
Media Pembelajaran dan Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar
Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru Klik Link Dibawah ini :
https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos
KECAMATAN PONDOK TINGGI
LAPORAN
Diajukan untuk
Melengkapi Tugas Semester
Pada Mata
Kuliah konsep pendidikan karakter
Oleh :
MUHAMMAD AMIN,S.Pd
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PAI FOKUS KAJIAN PENDIDIKAN KARAKTER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
ABSTRAK
Laporan ini berjudul “Peran
Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan Nilai-nilai
Karkater di
SD No. 010/ XI Pondok Agung
Kecamatan Pondok Tinggi.”
Latar
belakang masalah : kepemimpinan Ibuk Fitri
Susilawati,S.Pd, dapat meningkatkan prestasi belajar, sekolah bisa
maju, peserta didiknya banyak. Tapi kenapa pada kepemimpinan Ibuk
Rosda Elita sekolah tersebut menjadi mundur, peserta didiknya selalu
berkurang.
Batasan masalahnya terfokus pada Kepala
sekolah dalam menerapkan nilai-nilai
karakater untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi.
Rumusan masalahnya adalah : Bagaimana Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai karakter di SD No. 010/XI Pondok Agung, bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan kepala
sekolah di SD No. 010/ XI Pondok Agung
Kecamatan Pondok Tinggi, Apa faktor yang mendukung
keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode field research.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis
dapatkan di lapangan, penulis berkesimpulan : Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai karakter di SD No. 010/XI Pondok Agung, antara
satu pimpinan dengan pimpinan yang lainnya terdapat perbedaan kemampuan. Yakni
di masa kepemimpinan Ibuk Fitri
Susilawati,S.Pd semua kegiatan dapat berjalan dan
berhasil dengan baik, di masa Ibuk
Rosda Elita SD tersebut mengalami kemunduran, SD
tersebut dapat bangkit dari kemundurannya dan berhasil mencapai kemajuan setelah berganti kepemimpinan ibuk Fitri
Susilawati,S.Pd. Tanggapan masyarakat terhadap
kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI
Pondok Agung berdasarkan kemampuan dan keberhasilan
yang dicapai oleh masing-masing kepala sekolah. Tanggapan masyarakat terhadap
kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati sangat baik, pada kepemimpinan ibuk rosda elita tidak memuaskan. Faktor yang
mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung yaitu
faktor kebijakan dan sikap kepemimpinan yang baik diterapkan oleh Ibuk Fitri Susilawati S.Pd,
mendapat dukungan dari majelis guru, orang tua peserta didik dan masyarakat
setempat.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang setulus-tulusnya
penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Berkat rehda dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul :“ Penerapan
Nilai-nilai karakter Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI
Pondok Agung”, yang dilakukan dengan bersusah payah
dalam mengumpulkan data di lapangan dan menyusunnya. Karena selain menyelesaikan laporan ini, penulis juga harus menunaikan tugas dan kewajiban
lainnya.
Laporan ini
dapat diselesaikan berkat petunjuk, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada yang Ibuk
Fitri Susilawati Kepala SD No. 010/ XI
Pondok Agung yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian
yang berkaitan dengan pembahasan laporan ini.
Kepada majelis
guru SD No. 010/ XI Pondok Agung yang
telah melayani penulis dalam mengumpulkan data untuk keperluan penulisan laporan
ini.
Atas semua bantuan yang
telah diberikan, mudah-mudahan menjadi amal ibadah dan penulis do’akan semoga
Allah Swt. memberikan pahala yang setimpal kepadanya, Amin ya Rabbal ‘alamin.
Sekiranya dalam penyusunan laporan
ini terdapat kebenaran, kesemuanya itu atas kehendak Allah SWT dan
berkat bantuan berupa petunjuk, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Jika
terdapat kesalahan, itu di luar batas kemampuan penulis sebagai manusia biasa
yang tak luput dari kealfaan dan kekilafan.
Sungai Penuh, 04 Desember
2017
W a s s a l a m
P e n u l i s,
MUHAMMAD AMIN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan
Masalah..................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian................................................... 6
D.
Metode Penelitian dan Teknik Penelitian......................................
7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Pendidikan.................................................................
11
B.
Hakikat Pendidikan Karakter...................................................... 14
C.
Dasar Pendidikan
Karakter ......................................................... 23
D.
Kepemimpinan dalam Pendidikan............................................... 28
BAB III PEMBAHASAN
A.
Gambaran SDN No.010/XI Pondok Agung sejak kepemimpinan
Pertama sampai sekarang.............................................................
33
B.
Tanggapan
Masyarakat terhadap Kepemimpinan
Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung................... 41
C.
Penerapan Nilai Karakter
sebagai usaha Melakukan Perubahan
di SD No. 010/ XI Pondok Agung............................................. 46
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................
52
B.
Saran-saran................................................................................ 53
DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 55
BIODATA PENULIS.....................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Keadaan Pendidik SD No. 81/III Koto
Patah
Tahun Pelajaran
2007/2008……….………………..… 45
Tabel 2 : Peserta
Didik di SD No. 81/III Koto Patah
Tahun Pelajaran
2007/2008 ………….……………... 47
Tabel 3 : Keadaan
Prasarana SD No. 81/III Koto Patah
Tahun Pelajaran
2007/2008……………….…..……… 48
Tabel 4 :
Keadaan Sarana SD No. 81/III Koto Patah
Tahun Pelajaran
2007/2008………...………………… 49
Tabel 5 : Kepala SD No. 81/ III Koto Patah Semenjak
Didirikan S.D. Tahun Pelajaran
2007/2008……….. 51
Tabel 6 : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
Bapak Muhammad di SD No. 81/ III Koto Patah
Tahun Pelajaran 1990/1991.…………………………… 52
Tabel 7 : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
Bapak Alimin Daud di SD No. 81/ III Koto
Patah
Tahun Pelajaran 2000/2001.…………………………… 54
Tabel 8 : Jumlah Peserta didik Akhir Periode Kepemimpinan
Bapak Sailan, S.Pd di SD No. 81/ III Koto
Patah
Tahun Pelajaran 2007/2008…………………………….. 57

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap lembaga tentu ada yang bertugas dan bertanggung jawab untuk
menjalankan program-program yang telah direncanakan. Di sini kepala sekolah
sebagai pimpinan
yang tertinggi di sekolah, bertugas sebagai konseptor,
evaluator dan motivator serta harus bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.
Apabila Kepala sekolah dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, serta selalu menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai unsur, tentunya semua kegiatan di
sekolah tersebut akan terlaksana dan berjalan
dengan baik.
Selaku Kepala
sekolah yang baik juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai karakter di dalam
kepimpinanya karena dengan karakter yang baik akan membentuk pribadi yang baik. Sehingga
rasa saling hormat - menghormati
antara sesama nya dilingkungan tempat kerja itu sendiri,
…Pemimpin
tidak hanya dituntut melaksanakan segala sesuatu secara efektif dan efisien
dengan standar buku yang statis, melainkan yang lebih utama adalah bagaimana
mengusahakan segala sesuatu yang dilakukan oleh organisasi adalah benar dan
tepat, sesuai dengan gelombang maupun tantangan masa depan yang menghadang dan
mempengaruhi kehidupan organisasi.1
Sebagai
pemimpin harus mempunyai daya cipta, mengetahui dengan nyata apa yang harus
diperbuatnya, apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang diniatkan oleh orang
tua murid, apa yang sesuai dengan murid-murid dan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Pemimpin juga harus mempunyai
pandangan yang jauh ke depan, mengetahui dampak positif dan negatif sebelum bertindak, mengetahui mana yang
mungkin harus dilakukan dan mana yang tidak mungkin, mengambil contoh sesuai
dengan jangkauan atau kemampuan yang dimiliki.
Pemimpin
juga harus memiliki komitmen atau rasa tanggung jawab dalam setiap
kepemimpinannya. ”Komitmen merupakan sikap batin, janji seorang pemimpin untuk
mewujudkan tugas dan perannya sebagai seorang pemimpin ke dalam perilaku dalam
mencapai tujuan sejalan dengan nilai-nilai hakiki.2
Dalam
sistem kepemimpinan Pancasila ditemukan istilah Trilogi Kepemimpinan yaitu
Ingarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Adapun
makana yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Ing
Ngarsa Sung Tulada
Arti
kata Ing, di; Ngarsa berarti depan; Sung dari kata asung
yang berarti memberi; dan Tulada berarti teladan.
Penampilan
seorang peminpin yang demikian :
-
Berani
menghadapi tantangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha;
-
Dengan
tabah dan keberanian sanggup bekerja yang paling berat;
-
Menegakkan
disiplin diri sendiri maupun para bawahan;
-
Memberi
suri tauladan
-
Mengabdikan
diri kepada kepentingan umum dan segenap anggota organisasi;
-
Bijaksana
dalam memberikan petunjuk, nasehat dan pertimbangan-pertimbangan;
-
Berani
menjadi ujung tombak bagi setiap usaha dan perjuangan;
-
Sebagai
seorang yang berdiri paling depan, peminpin yang demikian memiliki sifat-sifat : teguh, tanggap dan tangguh.
2.
Ing
Madya Mangun Karsa
Ing, berarti di; Madya
artinya tengah; Mangun berarti membangkitkan; dan Karsa adalah
kehendak.
Penampilan
seorang pemimpin yang demikian adalah :
-
Mau
terjun di tengah-tengah anak buah
-
Merasa
senasip dan sepenanggungan
-
Sanggup
menggugah dan membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang
tinggi
-
Karena
berada di tengah-tengah anak buah, pemimpin selalu tanggap dan mampu berpikir
dan bertindak cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan, kondisi dan situasi
-
Memiliki
ketajaman perasaan
-
Menghayati
kesulitan anak buah
-
Bisa
bersifat sabar, berlebar dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan anak
buah, tanpa kecewa dan mengeluh
3.
Tut
Wuri Handayani
Kata
Tut, berasal dari kata atut yang berarti; ikut; Wuri artinya
belakang, dan Handayani berarti memberi daya, kekuatan.
Pemimpin
yang demikian mempunyai peranan memberi daya kekuatan dan daya dukung untuk memperkuat sikap, langkah dan tindakan
di bawahnya.
Penampilannya
:
-
Selalu
memberikan dorongandan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa, berinisiatif,
memiliki kepercayaan diri untuk berkarya dan tidak selalu tergantung pada perintah
atasan (kreatif)
-
Selalu
mengikuti kegiatan pengikutnya dengan cermat dan teliti, waspada dan tepat
waktunya, koreksi dan pengarahan apabila terjadi kesalahan dan penyimpangan
-
Selalu
memberikan nasehat, koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa
tanggung jawab yang besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama.3
Tipe
kepemimpinan yang demikianlah yang selalu diharap dan dinanti-nantikan
keberadaannya di setiap lembaga pendidikan di Indonesia.
Dengan
keadaan yang demikian, tentunya kepala sekolah dapat menarik hati guru-guru,
peserta didik dan para orang tua murid serta masyarakat setempat, sehingga pada
akhirnya nanti semua program yang ada dapat terselenggara dengan baik dan akan
mencapai tujuan seperti yang telah direncanakan.
Sering
terdengar ditelinga kita yang mengungkapkan bahwa kepala sekolah yang memimpin
pada suatu lembaga tidak mampu menjalankan peranan, fungsi dan tugasnya dengan
baik. Mereka berbuat menurut keinginannya sendiri, kebijakan yang dikeluarkan
bersifat mutlak tanpa menghiraukan saran dan pendapat dari bawahannya, kurang
tanggap terhadap keadaan peserta didiknya, tidak mau bekerja sama dengan orang
tua murid maupun masyarakat setempat, kurang perhatian terhadap kemajuan yang
harus dicapai, kadang-kadang tindakan yang dilakukan sudah di luar batas
kewajaran, sehingga kepemimpin yang dijalankan tidak lagi disenangi oleh
bawahannya, peserta didik, orang tua murid dan juga masyarakat sekitar.
Apabila
keadaan seperti tersebut di atas sudah terjadi pada suatu lembaga pendidikan,
maka akan berpengaruh pula kepada segala aktivitas yang akan dilaksanakan di
sekolah tersebut.
Permasalahan
tersebut juga terjadi di SD No. 010/
XI Pondok Agung Kecamatan
Pondok Tinggi yaitu
semenjak tahun 2017,
lima tahun sebelum masa kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, bahwa pada masa itu
kepala sekolah nampaknya tidak dapat memainkan peranan, fungsi dan tugas dengan
baik, selalu bertentangan dengan majelis guru, tidak mampu menegakkan nilai-nilai
karkater salah satunya disiplin,
tidak pernah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas guru di kelas,
tidak mau tau dengan keadaan peserta didik, tidak
ada tindakan terhadap peserta didik yang terlambat datang dan yang
pulang sebelum jam belajar selesai, jarang melakukan upacara bendera dan tidak
pernah melaksanakan senam pagi, kepala sekolah tidak bisa melakukan pendekatan
dengan para wali murid maupun masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa
kehilangan kepercayaan untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD No. 010/ XI Pondok
Tinggi, akibatnya
telah terjadi penurunan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun, yakni
semenjak tahun 2004 s.d.
tahun 2017.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis
ingin meninjau kembali masa kepemimpinan sebelumnya dan akan mengungkapkan
bagaimana upaya yang dilakukan oleh pimpinan yang baru dalam
mengembalikan citra dan memajukan SD No.
010/ XI Pondok
Agung Kecamatan
Pondok Tinggi ini,
dengan melakukan penelitian di lapangan yang nantinya akan dituangkan ke dalam laporan yang berjudul “Penerapan
Nilai-nilai Karakter seorang Kepala Sekolah di SDN NO.010/XI Pondok Agung
Kecamatan Pondok Tinggi dalam Meningkatkan Mutu Sekolah.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.
Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini akan
dibatasi pada pimpinan dalam memainkan perannya menerapakan nilai-nilai karakter di SD No. 010/ XI Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi.
2.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini dapat dimuruskan sebagai berikut :
a.
Bagaimana Kepala sekolah menerapkan nilai-nilai kakarkater sebagai pimpinan di SD No. 010/XI Pondok Agung
b.
Bagaimana tanggapan masyarakat
terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI
Pondok Agung
c.
Apa faktor yang mendukung
keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui peran Kepala
sekolah dalam menerapkan nilai-nilai karakter di SD No. 010/XI Pondok Agung
b.
Untuk mengetahui tanggapan
masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010 /XI Pondok Agung
c.
Untuk mengetahui penerapan nilai karakter sebagai usaha kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok Agung
2.
Kegunaan Penelitian
Setelah
tercapai tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasilnya berguna:
a.
Sebagai bahan
masukan bagi top manajer
di SD No. 81/ III Koto Patah Kecamatan Keliling Danau, agar kepemimpinan
seperti di masa-masa yang lampau tidak terulang kembali untuk yang akan datang.
b.
Sebagai bahan pertimbangan bagi
pimpinan
di SD No. 010/ XI
Pondok Agung Kecamatan Pondok Tinggi agar dapat menjunjung tinggi nilai-nilai karakter serta dapat
mengimplementasikan di dalam lingkungan kerja dengan
baik, Sehingga mutu pendidikan di sekolah tersebut dapat lebih meningkat lagi
dari yang sebelumnya.
c.
Sebagai upaya untuk mencari
solusi dari permasalahan yang dihadapi SD No. 010/XI
Pondok Agung.
D. Metode Penelitian dan
Teknik Penulisan
1. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Kepala sekolah 1 orang
2)
Mantan kepala sekolah 2 orang
3)
Majelis guru 11 orang
4)
Tokoh masyarakat 5 orang
Jumlah populasi sebanyak 19 orang
b. Sampel Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti berkenaan dengan peran Kepala
sekolah sebagai top manajer dalam
memimpin SD No. 010/XI Pondok Agung, maka penulis
menetapkan sampel sebanyak 53 % dari jumlah populasi yang
terdiri dari :
1)
Kepala sekolah 1 orang
2)
Mantan kepala sekolah 2 orang
3)
Majelis guru 4 orang
4)
Tokoh masyarakat 3 orang
Jumlah sampel sebanyak
10 orang
2. Jenis Data
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data
primer, data yang dikumpulkan dengan mengadakan
pengamatan langsung di lapangan penelitian.
b. Data
sekunder, data tertulis yang didapatkan di tempat penelitian.
3.
Sumber data
Data yang penulis kumpulkan didapatkan dari nara
sumber berikut ini :
a.
Mantan Kepala SD No. 010/XI Pondok Agung
b.
Kepala SD No. 010/XI Pondok Agung
c.
Majelis guru SD No. 010/XI Pondok Agung
d.
Orang tua murid
e.
Tokoh masyarakat
Di
samping mencari data dari sumber tersebut di atas, penulis juga mengadakan
penelitian perpustakaan (Library
Research), guna untuk mengumpulkan bahan-bahan dalam buku dan media
lainnya untuk melengkapi bahan-bahan agar penelitian ini mendapatkan kesimpulan
yang baik dan sesuai dengan permasalahan yang ditemui di lapangan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
untuk mempermudahkan penulis dalam mencari data yang jelas sehingga mudah untuk
dipahami. Metode yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Metode Observasi
“Metode observasi (pengamatan) adalah alat
pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematis
gejala-gejala yang diselidiki.”7
Metode ini digunakan agar penulis dapat secara langsung
terjun kelapangan, gunanya
untuk meneliti dan mengamati realita yang terjadi dan
mengamati setiap gejala yang timbul di lapangan.
b. Metode Interview
“Metode interview
(wawancara) adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.”8
Dalam melakukan interview penulis mengadakan wawancara, langsung secara
mendalam dan jelas
terhadap semua piahak yang
penulis anggap dapat dijadikan
narasumber, semua jawaban dicatat dengan rapi dan teratur. Kemudian
ditelaah dengan teliti terhadap data yang ada hubungannya dengan pembahasan
skripsi ini.
5.
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Induktif.
“Metode
ini adalah berangkat dari kata-kata atau peristiwa yang khusus dan jelas
masalah itulah yang ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum”.9
Dengan metode ini penulis bertitik tolak
pada suatu sifat khusus dan kongkrit, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
umum.
b. Metode Deduktif.
Setelah terkumpul dan tersusun data-data
yang ada bukan berarti telah selesai, akan tetapi data tersebut perlu dibahas
terlebih dahulu kemudian barulah dituangkan dalam skripsi. Jadi yang dimaksud
metode deduktif ini adalah :
“Metode deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum, penemuan khusus dari yang
umum”.10
Dari kutipan di
atas semakin jelas, bahwa penggunaan metode deduktif ini dimaksudkan untuk
melihat kebenaran data yang bersifat umum.
c. Metode
Komperatif.
Dengan metode ini
penulis dapat mengadakan study perbandingan dari beberapa pendapat para ahli
tentang suatu pendapat yang sama, kemudian penulis mengambil salah satu
pendapat untuk memperkuatnya.

LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha dalam membina dan
mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang
berlangsung secara bertahap atau melalui proses-proses tertentu. Suatu proses
yang diinginkan dalam pendidikan adalah proses yang terarah dan memiliki tujuan
untuk mengarahkan peserta didik pada potensi yang dimilikinya. Senada dengan
hal tersebut, Mortimer J. Adler menjelaskan :
Pendidikan adalah proses dengan semua kemampuan manusia (bakat dan
kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik memalui sarana yang secara artistik dibuat
dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.1
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 3 menjelaskan : “Sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”2
Menurut pendapat Dr. Oemar Hamalik dalam
bukunya yang berjudul kurikulum dan pembelajaran memberikan pengertian
pendidikan sebagai berikut :
|
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaiuk mungkin
dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang meungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan
masyarakat.3
Berdasarkan
pelatihan penelitian dasar bagi tenaga edukatif pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 8 Agustus 1998
menjelaskan :
“Secara
sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.4
Menurut pendapat Harsya W. Bachtiar :
“Pendidikan Merupakan upaya untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan individu,
sehingga potensi-potensi kejiwaan
itu dapat diaktualisasikan secara
sempuna”.5
Menurut pendapat Poerbakawatja dan Harahap membertikan
pengertian pendidikan : …usaha secara sadar sengaja dari orang dewasa untuk
dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya…orang dewasa
itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya
mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai
dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.6
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan
oleh para ahli tersebut di atas dapatlah dipahami dan dianalisa bahwa mereka
memang berbeda pendapat dengan bermacam-macam argumentasi, di mana terdapat
perbedaan pandangan dalam memahami pengertian pendidikan. Walaupun demikian di
antara perbedaan itu dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah merupakan
suatu proses yang terjadi dalam pembinaan jasmani dan rohani, sehingga
terbentuk kepribadian muslim yang utuh.
Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian
pendidikan Islam yang mengacu kepada pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut bahasa Pendidikan Islam seperti yang
diungkapkan oleh Zakiah
Daradjat adalah sebagai berikut :
Bila kita akan melihat pengertian
pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata bahasa Arab
karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. “ Kata ”pendidikan”
yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan
kata kerja “rabba”… sedangkan “ Pendidikan Islam “ dalam bahasa Arab adalah
“Tarbiyah Islamiyah...
…Sedangkan menurut istilah,
Pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim.7
Menurut pendapat Ahmad
D. Marimba “Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agam Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.8
Berikut ini Musthafa Al-Ghulayani berpendapat pengertian pendidikan
Islam adalah sebagai berikut :
Bahwa pendidikan
Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga
akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian
buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.9
Pendidikan dan pengajaran adalah : “suatu
proses yang sadar tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar
mengajar itu suatu
peristiwa yang terikat,
terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan”.10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha, bimbingan pimpinan arahan yang diberikan kepada anak
didik secara sadar menurut nilai atau
norma ajaran Islam yang
berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul untuk mempengaruhi pertumbuhan anak agar terbentuk kepribadian
muslim.
Pendidikan
Islam mencakup seluruh segi kehidupan manusia, yang mengajarkan ilmu-ilmu yang
bersifat keagamaan, kerohanian, akhlak yang mulia dalam rangka mempersiapkan
manusia untuk menjalani kehidupan dengan jalan yang diredoi oleh Allah SWT
sehingga dapat memperoleh
kebahagian dunia dan kebahagiaan
di akhirat.
B. Hakikat
Pendidikan Karkater
Sebelum kita
membahas mengenai pendidikan karakter ada baiknya kita mengetahui apa itu
pendidikan dan apa itu karakter. Setelah kita mengetahui makna kedua kata
tersebut kita akan dapat memahami apa yang dimaksud dengan pendidikn karakter
tersebut.
Kata
pendidikan dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagoso yang
berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan aducare artinya
membawa keluar. Bahasa belanda menyebutkan istilah pendidikan dengan nama opvoeden
yang berarti membesarkan atau mendewasakan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan
istilah aducate/aducating yang berarti to give intellectual training
artinya menanamkan moral dan melatih intelektual (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps
diakses 19 maret 2013 pkl. 21.41).
Sementara
dalam pandangan Islam, pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah
tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran
dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘allama.
Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata rabba
beserta cabangnya banyak dijumpai dalam al-Quran, misalnya dalam Q.S. al-Isra’
[17]: 24 dan Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 18, sedangkan kata ‘allama antara
lain terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 31 dan Q.S. an-Naml [27]: 16. Tarbiyah
sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa
absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan
pendidikannya) (Moh. Roqib,2009:14).
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Pendidikan
dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai proses transmisi
pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi ke
generasi lainnya semua itu dapat berlangsung seumur hidup, selama manusia masih
berada di muka bumi ini.
Selain
pengertian di atas ada beberapa pengertian mengenai pendidikan sebagai berikut
(Hamdani Hamid,2010:23) :
1. Pengertian dalam arti sempit ialah segala pengaruh
yang diupayakan sekolah terhadap anak atau remaja yang diserahkan kepadanya,
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh tentang
hubungan-hubungan dan tugas sosial.
2. Pengertian dalam arti agak luas ialah usaha sadar
yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang berlangsung disekolah dan luar sekolah untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam
berbagai lingkungan hidup.
3. Pengertian dalam arti sangat luas ialah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang
hidup.
Sementara itu
penulis Barat seperti John Dewey sebagaimana dikutip Moh. Haitami Salim dan
Erwin Mahrus (2012:9), menyatakan pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama
manusia.
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana yang dilakuan oleh pendidik kepada perserta didik untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara dengan cara
pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua itu berlangsung seumur hidup.
Dari
pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat
pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak.
Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi
juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat
perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Sementara itu definisi
karakter dalam prinsip etimologis, kata karakter (Inggris: character)
berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Marzuki,tth:4). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI. 2012), kata “karakter”
diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain dan watak.
Dalam pusat bahasa Depdiknas (2008:682) sebagaimana dikutip Marzuki (tth:4), karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.
Orang
berkarakter
berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan
sebagai kepribadian atau akhalak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik
atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui
lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari
lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan
dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik.
Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan
karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Sementara itu, ada juga yang berpendapat karakter
itu bisa dibentuk dan diupayakan. Dalam pendapat ini mengandung makna bahwa
pendidikan karakter sangat berguna untuk merubah manusia menjadi manusia yang
berkarakter baik.
Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai
tabiat, yang bermaknakan perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau
kebiasaan atau bisa diartikan sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.
Orang yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang
berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter
mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15). Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk
dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter
yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah
dalam surat asy-Syam ayat 8-10.
$ygyJolù;r'sù $ydu‘qègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ô‰s% yxn=øùr& `tB $yg8©.y— ÇÒÈ
ô‰s%ur z>%s{ `tB $yg9¢™yŠ ÇÊÉÈ
Artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum,
tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Sedangkan
secara terminology, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona
(1991:51) sebagaimana yang dikutip Marzuki,tth:5), yang
mengemukakan bahwa karakter adalah “A
reliable inner disposition to respond
to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior”. Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral
khowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling) dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan
(cognitives), sikap (attitudes)
dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
Dari beberapa pengertian
di atas maka, karakter tersebut sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter
dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang
universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia
dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas)
serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Nilai-nilai tersebut
dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim
(tth.89-90), yaitu ada 18 nilai sebagai beriktu:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan
sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang
tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap,
dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak,
dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak,
dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa karakter identik dengan akhlak. Maka dalam perspektif
Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari
proses penerapan syariat (Ibadan dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi
aqidah yang kokoh dan bersandar pada al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Dari konsep karakter dan
pendidikan maka muncul yang namanya pendidikan karakter (character education).
Terminology pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an.
Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika bukunya yang
berjudul The Return of Character Education kemudian disusul bukunya Educating
for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility (1991).
Melalui buku-buku itu, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingya pendidikan
karakter. Sedangkan di Idonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai
diperkenalkan sekitar tahun 2005-an. Hal itu secara implisit ditegaskan dalam
Rencana Pembanguna Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”(Amirulloh
Syarbini,2012:16).
Pada penjelasan di atas
disinggung masalah pendidikan karater yang identik dengan akhlak. Maka kita
perlu tahu apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak secara lebih dalam.
Seperti yang
telah dijelaskan di atas, pendidikan akhlak dan pendidikan karakter adalah
sama, yaitu sama-sama pembentukan karakter. Perbedaannya adalah jika pendidikan
akhlak terkesan ketimur-timuran dan Islami, sedangkan pendidikan karakter
terkesan kebarat-baratan dan sekuler.semua itu bukanlah alasan untuk
diperdebatkan dan dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang
untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di
Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dan spiritual
(Zubaedi,2012:65). Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah
berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat
operasional yang meliputi metode, strategi dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak
syarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka dari itu
jika keduanya dipadukan akan sempurna dalam pembentukan karakter manusia. Hal
ini sekaligus dapat menjadi nilai plus bahwa karakter meliki ikatan yang kuat
dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Menurut terminology
Islam, pengertian karakter ,memiliki kedekatan pengertian dengan pengertian
akhlak (Zubaedi,2012:65). Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa
Arab (اخلاق), bentuk jamak dari
mufradnya khuluq (خلق),
yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal
dari bahasa latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral juga berasal dari
bahasa latin juga, mores yang berarti kebiasaannya (Zubaedi,2012:65).
Dalam kalimat khuluq
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun خلق)) yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya khalik خلق)) yang berarti
penciptaan dan makhluk (مخلوق) yang berarti
diciptakan. (Zubaedi.2012: 65-66)
Menurut Abd.
Hamid sebagaimana dikutip Zubaedi (2012:66) menyatakan bahwa”.
الاء
خلق هى صفات الانسان الاءدابية
Artinya:
“Akhlak
ialah segala sifat manusia yang terdidik”.
Memahami
pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa
manusia sejak lahir, maksudnya potensi ini sangat tergantung bagaimana cara
pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka sama seperti
pendidikan karakter, pendidikan akhlak juga outputnya adalah akhlak mulia dan
sebaliknya apabila pembinaannya negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmuniah.
Maka dari itu
al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
الخلق
عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر الاء فعال يسهولة ويسر من غير حجة الى فكروروية
Artinya:
“Akhlaq adalah suatu
perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan
tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”. (Zubaedi.2012: 67)
Dari beberapa pengertian
pendidikan dan karakter di atas maka dapat diambil kesimpulan, pendidikan
karakter adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk
membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral,
etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan
pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan karakter adalah bukan jenis mata
pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) atau lainnya, tetapi proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai
positif kepada peserta didik agar mereka memiliki karakter yang baik (good
character) sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk, baik dari agama, budaya,
maupun falsafah Negara (Amirulloh Syarbini,2012:18).
Jadi, pendidikan karakter
menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada
peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan
membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk
serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan
pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran
dan as-Sunah.
C. Dasar-dasar Pendidikan Karakter
Seperti
dijelaskan di atas bahwa karakter identik dengan akhlak. Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak
mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan
muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau
akhlak merupakan kesempurnaan
dari bangunan tersebut setelah fondasi dan
bangunannya kuat (Marzuki.tth:5).
Tidak mungkin karakter atau akhlak mulia
akan terwujud pada diri seseorang apabila ia tidak memiliki aqidah dan syariah
yang benar. Seorang Muslim yang memiliki aqidah atau iman yang benar pasti akan
terwujud pada sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasari oleh
imannya. Sebagai contoh, orang yang memiliki iman yang baik dan benar kepada
Allah SWT ia akan selalu mentaati dan melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh
larangan-larangan-Nya. Maka dari itu,
ia akan selalu
berbuat yang baik dan
menjauhi hal-hal yang dilarang
(buruk). Iman bukan saja hanya
kepada Allah SWT tetapi juga kepada malaikat, kitab, Rasul dan seterusnya akan menjadikan sikap dan perilakunya terarah
dan terkendali, sehingga akan mewujudkan akhlak atau karakter mulia. Hal
yang sama juga terjadi dalam
hal pelaksanaan syariah. Semua
ketentuan syariah Islam bermuara pada terwujudnya akhlak atau karakter mulia.
Seorang yang melaksanakan shalat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Misalnya, pasti dia akan terhindar dan tidak akan melakukan perbuatan yang keji
dan munkar serta ia akan selalu melakukan perbuatan yang baik dan terpuji.
Seperti dalam firman Allah SWT:
اتْلُ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ
تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya:
“Bacalah Kitab (al-Quran)
yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan
(ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah
yang lain). Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Ankabut: 45).
Ketentuan
syariat seperti shalat tersebut bukan saja hanya pada shalat tetapi juga pada
syariat-syariat lain seperti zakat, puasa dan lain sebagainya.
Dalam
pendidikan karakter yang terpenting bukan hanya sebatas mengkaji dan
mendalami konsep akhlak, tetapi sarana dan proses untuk mencapainya juga
sangat penting sehingga seseorang dapat bersikap dan berperilaku mulia seperti
yang dipesankan oleh Nabi SAW. Dengan konsep akhlak dan proses tersebut akan
mengarahkan pada tingkah laku sehari-hari, sehingga sesorang dapat memahami
yang dilakukannya baik dan benar ataupun buruk dan salah, termasuk karakter mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter
tercela (akhlaq madzmumah).
Baik dan
buruk karakter manusia
sangat tergantung pada
tata nilai yang dijadikan pijakannya. Abul A’la al-Maududi sebagaimana
dikuti Marzuki (tth:6) membagi sistem moralitas menjadi dua. Pertama,
sistem moral yang
berdasar kepada kepercayaan
kepada Tuhan dan kehidupan
setelah mati. Kedua, sistem moral
yang tidak mempercayai Tuhan dan timbul dari sumber-sumber sekuler. Sistem
moralitas yang pertama sering juga disebut dengan moral agama, sedang sistem
moralitas yang kedua sering disebut moral sekuler.
Sistem
moralitas yang pertama (moral agama) dapat ditemukan pada sistem moralitas
Islam (akhlak Islam). Hal ini karena Islam menghendaki dikembangkannya
al-Akhlaq al-Karimah yang pola perilakunya dilandasi dan untuk mewujudkan nilai
Iman, Islam dan Ihsan.
Sedangkan
sistem moralitas yang kedua menurut (moral
sekuler) menurut Faisal Ismail (1998: 181) adalah sistem yang dibuat
atau sebagai hasil pemikiran manusia (secular
moral philosophies) dengan mendasarkan pada sumber-sumber sekuler, baik
murni dari hukum yang ada dalam kehidupan, intuisi manusia, pengalaman, maupun
karakter manusia) (Marzuki.tth:7).
Dalam al-Quran
ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan
perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan
kebajikan (al-birr), menepati janji (al- wafa), sabar, jujur,
takut pada Allah Swt., bersedekah di
jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah
[2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37; QS. al-Furqan [25]: 35–37; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran
[3]: 134). Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim
melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya (Marzuki.tth:8).
Keharusan
menjunjung tinggi karakter mulia (akhlaq karimah) lebih dipertegas lagi
oleh Nabi Saw. dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas
kemauan, bobot amal dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan
oleh Abdullah Ibn Amr: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya …”
(HR. al-Tirmidzi). Dalam hadis yang lain Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya
orang yang paling cinta kepadaku di antara kamu sekalian dan paling dekat
tempat duduknya denganku di
hari kiamat adalah
yang terbaik akhlaknya di antara kamu sekalian ...” (HR. al-Tirmidzi).
Dijelaskan juga dalam hadis yang lain, ketika Nabi Saw ditanya: “Apa yang
terbanyak membawa orang masuk ke dalam surga?” Nabi Saw. menjawab: “Takwa
kepada Allah dan berakhlak baik.” (HR. al-Tirmidzi) (Marzuki.tth:8).
Menurut Ainain
sebagimana dikuti Marzuki (tth.8), dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa
karakter dalam perspektif Islam bukan hanya
hasil pemikiran dan
tidak berarti lepas
dari realitas hidup,
melainkan merupakan persoalan yang
terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas dan tujuan yang digariskan
oleh akhlaq qur’aniah. Dengan demikian, karakter mulia
merupakan sistem perilaku
yang diwajibkan dalam
agama Islam melalui nash al-Quran
dan hadis.
Namun demikian,
kewajiban yang dibebankan
kepada manusia bukanlah kewajiban yang tanpa makna dan keluar dari dasar fungsi
penciptaan manusia. Al-Quran telah menjelaskan masalah kehidupan dengan
penjelasan yang realistis, luas dan juga telah menetapkan pandangan yang luas
pada kebaikan manusia dan zatnya. Makna penjelasan itu bertujuan agar manusia
terpelihara kemanusiaannya dengan senantiasa dididik akhlaknya,
diperlakukan dengan pembinaan
yang baik bagi hidupnya, serta dikembangkan perasaan kemanusiaan
dan sumber kehalusan budinya.
Dengan
demikian, menurut al-Bahi sebagaiman dikutip Marzuki (tth.9), karakter telah
melekat dalam diri manusia secara fitriah. Dengan kemampuan
fitriah ini ternyata
manusia mampu membedakan
batas kebaikan dan keburukan, dan mampu membedakan mana yang tidak
bermanfaat dan mana yang tidak berbahaya.
Sebenarnya
pembawaan fitrah manusia ini tidak serta merta menjadikan karakter manusia bisa terjaga dan berkembang
sesuai dengan fitrah tersebut. Fakta membuktikan bahwa pengalaman yang dihadapi masing-masing
orang menjadi faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengamalan
karakternya. Disinilah pendidikan karakter mempunyai peran yang penting dan
strategis bagi manusia dalam rangka melalukan proses internalisasi dan
pengamalan nilai-nilai karakter mulia di
masyarakat.
D. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dari pendidikan
karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam
hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang
menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita kita harus
menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana seperti dalam
hadis riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس
رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang
yang paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said al-Khim, dkk.2012:
695)
Dari hadis tersebut bahwa,
sangat jelas akhlak Rasulullah adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat
sempurna. Dalam hadis ini juga memperkuat pendapat Bambang Q-Anees (2009:6)
bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah al-Quran berjalan, karena dalam diri Rasulullah
terdapat al-Quran tersebut dan beliau tidak pernah sekalipun melakukan
perbuatan yang menyimpang dan melenceng dari akhlak mulia.
Al-Quran adalah petunjuk
bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan
pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus
mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.
Firman Allah SWT.
y7¯RÎ)ur 4’n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung”. (Q.S. al-Qalam : 4)
Dalam
pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk
berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan
amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáø‹tóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä† šúüÏZÅ¡ósßJø9$#
Artinya:
“...... dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan”. (Q.S. al-Imran: 134)
Dari uraian di
atas maka tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi
yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang
berakhlak mulia akan segera melakukan
D. Kepemimpinan dalam Pendidikan
Terwujudnya
nilai-nilai yang hakiki dalam suatu organisasi, seorang pemimpiupin harus
memiliki komitmen dalam kepemimpinannya. Dengan adanya komitmen, para pemimpin
akan senantiasa peka terhadap berbagai persoalan yang dihadapi sehingga mereka
mampu menyikapi perubahan dalam segala aspek yang dihadapinya.
Di sekolah, Kepala sekolah berperan sebagai pimpinan
tertinggi memegang peranan yang amat penting dan ia harus memiliki jiwa
kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai
tata usaha, pegawai sekolah dan
peserta didik lainnya.
Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin pada organisasi sekolah, Kepala sekolah
harus memiliki berbagai persyaratan
tertentu agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Persyaratan
yang dimaksud di antaranya “…memiliki ijazah, kemampuan mengajar dan
kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman bekerja pada sekolah yang
sejenis.”32
Kepribadian seorang pemimpin
memiliki pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan atau kemajuan pada organisasi yang dipimpinnya. Kalau seorang
pemimpin atau Kepala sekolah yang tidak memiliki pendirian, emosianal, ceroboh,
pemarah dan memiliki berbagai sifat buruk lainnya, maka sudah barang tentu akan
menghambat pencapaian tujuan pendidikan di sekolahnya. Sebaliknya apabila
Kepala sekolah memiliki sifat pengayom, penyabar, tidak ceroboh, lues, ramah,
tegas, tidak kaku, selalu membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang
menyebabkan suasana sekolah menjadi
tertib dan harmonis sehingga mempercepat pencapaian tujuan yang diharapkan dan
dengan sendirinya akan membantu suasana kerja yang aman, tenteram dan
menyenangkan.
Selain itu kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan dan kecakapan
yang tinggi sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian ia akan
dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin organisasi yang baik. Kepala
sekolah juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan
perkembangan sekolah dan menciptakan kerja sama dengan majelis guru lainnya.
Sehingga apabila tercapai kesepakatan, antara kepala sekolah dengan majelis
guru, ide-ide tersebut akan terealisasikan dengan baik.
Ada sepuluh macam komitmen yang diharapkan dari suatu kepemimpinan
yaitu :
1.
Mencari peluang yang menantang
Pandangan ini berarti seorang pemimpin diharapkan senantiasa berusaha
agar “status quo” atau “kemampuan yang statis” tidak perlu
dipertahankan, sebaiknya segera diubah demi penyesuaian dengan gelombang
perubahan yang terjadi.
2.
Berani mencoba dan bersedia tanggung
resiko
Komitmen ini mempunyai maksud sama dengan memiliki tekad yang kuat dan
keikhlasan yang dalam untuk berusaha belajar dari keberhasilan dan kegagalan,
meskipun terpaksa harus membayar harga pengalaman dengan mahal dan konsekwensi
yang benar.
3.
Memimpin masa depan
Pemimpin harus menampilkan pribadi yang memancarkan suatu visi atau
pandangan ke depan tentang gambaran wujud masa depan dengan kuat.
4.
Membina kesamaan visi
Berarti mengkomunikasikan visinya kepada semua pihak yang terkait
dengan upaya mewujudkan visinya.
5.
Menggalang kerja sama
Menggalang kerja sama atau mengupayakan agar orang-orang bersedia untuk
bekerja dalam satu kata dan semangat kebersamaan adalah tugas dari seorang
pemimpin.
6.
Memperkuat mitra kerja
Berarti bahwa pemimpin berkewajiban untuk membagi atau memberikan
kekuasaan dan informasi yang dimilikinya agar semua pihak yang terlibat dalam
proses pembaharuan mempunyai kekuatan atau sumber daya gerak pembaharuan yang
sama.
7.
Menunjukkan keteladanan
Berarti seorang pemimpin mempunyai kewajiban untuk membuat orang lain
dapat berbuat dengan memberikan contoh atau jalan awal bagi pertumbuhan
selanjutnya.
8.
Merencanakan keberhasilan bertahap
Disamping pemimpin mempunyai rencana besar dalam mewujudkan misinya,
pemimpin berkewajiban pula untuk membuat rencana secara bertahab sesuai dengan
peluang dan kemampuan yang mungkin dilakukan dalam setiap laju perkembangan.
9.
Menghargai setiap peran individu
Pemimpin harus mampu menghargai setiap peran yang telah dimainkan oleh
semua pihak dengan ikut andil dalam menciptakan keberhasilan.
10.
Mensyukuri setiap keberhasilan
Mensyukuri setiap keberhasilan, adalah kewajiban setiap pemimpin
mengangkat setiap keberhasilan sebagai keberhasilan bersama, bahkan perlu
diupayakan agar keberhasilan juga dijadikan kesempatan emas untuk mendidik dan
mengajarkan suatu nilai-nilai baru kepada banyak pihak.33
Jadi seorang pemimpin harus memiliki komitmen untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi, berani bertanggung jawab dan ambil resiko,
menciptakan visi yang jelas demi kemajuan, bersama-sama menjalankan visi yang
diembankan, membina kemitraan dengan mengembangkan keterbukaan informasi bagi
semua pihak, memberikan contoh kepada bawahannya, menciptakan keberhasilan
secara bertahap dan berkesinambungan dengan membina komitmen yang mendalam
dengan semua pihak terkait, menghargai setiap peran individu, bersyukur atas
keberhasilan yang dicapai bahwa keberhasilan tersebut merupakan keberhasilan
bersama.
Berikut akan dijelaskan lagi sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru
kepala dalam memimpin sekolah. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah adalah sebgai berikut :
1.
Guru kepala harus memahami tabiat manusia
dengan sebenarnya.
Guru kepala yang bijaksana harus memahami
tabiat manusia serta mengetahui bagaimana cara memperlakukan mereka menurut
golongan dan tingkatan mereka masing-masing…
2.
Guru kepala harus mempunyai khayalan cipta
…ia harus mengetahui dengan nyata apa yang harus diperbuatnya, apa yang
dibutuhkan oleh sekolah, apa yang dibutuhkan oleh orang tua murid, apa yang
sesuai dengan murid-murid dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat…
3.
Guru kepala harus percaya kepada tenaganya
untuk membuat garis pekerjaan di sekolah
Supaya guru kepala sukses dalam usahanya haruslah ia percaya kepada
tenaganya untuk membuat garis pekerjaan di sekolah yang akan diturut oleh murid
dan guru…
4.
Guru kepala orang yang suka bekerja,
bijaksana, berpikir tepat dan tegas.
Guru kepala harus melaksanakan mana yang dipandangnya betul menurut
percobaannya atau menurut metode baru dalam pendidikan…
5.
Guru kepala harus lapang dada dan jauh
pandangan
Guru kepala harus mempunyai dada lapang dan pandangan jauh, banyak
pengalaman dan percobaan, mengetahui hubungan sekolah dengan masyarakat dan
hubungan masyarakat dengan sekolah serta mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.34
Uraian di atas menjelaskan, sebagai seorang kepala dalam lembaga
pendidikan harus memiliki sifat-sifat dan tabiat yang baik kepada setiap orang,
mengetahui secara pasti apa yang harus dilakukannya, percaya kepada bawahannya
untuk melakukan setiap pekerjaan dalam membantunya di sekolah, suka bekerja,
bijaksana, berpikir tepat dan tegas, harus berlapang dada dan memiliki
pandangan jauh ke depan untuk mencapai kemajuan, berpengalaman, mengetahui
hubungan sekolah dengan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan sekolah serta
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

HASIL
PENELITIAN DI SD NO. 010/XI PONDOK AGUNG
KECAMATAN
PONDOK TINGGI
A.
Gambaran SD No. 010/ XI Pondok Agung sejak pimpinan pertama sampai sekarang
Kepala
sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam mejalankan program dan pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah, memiliki peranan yang amat penting dalam mengatur
serta memberikan arahan, bimbingan dan pengawasan kepada bawahannya untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing, termasuk juga tertib
administrasi. Selain itu Kepala sekolah juga harus dapat melakukan pendekatan
kepada peserta didiknya, orang tua peserta didik dan juga masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut
dilakukan agar mendapat perhatian dan dukungan yang baik dari mereka sehingga
semua kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan dapat
mencapai tujuannya.
Sekolah
Dasar No. 010/ XI Pondok
Agung Kecamatan
Pondok Tinggi semenjak
didirikan pada tahun 1973 s.d. tahun pelajaran 2017/2018, telah mengalami pergantian
kepemimpinan atau Kepala sekolah sebanyak 8
kali. Adapun orang-orang yang pernah memimpin sekolah tersebut akan dimuatkan
pada tabel berikut ini :
|
Tabel 5
Kepala SD No. 010/ XI Pondok
Agung Semenjak
Didirikan
S.D. Tahun Pelajaran
2007/2008
No
|
Nama Kepala
|
Dari Tahun Ke Tahun
|
Lamanya
|
1
|
Muhammad
|
1973 s.d. 1990
|
17 tahun
|
2
|
Alimin Daud
|
1991 s.d. 2000
|
10 tahun
|
3
|
Rosda Elita
|
2001 s.d. 2010
|
10 tahun
|
4
|
Fitri Susilawati
|
2010 s.d sekarang
|
7 tahun berlangsung
|
Sumber : Data Dokumentasi SD No. 010/ XI Pondok
Agung 2017
Tabel di atas, menjelaskan yang pernah
menjabat sebagai kepala di SD No.010/
XI Pondok Agung semenjak
didirikkan sampai tahun 2007 yaitu Bapak Muhammad selama 17 tahun, Bapak Alimin
Daud selama 10 tahun dan Ibuk Rosda Elita, S.Pd. semenjak tahun 2001 sampai 2010 dan
Ibuk Fitri Susilawati sampai sekarang
sudah berjalan 7 tahun.
Antara satu pimpinan dengan pimpinan yang
lainnya dalam memainkan peranannya sebagai kepala sekolah, terdapat perbedaan
kemampuan dalam mencapai suatu kemajuan dan
keberhasilan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kemajuan dan
keberhasilan yang penulis maksudkan di sini, diukur dengan keadaan jumlah
peserta didik pada periode kepemimpinan mereka masing-masing, yakni pada akhir
jabatan dari Bapak Muhammad dan Bapak Alimin Daut, sedangkan yang menjadi
ukuran berhasil atau tidaknya kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd berdasarkan keadaan
jumlah peserta didik tahun pelajaran 2017/
2018
kemajuan yang dicapai. Karena pada tahun pelajaran tersebut beliau masih
menjabat sebagai kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung.
Selanjutnya untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya masing-masing kepala sekolah dalam memainkan peranannya sebagai
pimpinan di SD No. 010/
XI Pondok Agung, akan dikemukakan keadaan jumlah peserta didik
pada akhir periode dan akhir tahun pelajaran kepemimpinan mereka, seperti
terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 6
Jumlah Peserta didik
Akhir Periode Kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok
Agung
Tahun Pelajaran
1990/1991
No
|
Kelas
|
Jumlah Peserta didik
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Kelas I
|
15 orang
|
15 orang
|
30 orang
|
2
|
Kelas II
|
18 orang
|
17 orang
|
35 orang
|
3
|
Kelas III
|
12 orang
|
13 orang
|
25 orang
|
4
|
Kelas IV
|
14 orang
|
14 orang
|
28 orang
|
5
|
Kelas V
|
17 orang
|
19 orang
|
36 orang
|
6
|
Kelas VI
|
17 orang
|
18 orang
|
35 orang
|
Jumlah
|
93 orang
|
96 orang
|
189 orang
|
Sumber : Data Dokumentasi
SD
No. 010/ XI Pondok
Agung Tahun 2017
Menurut tabel di atas
menjelaskan, bahwa pada akhir periode kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok Agung
keadaan
peserta didiknya terdiri dari Kelas I laki-laki 15 orang perempuan 15 orang
jumlah : 30, kelas II laki-laki 18 orang perempuan 17 orang jumlah : 35 orang,
kelas III laki-laki 12 orang perempuan 13 orang jumlah 25 orang, kelas IV
laki-laki 14 orang perempuan 14 orang jumlah : 28 orang, kelas V kali-laki 17
orang perempuan 19 orang jumlah : 36 orang dan kelas VI laki-laki 17 orang
perempuan 18 orang jumlah : 35 orang. Jadi jumlah peserta didik seluruhnya
sebanyak 189 orang.
Berdasarkan keterangan
yang penulis terima dari Ibu Zurni mengungkapkan tentang kepemimpinan Bapak
Muhammad selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok
Agung berikut ini :
Pada masa kepemimpinan
Bapak Muhammad, SD No. 010/
XI Pondok Agung merupakan
SD terbaik di jika dibandingkan dengan SD lainnya yang ada di desa Semerap ini.
Karena pada setiap kegiatan lomba antar SD di desa Semerap, SD No. 010/ XI Pondok
Agung selalu
menjadi yang terbaik atau memperoleh juara satu. Berkat kepemimpinannya yang
selalu menegakkan disiplin, setiap hari guru-guru selalu rajin, aktif dan
bersemangat melaksanakan tugasnya, di samping itu setiap permasalahan yang
dihadapi oleh guru baik secara pribadi maupun kedinasan, beliau selalu membantu
mencari solusinya. Dan beliau tidak segan-segan memberikan pinjaman berupa
materi atau pemberian secara cuma-cuma kepada guru-guru yang sangat
membutuhkannya. Begitu juga dengan segala keperluan yang mendesak untuk
kebutuhan sekolah beliau bersedia mengantisipasinya. Selain itu beliau juga
selalu mengawasi tugas yang dilaksanakan oleh guru dan selalu memberikan
perhatian kepada peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua
peserta didik dan masyarakat sekitarnya. 1
Menurut keterangan dari Ibu Zurni di atas,
mengungkapkan bahwa pada masa kepemimpinan Bapak Muhammad di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
peserta didiknya selalu mendapat juara pada setiap perlombaan antar SD yang ada
di desa pondok tinggi.
Dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi, guru-guru selalu rajin, aktif dan
bersemangat dalam melaksanakan tugasnya karena beliau selalu memperhatikan
keadaan bawahannya dan demi untuk kemajuan sekolah beliau rela berkorban serta
selalu memberikan perhatian kepada peserta didik, melakukan pendekatan dengan
orang tua peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya akan dikemukakan lagi keadaan
peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Alimin Daud dalam memainkan
peranannya sebagai kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung yang
akan dituangkan pada tabel berikut ini :
Tabel 7
Jumlah Peserta didik
Akhir Periode Kepemimpinan Bapak
Alimin Daud di SD No. 010/ XI Pondok
Agung
Tahun Pelajaran
2000/2001
No
|
Kelas
|
Jumlah Peserta didik
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Kelas IV
|
5 orang
|
4 orang
|
9 orang
|
2
|
Kelas V
|
7 orang
|
8 orang
|
15 orang
|
3
|
Kelas VI
|
5 orang
|
6 orang
|
11 orang
|
Jumlah
|
17 orang
|
18 orang
|
35 orang
|
Sumber : Data
Dokumentasi SD No. 010/ XI Pondok
Agung Tahun
Pelajaran 2000/2001
Dari tabel di atas,
terlihat bahwa keadaan peserta didik di SD No. 010/ XI Pondok Agung terdiri dari kelas IV
laki-laki 5 orang perempuan 4 orang jumlahnya : 9 orang, kelas V kali-laki 7
orang perempuan 8 orang jumlahnya : 15 orang dan kelas VI laki-laki 5 orang
perempuan 6 orang jumlahnya : 11 orang. Secara keseluruhan peserta didiknya
sebanyak 35 orang.
Berdasarkan keterangan
dari Ibu Siti Sa’adah menjelaskan tentang kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD
No. 010/ XI Pondok
Agung sebagai
berikut :
Di waktu kepemimpinan
Bapak Alimin Daud, nampaknya SD No. 010/
XI Pondok Agung mengalami
kemunduran dalam berbagai hal. Seperti prestasi peserta didik menurun, karena
tidak pernah lagi mendapat juara pada setiap kegiatan lomba antar SD di desa
Semerap, kedisiplinan tidak ditegakkan yang mengakibatkan peserta didik sering
terlambat masuk, berkeliaran di waktu jam belajar, pulang sebelum waktunya,
begitu juga dengan guru sering terlambat dan tidak datang melaksanakan tugas.
Di samping itu, setiap ada permasalahan beliau selalu bertindak menurut
keinginannya sendiri tanpa meminta pertimbangan atau pendapat dari guru-guru
lainnya, acuh tak acuh terhadap permasalahan serta kesulitan yang dihadapi oleh
guru dalam melaksanakan tugasnya, tidak pernah melakukan pengawasan terhadap
guru maupun peserta didiknya, tidak pernah melakukan pendekatan dengan peserta
didik, orang tua peserta didik dan juga dengan masyarakat sekitarnya. Dengan
kepemimpinan yang demikian, telah menyebabkan sekolah tersebut mengalami
kekurangan peserta didik, bahkan semenjak tahun pelajaran 1998/1999 s.d. akhir
jabatannya tahun pelajaran 2000/ 2001, SD No. 010/ XI Pondok Agung tidak menerima murid
baru, sehingga tingkatan kelas yang tinggal hanya kelas IV, kelas V dan kelas
VI saja, dengan jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 35 orang. Karena
melihat sikap kepala sekolah yang demikian, telah menyebabkan orang tua dari
anak usia sekolah dasar di desa Koto Patah tidak berkenan memasukkan
anak-anaknya ke SD tersebut dan lebih memilih SD lain untuk menyekolahkan
anak-anak mereka.2
Selama kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD
No. 010/ XI Pondok
Agung,
seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Siti Sa’adah di atas menunjukkan
bahwa sekolah tersebut mengalami kemunduran dalam berbagai hal. Yakni
menurunnya prestasi peserta didik, kedisiplinan tidak berjalan yang
mengakibatkan peserta didik sering terlambat masuk sekolah, berkeliaran di
waktu jam belajar, pulang sebelum waktunya, begitu juga dengan guru sering
terlambat dan tidak datang melaksanakan tugas. Selain itu kepala sekolah tidak
tanggap terhadap permasalahan dan kesulitan guru dalam melaksanakan tugasnya,
tidak mengawasi pekerjaan guru maupun peserta didiknya, tidak memberikan
perhatian kepada peserta didik, tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang
tua peserta didik dan juga dengan masyarakat di sekitarnya. Sehingga
menyebabkan sekolah mengalami kekurangan peserta didik, bahkan semenjak tahun
pelajaran 1998/1999 s.d. 2000/ 2001, SD No. 010/ XI Pondok Agung tidak menerima murid
baru, tingkatan kelas yang tinggal hanya kelas IV, kelas V dan kelas VI dengan
jumlah peserta didik sebanyak 35 orang. Orang tua dari anak usia sekolah dasar
di desa Koto Patah tidak berkenan lagi memasukkan anak-anaknya ke sana dan
lebih memilih SD lain berdekatan yang berada di desa Semerap.
Seterusnya akan diuraikan tentang keadaan
peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan
peranannya sebagai kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung yang
akan dituangkan ke dalam tabel berikut ini :
Tabel 8
Jumlah Peserta Didik Akhir
Periode Kepemimpinan Bapak
Sailan, S.Pd di SD No.
010/ XI Pondok Agung
Tahun Pelajaran 2017/2018
No
|
Kelas
|
Jumlah Peserta didik
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Kelas I
|
10 orang
|
9 orang
|
19 orang
|
2
|
Kelas II
|
18 orang
|
15 orang
|
33 orang
|
3
|
Kelas III
|
16 orang
|
18 orang
|
34 orang
|
4
|
Kelas IV
|
10 orang
|
12 orang
|
22 orang
|
5
|
Kelas V
|
17 orang
|
14 orang
|
31 orang
|
6
|
Kelas VI
|
11 orang
|
12 orang
|
23 orang
|
Jumlah
|
82 orang
|
80 orang
|
162 orang
|
Sumber : Data Dokumentasi SD No. 010/ XI Pondok
Agung
Tahun
Pelajaran 2007/2008
Tabel di atas, menjelaskan bahwa keadaan
peserta didik pada masa kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan
peranannya sebagai kepala di SD No. 81/ III Koto Patah, sangat menggembirakan,
karena beliau berhasil membenahi segala kekurangan atau kekeliruan yang
ditinggalkan oleh pemimpin sebelumnya. Sehingga setelah berjalan 6 tahun masa kepemimpinannya,
peserta didik semakin bertambah banyak yakni mencapai 162 orang, dengan rincian
sebagai berikut : kelas I laki-laki 10 orang perempuan 9 orang jumlahnya 19
orang, kelas II laki-laki 18 orang perempuan 15 orang jumlahnya 33 orang, kelas
III laki-laki 16 orang perempuan 18 orang jumlahnya 34 orang, kelas IV
laki-laki 10 orang perempuan 12 orang jumlahnya 22 orang, kelas V laki-laki 17
orang perempuan 14 orang jumlahnya 31 orang, kelas VI laki-laki 11 orang
perempuan 12 orang jumlahnya 23 orang.
Berikutnya ini akan diuraikan tentang
kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd dalam memainkan peranannya sebagai kepala di SD
No. 010/ XI Pondok
Agung
yang dituangkan berdasarkan keterangan dari Bapak Syaufi menjelaskan :
Sistem kepemimpinan
yang diterapkan oleh Bapak Sailan, S.Pd di SD No. 010/ XI Pondok
Agung sangat
memuskan kita semua. Selain membenahi berbagai kekurangan dari masa
kepemimpinan Bapak Alimin Daud, ia selalu berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah kita ini. Misalnya setiap ada kegiatan dan permasalahan
yang terjadi, kepala sekolah selalu menyikapinya secara terbuka yakni
mendudukkan persoalan yang dihadapi dengan meminta saran, ide atau pendapat
dari majelis guru melalui musyawarah, termasuk penegakan disiplin kerja guru
dan peserta didik. Dalam musyawarah ia sering mengungkapkan bahwa maju dan
mundurnya sekolah kita ini serta berhasil atau tidaknya semua program yang kita
jalankan merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua. Ungkapan tersebut dapat
dijadikan sebagai pegangan sekaligus memberikan motivasi kepada majelis guru
untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dalam memainkan peranannya sebagai
kepala, ia selalu melakukan pendekatan dan pengawasan kepada tugas bawahannya
serta tidak pernah berkata dan bersikap kasar kepada mereka. Setiap ada
kebutuhan yang mendesak untuk kepentingan dan kemajuan sekolah, ia tidak
keberatan menanggulanginya terlebih dahulu. Dengan sikap kepemimpinan yang
demikian, guru-guru merasa diperhatikan dan segan terhadap beliau, sehingga
semua kegiatan di sekolah dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Kemudian
dari itu, ia juga selalu memberikan perhatian kepada peserta didiknya,
melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan juga masyarakat sekitar
untuk menarik minat agar mereka mau memasukkan anak-anaknya untuk sekolah di SD
yang dipimpinnya. Hasilnya dari tahun ke tahun masyarakat mulai tergugah
hatinya menitipkan anak-anak mereka untuk sekolah di SD tersebut, bahkan sampai
pata tahun pelajaran 2007/ 2008 peserta didiknya mencapai 162 orang, dan
merupakan peserta didik terbanyak di antara SD yang ada di desa Semerap
sekarang ini.3
Menurut pengamatan dan pengalaman penulis
selama bertugas di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
bahwa keterangan yang telah disampaikan oleh Bapak Saufi di atas memang benar. Ibuk Fitri
Susilawati,
S.Pd dalam menjalankan peranannya sebagai kepala sekolah, telah berupaya dan
berhasil membenahi segala kekurangan dan kekeliruan yang ditinggalkan oleh
pimpinan sebelumnya yakni dengan kerja keras, serta semangat yang tinggi memajukan
sekolah yang dipimpinnya. Setiap kali ada permasalahan, kepala sekolah
menyikapinya secara terbuka yakni melalui musyawarah untuk dipecahkan bersama
dengan meminta saran, ide atau pendapat dari majelis guru. Di samping itu ia
selalu melakukan pendekatan dan pengawasan kepada bawahannya serta tidak pernah
berkata dan bersikap kasar. Setiap ada kebutuhan yang mendesak untuk
kepentingan dan kemajuan sekolah, ia tidak keberatan menanggulanginya terlebih
dahulu. Kemudian dari itu, ia juga mempereratkan kerja sama yang baik dengan
majelis guru, memberikan perhatian kepada peserta didik, melakukan pendekatan
dengan orang tua peserta didik dan juga masyarakat sekitar agar mereka mau
memasukkan anak-anaknya untuk sekolah di SD yang dipimpinnya itu.
B.
Tanggapan
Masyarakat terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung
Sekolah yang berada di tengah-tengah
masyarakat, pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menjadi milik
masyarakat. Keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat, tentunya sangat
bermanfaat dan akan berpengaruh kepada kehidupan masyarakat itu sendiri.
Keadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat akan menjadi cerminan perkembangan
kehidupan masyarakatnya.
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat
sebenarnya tergantung kepada bagaimana hubungan pihak penyelenggara sekolah
dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat dan upaya kerja sama untuk
memajukan sekolah. Semakin maju dan tingginya mutu pendidikan di sekolah, akan
membawa pengaruh positif bagi sekolah dalam mencerdaskan kehidupan
masyarakatnya sehingga mereka dapat berkembang dengan baik. Untuk mencapai
kemajuan yang dimaksud, pihak sekolah harus dapat berperan sebagai
penyelenggara pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya.
Di dalam buku Ilmu Pendidikan karangan Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati menjelaskan, ada empat macam peranan sekolah dalam
mempengaruhi perkembangan masyarakat. Keempat macam pengaruh tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Mencerdaskan
kehidupan bangsa
2.
Membawa
virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
3.
Melahirkan
warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat.
4.
Melahirkan
sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.4
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan
melalui pendidikan, tingginya tingkat kecerdasan masyarakat dapat membantu
mereka memecahkan permasalahan pribadi maupun permasalahan masyarakat.
Sebaliknya dijelaskan lagi bahwa pengaruh
peranan masyarakat terhadap sekolah adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
arah dalam menentukan tujuan
2.
Sebagai
masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
3.
Sebagai
sumber belajar
4.
Sebagai
pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5.
Sebagai
laboraturium guna pengembangan dan penelitian sekolah.5
Pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah
adalah sebagai arah untuk mencapai tujuan pendidikan, sebagai masukan untuk
menentukan proses pembelajaran, pemberi dana dan fasilitas, serta sebagai
laboraturium untuk pengembangan dan penelitian sekolah.
Jadi sekolah dan masyarakat, serta masyarakat
dan sekolah, mempunyai peranan yang saling mempengaruhi di antara keduanya.
Karena pendidikan di sekolah dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan
masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat mengembangkan pendidikan yang
didapatkan dari sekolah. Antara sekolah dengan masyarakat memiliki peranan dan
kebutuhan yang saling mempengaruhi di antara keduanya. Untuk menjalankan
pengaruh sekolah kepada masyarakat, tentunya pihak penyelenggara sekolah harus
memainkan peranannya, terutama pimpinan atau kepala sekolah bekerja sama dengan
majelis guru.
Sekolah Dasar No. 010/ XI pondok
Agung semenjak
pertama melaksanakan kegiatan operasional, telah mengalami pergantian
kepemimpinan sebanyak tiga kali. Dari ketiga pimpinan tersebut, telah
memperlihatkan kemampuan mereka masing-masing dalam memajukan serta
meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya. Sehingga masyarakat
dapat melihat dan mengetahui sendiri bagaimana ketiga kepemimpinan berperan
dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
bahwa peranan ketiga kepemimpinan tersebut dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
telah mendapat tanggapan atau pandangan yang berbeda dari masyarakat setempat.
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap ketiga pimpinan yang
dimaksud, selanjutnya akan dijelaskan oleh informan berikut ini :
Ketika Bapak Muhammad
menjabat sebagai kepala sekolah di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
nampaknya kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, kedisiplinan
dijalankan, majelis guru rajin melaksanakan tugas, peserta didiknya banyak dan
selalu aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai kepala sekolah, ia selalu mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didiknya, melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan
terlihat ramah dengan masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa senang dan
cukup puas terhadap kepemimpinan beliau.6
Tanggapan
masyarakat terhadap Bapak Muhammad selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI pondok
agung di
atas, dijelaskan bahwa kepemimpinannya dapat memuskan hati masyarakat, karena
ia dapat melaksanakan tungas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya,
seperti kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, kedisiplinan
selalu ditegakkan, majelis guru rajin melaksanakan tugas, peserta didiknya
banyak dan selalu aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebagai kepala
sekolah, ia selalu mengontrol kegiatan peserta didiknya, melakukan pendekatan
dengan orang tua peserta didik dan ramah dengan masyarakat yang ada di
sekitarnya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang tanggapan
masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Alimin Daud selama menjabat sebagai
kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
yang akan diungkapkan oleh informen sebagai berikut :
Selama Bapak Alimin
Daud menjadi kepala di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
keliahatannya sekolah tersebut secara beransur-ansur mengalami kemunduruan.
Seperti kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan baik, yakni guru-guru
sering tidak datang, disiplin tidak terlaksana dan sering terlihat peserta
didik terlambat datang, masih berkeliaran di waktu jam belajar, berkelahi
dengan teman-temannya, namun tidak ada tindakan dari kepala sekolah dan majelis
guru. Ia tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan
tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitar. Sehingga akhirnya sekolah tersebut
kurang diminati oleh masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di SD
tersebut.7
Menurut
keterangan dari informan tersebut di atas, mengungkapkan bahwa selama
kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD No.
010/ XI Pondok
Agung, SD
tersebut secara beransur-ansur mengalami kemunduran. Masyarakat dapat melihat
sendiri apa yang terjadi misalnya kegiatan belajar mengajar sering tidak
dilakukan, kedisiplinan tidak ditegakkan yang menyebabkan peserta didik sering
terlambat masuk dan berkeliaran di waktu jam belajar berlangsung. Ia tidak
pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan tidak mau
bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Akibatnya sekolah tersebut kurang
diminati oleh orang tua peserta didik dan juga masyarakat setempat.
Selanjutnya
akan diuraikan lagi tanggapan masyarakat tentang kepemimpinan Bapak Sailan,
S,Pd selama berperan sebagai kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
seperti dijelaskan oleh informan berikut ini :
Menurut pengamatan
saya, semenjak Bapak Sailan, S.Pd diangkat menjadi kepala di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
nampaknya telah terjadi perubahan menuju ke arah kemajuan yang tentunya cukup
mengembirakan kita semua. Ketika Bapak Alimin Daud masih menjabat sebagai
kepala, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut sering tidak
dilaksanakan, guru-guru sering tidak datang, kedisiplinan sekolah tidak
berjalan, tidak pernah melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat setempat, sehingga sekolah tersebut mengalami kemunduran yang
mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di
sana.
Tetapi setelah SD ini
dipimpin oleh Bapak Sailan, S.Pd, secara beransur-ansur kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya, kedisiplinan sudah dijalankan,
guru-guru selalu rajin dan peserta didik tidak pernah lagi terlambat, berkeliaran
di waktu jam belajar berlangsung. Sekiranya ada permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik, misalnya peserta didik tidak datang beberapa hari, menurunnya
prestasi peserta didik dari yang sebelumnya dan lain-lain, dengan cepat kepala
sekolah bekerja sama dengan majelis guru untuk menanganinya, yakni beliau
bersedia menghubungi orang tua peserta didik untuk melihat dan meminta
penjelasan atau keterangan yang berhubungan dengan hal yang dialami oleh
peserta didiknya.
Kemudian setelah
berjalan tiga tahun menjabat sebagai kepala di SD No. 10/ XI Pondok
Agung,
yakni pada tahun pelajaran 2003/ 2004, peserta didiknya berhasil meraih
prestasi pada berbagai cabang perlombaan antar SD di desa Semerap, seperti pada
lomba cerdas cermat, lomba pada kegiatan keagamaan, lomba senam dan olah raga
dan lain-lain.
Kepala sekolah selalu
bersikap ramah kepada semua orang yang berhadapan dengannya, Selain itu Bapak
Sailan, S.Pd selalu bersedia menerima kritik, saran dan ide dari orang tua
peserta didik maupun dari masyarakat untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya,
sehingga masyarakat setempat merasa senang atas sikap kepemimpinan dan
pembawaan yang diperlihatkan oleh kepala sekolah. Maka tidak hayal lagi
kiranya, peran kepemimpinan yang diterapkan tersebut, sekaligus dapat menarik
hati dan minat masyarakat menitipkan anak-anaknya untuk sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung.8
Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan
Bapak Sailan, S.Pd selama menjabat sebagai kepala di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
nampaknya cukup memuaskan. Karena ia mampu memainkan peranannya sebagai kepala
sekolah dengan sebaik-baiknya dan berhasil memulihkan dan membenahi segala
kekurangan atau kesalahan yang ditinggalkan oleh kepala sekolah sebelumnya.
Keberhasilan yang dimaksud seperti semua kegiatan sekolah dapat terlaksana
dengan baik dan prestasi peserta didik dapat ditingkatkan, serta hubungan
dengan orang tua peserta didik dan masyarakat berjalan secara harmonis.
C.
Penerapan Nilai Karakter sebagai usaha Melakukan Perubahan di
SD No. 010/ XI Pondok Agung
Keberhasilan yang dicapai pada suatu
lembaga atau berbagai instansi, tentunya tidak dapat diraih atau datang dengan
sendirinya begitu saja, tanpa ada dukungan dari berbagai pihak dalam melakukan
berbagai upaya atau usaha untuk mendapatkan perubahan dan kemajuan yang
dimaksud. Begitu juga halnya dengan yang terjadi di SD No. 010/ XI Pondok
Agung yang
telah berhasil melakukan perubahan dari segala kekurangan dan kesalahan kepemimpinan sebelumnya.
Adapun faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan
di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
akan dijelaskan pada uraian berikut ini :
1.
Memberikan teladan dengan menunjukkan nilai – nilai
karakter dalam kepimpinannya.
Kepala sekolah sebagai pimpinan
tertinggi di sekolah, tentunya bertanggung jawab terhadap maju atau mundurnya
sekolah yang dipimpinnya dan berhasil atau tidak program yang dijalankan di
sekolah, tentunya akan tergambar sepenuhnya dari kebijakan yang diambil dan
sikap yang diperlihatkan pada kepemimpinannya.
Apabila seorang pemimpin menghadapi berbagai
permasalahan, lalu ia dapat mengambil kebijakan yang tepat sasaran serta
menyikapinya dengan baik, yakni untuk kepentingan kemajuan dan keberhasilan
yang dilakukan secara bersama-sama, maka perubahan yang diarahkan kepada
kemajuan akan tercapai dengan baik. Sebaliknya apabila seorang pemimpin tidak
bisa mengambil kebijakan dan tidak menyikapi segala persoalan yang dihadapi
dengan baik, maka akan menyebabkan kemunduran dan kegagalan pada instansi
ataupun sekolah yang dipimpinnya.
Selanjutnya untuk mengetahui kebijakan yang
diambil dan sikap yang diperlihatkan oleh Bapak Sailan, S.Pd dalam melakukan
perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No. 010/ XI Pondok Agung, di dijelaskan
sebagai berikut :
Berdasarkan pengalaman
selama lebih dari 35 tahun menjadi guru, banyak sedikit saya dapat mengerti dan
memahami tindakan apa saja yang harus dilakukan apabila menghadapi berbagai
persoalan yang terjadi di sekolah. Selain itu tentunya harus berdasarkan
petunjuk, peraturan yang berlaku dan juga penataran yang pernah saya ikuti,
saya terapkan pada sekolah yang saya pimpin ini. Jadi kebijakan yang saya ambil
dan sikap yang saya perlihatkan sebagai kelapa sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung,
berdasarkan pengalaman menjadi guru, mengikuti petunjuk dan peraturan yang
berlaku serta bimbingan dari penataran kepala sekolah yang pernah saya ikuti.
Seperti upaya yang
telah dilakukan dalam membenahi segala kekurangan dan kemunduran yang
ditinggalkan oleh pipinan sebelumnya, tentunya saya tidak bekerja sendiri,
dalam hal ini saya mengambil kebijakan dan mengambil sikap dengan menunjukkan
karakter yang baik salah satunya karakter disiplin yang mulai dari diri
sendiri selaku kepemimpinan setelah itu mengajak seluruh majelis guru
untuk mengadakan musyawarah. Dari musyawarah tersebut, dapat mencapai
kesepakatan bahwa semuanya bertekat akan melakukan perubahan untuk mencapai
kemajuan sekolah. Seperti tugas guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar
harus ditingkatkan, kedisiplinan sekolah dijalankan, semua permasalahan yang
dihadapi oleh guru dan peserta didik harus dapat ditanggulangi dengan cepat.
Kita harus melakukan koordinasi dengan orang tua peserta didik dan melakukan
pendekatan dengan masyarakat setempat.
Sebagai kepala
sekolah, saya tidak mau bertindak sendiri dan selalu terbuka terhadap berbagai
persoalan dengan majelis guru. Meletakkan sesuatu pada tempatnya, yakni membagi
tugas sesuai dengan keahlian dan profesinya masing-masing, sehingga dengan
sendirinya segala tugas dan kewajiban guru dapat terlaksana dan berjalan dengan
lancar.9
Berkat kebijakan dan sikap yang diambil oleh
kepala sekolah dalam membenahi segala kekurangan dan kemunduran yang
sebelumnya, ternyata dapat membuahkan hasil yang baik, sehingga SD No. 010/ XI Pondok
Agung berhasil
dan mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan bagi kita semua dan masyarakat
desa Koto Patah.
2.
Dukungan
majelis guru
Dukungan yang diberikan oleh majelis
guru kepada kepala sekolah dalam upaya mencapai keberhasilan dan kemajuan di SD
No. 010/ XI Pondok
Agung,
berawal dari kebijakan dan sikap yang diambil oleh kepala sekolah dalam
melakukan perubahan untuk membenahi segala kekurangan yang telah terjadi.
Berdasarkan kebijakan dan sikap kepala sekolah tersebut, telah menumbuhkan rasa
tanggung jawab pada guru-guru dengan bekerja sama untuk melakukan perubahan
dalam rangka mencapai kemajuan di sekolah tersebut.
Menurut keterangan dari Bapak Nasrul,
S.PdI, menjelaskan sebagai berikut :
Melihat kebijakan yang
bijaksana, sikap kepemimpinan yang arif, serta saling pengertian dari kepala
sekolah dan dengan niat yang tulus untuk melakukan perubahan dalam rangka
mencapai kemajuan di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
maka kita semua merasa tertarik untuk membatunya. Setiap orang selalu berupaya
melakukan yang terbaik dalam kehidupannya, apalagi pekerjaan yang dilakukan
bertujuan untuk mencapai kemajuan, maka akan tersirat di hatinya untuk
melakukan pekerjaan yang dimaksud, begitu juga dengan semua guru yang bertugas
di sini. Atas kebijakan dan sikap yang baik disertai semangat kebersamaan yang
tinggi, maka kita semua akan memberikan dukungan yang penuh dan merasa
terpanggil untuk memenuhi rasa tanggung jawab yakni dengan bekerja sama, dan bersama-sama
kita bekerja dalam mencapai keberhasilan demi terwujudnya kemajuan di SD kita
ini.10
Dukungan
yang diberikan guru kepada kepala sekolah untuk melakukan perubahan dalam
mencapai kemajuan di SD No. 010/
XI Pondok Agung,
nampaknya berawal dari kebijakan yang bijaksana dan diiringi oleh sikap yang
arif, niat yang tulus dan saling
pengertian antara kedua belah pihak, maka majelis guru memberikan dukungan yang
penuh terhadap program yang direncanakan. Sehingga perubahan yang dilakukan
untuk mencapai kemajuan dapat berhasil dengan baik.
3.
Dukungan
orang tua peserta didik dan masyarakat
Dukungan yang diberikan oleh orang tua
peserta didik dan masyarakat kepada kepala sekolah dalam membenahi segala
kekurangan yang dialami SD No. 010/
XI Pondok Agung,
juga terpulang kepada kebijakan dan sikap yang diperlihatkan oleh kepala
sekolah dalam melakukan pendekatan dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana dukungan yang diberikan oleh orang tua
peserta didik dan masyarakat kepada kepala sekolah dalam memajukan SD yang
dipimpinnya, akan dijelaskan oleh informan berikut ini :
Sebagai orang tua
peserta didik dan juga masyarakat desa Koto Patah, tentunya kami merasa senang
dan bangga terhadap niat yang tulus dari kepala sekolah untuk memajukan SD No. 010/ XI Pondok
Agung ini.
Apa saja program yang dicanangkan untuk meningkatkan kemajuan di sekolah yang
dipimpinnya, kami akan mendukung sepenuhnya. Kelihatannya kepala sekolah yang
sekarang ini tidak asing lagi bagi masyarakat kita, karena beliau sudah lama
bertugas menjadi guru
di desa kita ini dan
setiap diminta
bantuannya ia selalu memenuhinya, selain
itu ia juga bisa bergaul dengan masyarakat baik dengan remaja, pemuda maupun
dengan orang tua-tua di desa kita ini. Ia tidak pernah berkata dan bersikap
kasar dengan siapa saja yang bergaul dengannya.
Apabila kepala sekolah
meminta bantuan yang kira-kira bisa kami bantu, sudah barang tentu kami akan
membantunya baik berupa dana maupun tenaga. Kemajuan yang akan dicapai tersebut
tentunya ditujukan untuk anak-anak kita yang belajar di sana, untuk masyarakat
dan untuk kemajuan kita berasama.11
Berdasarkan
keterangan di atas, menjelaskan bahwa orang tua peserta didik sekaligus sebagai
masyarakat desa Koto Patah sangat mendukung program kepala sekolah untuk
memajukan SD No. 010/
XI Pondok Agung.
Karena mereka melihat dan merasakan sendiri bagaimana sikap Ibuk Fitri
Susilawati,
S.Pd dalam beradaptasi dengan masyarakat selama ini. Ia tidak pernah
menyinggung perasaan orang tua peserta didik dan juga masyarakat setempat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dimuatkan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini, maka penulis berkesimpulan
sebagai berikut :
Peran
Kepala sekolah di SD No. 010/XI Pondok
Agung,
antara satu pimpinan dengan pimpinan yang lainnya terdapat perbedaan kemampuan.
Yakni di masa kepemimpinan Bapak Muhammad semua kegiatan dapat berjalan dan
berhasil dengan baik, di masa Bapak Alimin Daut, dan Ibuk Rosda Elita, SD tersebut mengalami kemunduran, dan pada
kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, SD tersebut dapat bangkit
dari kemundurannya dan berhasil mencapai kemajuan.
Tanggapan
masyarakat terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SD No. 010/ XI Pondok
Agung berdasarkan
kemampuan dan keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing kepala sekolah.
Tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak Muhammad sangat baik, pada
kepemimpinan Bapak Alimin Daut tidak memuaskan dan terhadap kepemimpinan Fitri
Susilawati,
S.Pd sangat baik.
Faktor
yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam melakukan perubahan di SD No. 010/ XI Pondok
Agung yaitu
penerapan Nilai-nilai Karakter oleh kepala sekolah Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd, sehingga
mendapat dukungan
dari majelis guru, orang tua peserta didik dan masyarakat setempat.
Saran-saran
Agar SD No.010/XI Pondok Agung selalu berhasil
mencapai kemajuan, penulis menyarankan sebagai berikut :
Kepada Kepala
sekolah supaya selalu menerapkan kepemimpinan yang arif dan bijaksana sehingga guru-guru,
orang tua peserta didik dan masyarakat memberikan dukungannya terhadap semua
program yang akan dilaksanakan di sekolah tersebut
Kepada majelis
guru agar selalu membina hubungan kerja sama yang baik dalam membenahi segala
kekurangan yang pernah terjadi di masa lalu.
Kepada orang
tua peserta didik supaya selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya dalam
mengikuti pendidikan di SD No.010/XI Pondok Agung, dan mendukung upaya kepala sekolah untuk memajukan sekolah
tersebut.
Kepada
masyarakat desa Pondok Tinggi, supaya selalu memberikan ide, saran dan pendapat sehingga prestasi
belajar di sekolah tersebut lebih meningkat di masa-masa yang akan datang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Semarang : Proyek
pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Pelita V, 1986/1987
Ahmadi Abu – Uhbiyati Nur, Ilmu
Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2001
Arifin. M, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1994
Burhanuddin
Yusak, Administrasi Pendidikan, Bandung, Pustaka Tetia, 2005
Daradjat
Zakiah dkk, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, 2000
Depdiknas,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka,
2001
Hadi,
Sutrisno, Metodologi research Yogyakarta : Fak. Psychologi
Universtiras Gajah Mada, 1978
Husain
Syed Sajjad & Ali Ashraf Syed, Krisis Dalam Pendidikan Islam, Jakarta
: Al-Mawardi Prima, 2000
Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi
Aksara,2003
Narbuko Cholid, Abu Achmadi, Metodologi
Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara , 2005
Nata Abuddin, Paradigma
Pendidikan Islam, Jakarta : PT Grasindo,
2001
Noor, Syakirman, M, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi Dan
Tesis Untuk Ilmu-Ilmu Keislaman), Kopertais Wilayah VI Sumatera Barat dan
Kerinci, 2001
Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1984/1985
Sardiman.
AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2000
Sartono,
- M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung, Pustaka setia, 1998
Syah Muhibbin, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000
Uhbiyati,
Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI),
Bandung : CV Pustaka Setia, 1998
Undang-Undang
Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional,
Bandung : Citra Umbara, 2003
Wahjosumidja,
Kepemimpinan Abad Ke XXI, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara RI, 1998
Yunus
Mahmud, Pokok-Pokok Pendiidkan dan Pengajaran, Jakarta : Hidakarya
Agung, 1978
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara, 1992


Lampiran
1
Daftar Nama-nama Informan
NO
|
N a m a
|
Jabatan/Status
|
1
|
Muhammad
|
Mantan Kepala SD No.010/XI Pondok
Agung
|
2
|
Alimin Daud
|
Mantan Kepala SD No.010/XI Pondok
Agung
|
3
|
Ali Piyah
|
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
|
4
|
Wahab Ilyas
|
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
|
5
|
Damhur
|
Tokoh Masyarakat Pondok Tinggi
|
6
|
Sailan, S.Pd
|
Kepala SD No.010/XI Pondok
Agung
|
7
|
Syaufi
|
Guru SD No.010/XI Pondok Agung
|
8
|
Zurni
|
Guru SD No.010/XI Pondok
Agung
|
9
|
Siti Sa’adah, A.Ma.Pd
|
Guru SD No.010/XI Pondok
Agung
|
10
|
Nasrul, S.PdI
|
Guru SD No.010/XI Pondok
Agung
|



Pedoman Wawancara
1.
Tahun berapa SD No.010/XI Pondok Agung?
2.
Bagaimana sejarah berdirinya SD No.010/XI Pondok Agung?
3.
Apa latar belakang didirikannya SD No.010/XI Pondok Agung?
4.
Bagaimana kepemimpinan Bapak Muhammad selama menjabat sebagai
kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
5.
Bagaimana kepemimpinan Bapak Alimin Daud di SD No.010/XI Pondok Agung
6.
Bagaimana kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd dalam memainkan
peranannya sebagai kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
7.
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak
Muhammad di SD No.010/XI Pondok Agung?
8.
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan Bapak
Alimin Daud selama menjabat sebagai kepala di SD No.010/XI Pondok Agung
9.
Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kepemimpinan Ibuk Fitri
Susilawati,S.Pd selama berperan sebagai kepala sekolah di SD No.010/XI Pondok Agung
10.
Apa saja faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kepala
sekolah dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No.010/XI Pondok Agung
11.
Apa kebijakan yang diambil dan sikap yang diperlihatkan oleh
Bapak Sailan, S.Pd dalam melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan di SD No.010/XI Pondok Agung Bagaimana dukungan
guru terhadap kepemimpinan Bapak Sailan, S.Pd di SD No.010/XI Pondok Agung ?
12.
Bagaimana dukungan orang tua peserta didik dan masyarakat
terhadap kepemimpinan Ibuk Fitri Susilawati, S.Pd di SD No.010/XI Pondok Agung?

1Wahjosumidja, Kepemimpinan Abad Ke XXI, (Jakarta, Lembaga
Administrasi Negara RI, 1998), h. 13
7Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara ,
2005), Cet. VII, h. 70
1M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara,
1994), Cet. IV, h. 12
2Undang-Undang Republik Indonesia
No, 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, ( Bandung : Citra Umbara,
2003 ), h. 3
6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000 ),, h. 11
8Nur Uhbiyati, Ilmu
Pendidikan Islam (IPI) 1, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1998), h. 9
10Sardiman. AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 55
32Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung , Pustaka Tetia, 2005), Cet. III, h.
119
33Wahjosumidja, Kepemimpinan Abad Ke XXI, (Jakarta, Lembaga
Administrasi Negara RI, 1998), h. 13 - 17
34Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendiidkan, h. 44 – 45
4Abu Ahmadi – Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta , Rineka Cipta, 2001), Cet. II, h. 35
10Nasrul, Guru SD No. 81/ III Pondok Agung, Wawancara, 24 November 2007
0 comments :