daradjat Zakiah dkk,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2001

Hadi, Sutrisno, Metodologi research Yogyakarta : Fak. Psychologi Universtiras Gajah Mada, 1978

Husain Syed Sajjad & Ali Ashraf Syed, Krisis Dalam Pendidikan Islam, Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2000

Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara,2003

Narbuko Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara , 2005

Nata Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam,  Jakarta : PT Grasindo, 2001

Noor, Syakirman, M, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi Dan Tesis Untuk Ilmu-Ilmu Keislaman), Kopertais Wilayah VI Sumatera Barat dan Kerinci, 2001

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984/1985

Sardiman. AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

Sartono, - M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung, Pustaka setia, 1998

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung :  Remaja Rosdakarya, 2000
Uhbiyati, Nur, Ilmu  Pendidikan Islam (IPI), Bandung : CV Pustaka Setia, 1998

Undang-Undang Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, Bandung : Citra Umbara, 2003

Wahjosumidja, Kepemimpinan Abad Ke XXI, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara RI, 1998

Yunus Mahmud, Pokok-Pokok Pendiidkan dan Pengajaran, Jakarta : Hidakarya Agung, 1978

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,  Jakarta : Bumi Aksara, 1992



















LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Nama-nama Informan


NO

N a m a

Jabatan/Status
1
Muhammad
Mantan Kepala SD No.010/XI Pondok Agung
2
Alimin Daud
Mantan Kepala SD No.010/XI Pondok Agung
3
Ali Piyah
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
4
Wahab Ilyas
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
5
Damhur
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
6
Sailan, S.Pd
Kepala SD No.010/XI Pondok Agung
7
Syaufi
Guru SD No.010/XI Pondok Agung
8
Zurni
Guru SD No.010/XI Pondok Agung
9
Siti Sa’adah, A.Ma.Pd
Guru SD No.010/XI Pondok Agung
10
Nasrul, S.PdI
Guru SD No.010/XI Pondok Agung



















Lampiran 2

Pedoman Wawancara


1.      Tahun berapa SD No.010/XI Pondok Agung?
2.      Bagaimana sejarah berdirinya SD No.010/XI Pondok Agung?
3.      Apa latar belakang didirikannya SD No.010/XI Pondok Agung?
4.      Bagaimana kepemimpinan Bapak Muhammad selama menjabat sebagai kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
5.      Bagaimana kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD No.010/XI Pondok Agung
6.      Bagaimana kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
7.      Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No.010/XI Pondok Agung?
8.      Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Alimin Daud selama menjabat sebagai kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
9.            Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati,S.Pd selama berperan sebagai kepala sekolah di SD No.010/XI Pondok Agung
10.        Apa saja faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No.010/XI Pondok Agung
11.        Apa kebijakan yang diambil dan sikap yang diperlihatkan oleh Bapak Sailan, S.Pd dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No.010/XI Pondok Agung Bagaimana dukungan guru terhadap kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd di SD No.010/XI Pondok Agung ?
12.        Bagaimana dukungan orang tua peserta didik dan masyarakat terhadap kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd di SD No.010/XI Pondok Agung?


 








1Wahjosumidja, Kepemimpinan Abad Ke XXI, (Jakarta, Lembaga Administrasi Negara RI, 1998), h. 13 

2Ibid., h. 23
3Ibid., h. 25 -26
7Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara , 2005), Cet. VII,  h. 70

8Ibid., h. 83
9 Ibid., h. 77
                10Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar. h. 1
1M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1994), Cet. IV, h. 12
2Undang-Undang Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, ( Bandung : Citra Umbara, 2003 ), h. 3
3Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi Aksara,2003), Cet.4, h. 3
4Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam,  (Jakarta : PT Grasindo, 2001), h. 1 
5Ibid.
6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung :  Remaja Rosdakarya, 2000 ),, h. 11
7Zakiah Daradjat dkk,  Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000 ), Cet  IV, h. 25, 28
8Nur Uhbiyati, Ilmu  Pendidikan Islam (IPI) 1,  (Bandung : CV Pustaka Setia, 1998), h. 9 

9Ibid., h. 10    

10Sardiman. AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), h. 55 
32Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung, Pustaka Tetia, 2005), Cet. III, h. 119
33Wahjosumidja, Kepemimpinan Abad Ke XXI, (Jakarta, Lembaga Administrasi Negara RI, 1998), h. 13 - 17
34Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendiidkan, h. 44 – 45
1Zurni, Guru SD No. 81/ III Pondok Agung, Wawancara, 20 November 201
2Siti Sa’adah, Guru SD No. 81/III Pondok Agung, Wawancara, 20  november 2017  
3Syaufi, Guru SD No. 010/ XI Pondok Agung, Wawancara, 23 November 201
4Abu Ahmadi – Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), Cet. II,  h. 35
5Ibid., h. 38
6Ali Piyah, Tokoh Masyarakat Desa Pondok Agung, Wawancara23 November 2017
7Wahab Ilyas, Tokoh Masyarakat Semerap, Wawancara23 November 2017
8Damhur,  Tokoh Masyarakat Desa Pondok Agung, Wawancara, 23 November 2017  
9Sailan, Kepala SD No. 010/ XI Pondok Agung, Wawancara, 19 November 2007 
10Nasrul, Guru SD No. 81/ III Pondok Agung, Wawancara,  24 November 2007
11Damhur,  Tokoh Masyarakat Desa Pondok Agung, Wawancara, 18 November 2007  

0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .