Thursday, March 15, 2018

EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM (PAI)

OKE MHD AMIN     March 15, 2018    


EVALUASI PENDIDIKAN PAI

A.    Latar Belakang Masalah
    Evaluasi pendidikan ini sering menjadi problema di dalam dunia pedidikan, Evaluasi pendidikan yang baik lahir dari dari suatu penilaian yang baik, penilaian yang baik, tentu penilaian yang sesuai dengan kadedah serta prinsip penilaian.
    Di dalam Proses Pembelajaran, kita sering melakukan Penilaian yang tidak sesuai dengan prinsip penilian, nah hal ini akan berdampak kepada evaluasi yang kita lakukan. Padahal tolak ukur dari suatu kemajuan pendidikan itu tergambar pada evaluasi. Karena atas dasar Evaluasi kita dapat melihat sejauh mana keberhasilan proses pendidikan yang berlangsung.

B.     Pengertian Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Sebelum kita mengenal jauh apa itu evaluasi pendidikan agama Islam, terlebih kita akan mengkaji arti evaluasi  Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[1]Disamping itu di dalam bahasa Arab, juga kita temukan istilah imtihân, yang berarti  ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[2]
Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.[3]
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat ahli yang menterjemahkan pengertian evaluasi diantaranya
1.      Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[4]
2.      Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan. [5]
Dari pengertian pendapat para ahli mengengai pengertian dari evaluasi, pada hakikatnya memiliki arah tujuan yang sama, tetapi berbeda pada redaksi kalimatnya. Yang pada intinya, evaluasi tersebut tak lain adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa baik dilihat secara kognitifnya, afektifnya, maupun psikomotoriknya.
Pradigma penulis mengenai evaluasi pendidikan Agama Islam, tentu tidak lepas dari tujuan pendidikan islam itu sendiri. Dengan bertujuan untuk mencapai dua kebahagiaan dunia dan akhirat, dengan kata lain Bukan hanya semata-mata di dunia tapi yang tak kalah pentingnya lagi hidup setelah mati serta mempunyai landasan tolak ukur yang jelas yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Ada juga pendapat lain mengatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.[6]

C.    Object Evaluasi
        Objek evaluasi Pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Peserta didik disini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata, tetapi juga sebagai subjek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan Islam dilakukan dengan dua cara yaitu :  pertama,  evaluasi atas diri sendiri ( self evaluation /muhasabah ),  kedua,  evaluasi terhadap peserta didik.
1. Evaluasi  atas diri sendiri  ( self evaluation /muhasabah)
    Seorang muslim termasuk peserta didik yang sadar dan baik adalah mereka yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai kelebihan yang harus dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi, karena evaluasi diri sendiri bersifat lebih objektif. Hal ini ditegaskan dalam Alquran surat Adz-Dzariat (51) ayat 21 :
 


Artinya :
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
   Umar ibn Khattab pernah mengatakan  hasibu anfusakum qabla an tuhasabu  (evaluasilah diri kamu sendiri sebelum kamu mengevaluasi orang lain). Manusia dituntut untuk waspada dalam melakukan berbagai perbuatan karena semua perbuatan manusia tidak lepas dari evaluasi Allah  serta dua malaikat sebagai supervisor  dan evaluator yaitu  Raqib dan atib. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Albaqarah (2) ayat 115 :

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”
Disamping itu pada surat Qaf (50) ayat ke 18 :
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya : “ Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan Atid yang siap menuliskan segala perbuatannya . (Al-Qaf 50 :18 )
Evaluasi seperti yang tergambar dalam Surat Qaf (50) ayat ke 18 ini, jelas sekali bahwa manusia selalu diawasi oleh dua malaikat yaitu Raqib dan Atid yang mempunyai tugas untuk mencatat amal perbuatan baik buruknya manusia, dan nanti di akhirat akan mendapat suatu ganjaran apakah surga atau neraka.
2. Evaluasi Terhadap Peserta didik
Dalam mengevaluasi peserta didik, dimulailah dari sebuah niat yang baik, yakni Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang bertujuan memperbaiki (ishlah) bagi tindakan orang lain. Serta untuk terlaksananya suatu tujuan pendidikan Islam itu sendiri
Mungkin sering terdengarlah oleh kita, bahwa  seseorang bisa saja lepas kendali, sehingga ia melakukan tindakan dibawah alam kesadarannya yang sebenarnya, karena terpengaruh oleh sifat  subjectivitasnya. Pada saat inilah, orang lain mudah menilai kegiatan tersebut, sedangkan sipelaku sendiri tidak mengatahui apakah tindakan yang dilakukannya apakah benar atau sebaliknya.
Pengevaluasian dari orang lain (pendidik) dalam hal ini bersifat komparabel menilai anak didik secara jelas dan jawaban yang salah segera dibenarkan jangan dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik bisa tenggelam dalam kebimbangan, kebodohan dan tidak dapat melangkah ke arah yang lebih maju.
D.    Tujuan /Fungsi Evaluasi PAI
   Kalau kita melihat bagaimana tujuan evaluasi PAI itu sendiri, tentu untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi sejauh mana taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik itu sendiri, mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sebelumnya.
Disamping Tujuan Evaluasi PAI di atas, tentu evaluasi PAI Juga memiliki fungsi, apa saja fungsi evaluasi PAI seperti yang dinyatakan oleh Prof. Dr. S. Nasution menjabaran fungsi evaluasi pendidikan sebagai berikut :
1.      Mengetahui kesanggupan  anak, sehingga anak itu dapat dibantu memilih jurusan, sekolah atau jabatan yang sesuai dengan bakatnya.
2.      Mengetahui hingga manakah anak itu mencapai tujuan pelajaran pendidikan.
3.      Menunjukkan kekurangan dan kelemahan murid-murid sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan itu. Murid-murid memandang ts juga sebagai usaha guru untuk membantu mereka
4.      Menunjukkan kelemahan metode mengajar  yang digunakan  oleh guru. Kekurangan murid sering bersumber  pada cara-cara mengajar yang buruk. Setiap tes  ulangan  merupakan alat peniaian hasil karya murid dan guru.
5.      Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan  pelajaran yang hendak dicpaai.
6.      Memberi dorongan kepada murid-murid  untuk belajar dengan giat, anak akan belajar giat  apabila diketahuinya bahwa tes atau ulangan akan diadakan.[7]
  Dari gambaran tujuan evaluasi pendidikan seperti yang dikemukakan diatas, dapat penulis tarik kesimpulan, bahwa tujuan evaluasi pendidikan ini tak lain hanyalah untuk melihat kelebihan dan kekurangan, sejauh mana Proses Belajar Mengajar itu tercapai dan akan diberikan bimbingan,dorongan serta semangat  baik dalam bentuk tindakan remedial maupun pengayaan.
E.     Prinsip Evaluasi Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist
Prinsip evaluasi berdasarkan Al-Qur’an dan hadist
1.      Prinsip kesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi tak hanya dilakukan setahun sekali, atau per semester, tetapi dilakukan secara terus-menerus, mulai dari proses belajar mengajar sambil memerhatikan keadaan peserta didiknya, hingga peserta didik tersebut tamat dari lembaga sekolah. Dalam ajaran Islam, sangat diperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang dengan prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dn stabil (QS. Fushshilat: 30), serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan (QS. Al-Ahqaf: 13-14)

2.     Prinsip meyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek; meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya. Bila diperlukan, masing-masing bidang diberikan penilaian secara khusus, sehingga peserta didik mengetahui kelebihannya disbanding dengan teman-temannya. Hal itu diasumsikan bahwa tidak semua peserta didik menguasai beberapa pengetahuan atau keterampilan secara utuh. Dalam kondisi inilah maka setiap individu yang berprestasi dapat menerima hadiah, sekalipun pada beberapa bagian ia tertinggal dengan teman-temannya.

3.    Prinsip objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah SWT menitahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengavaluasi sesuatu, jangan karena kebencin menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah : 8). Nabi Muhammad SAW. Bersabda, “andaikan Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan memotong kedua tangannya.” Demikian pula halnya dengan Umar bin Khattab yang mencambuk anaknya karena berbuat zina. Prinsip ini dapat diterapkan bila penyelenggara pendidikan sifat-sifat utama, misalnya sifat sidiq (benar atau jujur), ikhlas, amanah, ta’awun, ramah dan sebagainya.
4.   Mengacu pada tujuan
Setiap aktifitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan yang sia-sia. Seorang manusia (apalagi menjadi dosen dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam) yang mengerti akan potensi yang dimilikinya tidak akan melakukan suatu pekerjaan yang sia-sia sebab segala yang dilakukan olehnya baik berpikir, merasa, maupun bertindak harus membawa kebaikan sehingga kualitas dan kapasitas dirinya meningkat.  Pendidikan Islam bertujuan untuk mendidik individu agar berjiwa bersih dan suci,  agar mampu menjalin hubungan terus menerus dengan Allah, mengantar individu untuk mencapai kematangan emosional, mendidik individu untuk bertanggung jawab, menumbuhkan dalam diri individu rasa keterkaitan dengan komunitasnya dan sebagainya.  Mengacu pada tujuan pendidikan Islam ini, maka evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.

5.   Validitas
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yaitu meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang ingin dan diselidiki. Penggunaan test (sebagai alat evaluasi) harus menggambarkan secara keseluruhan (representative) dan kesanggupan peserta didik mengenai bidang tersebut.
6.      Reabilitas
Pelaksanaan evaluasi dapat dipercaya. Artinya memberikan evaluasi pada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan sesungguhnya (terukur). Test (sebagai alat evaluasi) diberikan tidak membawa tafsiran bermacam-macam, sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.

7.      Efisiensi
 Evaluasi yang dapat dilaksanakan secara cermat dan tepat pada sasarannya.

8.      Ta’abbudiyah dan ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada Allah SWT. Apabila prinsip ini dilakukan, maka upaya evaluasi akan mebuahkan kesan  husn al-zhan ( prasangka baik ), terjadi perbaikan tingkah laku secara positif, dan menutupi rahasia-rahasia buruk pada diri seseorang.

F.     Kesimpulan
Evaluasi Pendidikan PAI merupakan suatu kemampuan untuk menilai sejauh mana perkembangan proses dan kemajuan pendidikan PAI itu sendiri sesuai dengan Tujuan pendidikan Islam, yang berlandaskan pada Al-Qur’an Dan Hadist. Tujuan melakukan Evaluasi pendidikan ini tak lain hanyalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan  Proses Belajar Mengajar itu sendiri dan nanti akan diberikan bimbingan,dorongan serta semangat  baik dalam bentuk tindakan remedial maupun pengayaan.
Prinsip-Prinsip Evaluasi : Berkesinambungan, Menyeluruh, objectivitas, megacu kepada tujuan, validitas, reabilitas, efesiensi, ta’budiyah dan ikhlas.



DAFTAR PUSTAKA


Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Abudin Nata, Manajemen PendidikanMengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Zuhairni, dkk, (1993) Metodologi Pendidikan Agama,(Surabaya : Ramadhani, 1993), cet.I








[1] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220.
[2] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1,
[3] Zuhairni, dkk,Metodologi Pendidikan Agama,(Surabaya : Ramadhani, 1993), cet.I , h.146
[4] Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 106
[5] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, 307
[6] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet I, 54.
[7] Op.Cit . h.148-149


0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .