Tuesday, March 6, 2018

IDENFITIKASI MASALAH DALAM SEBUAH PENELITIAN

OKE MHD AMIN     March 06, 2018    





IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN





A. Latar Belakang

Pelaksanaan penelitian berpangkal pada suatu masalah yang pemecahannya berdasarkan data yang akan dikumpulkan. Kegiatan penelitian diawali adanya masalah penelitian, bukan semata-mata karena keinginan atau ketertarikan peneliti terhadap suatu persoalan. Kegiatan untuk menemukan masalah penelitian yang kemudian diidentifikasi, dipikirkan, dan diuji secara mendalam lalu dirumuskan. Hal ini merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan penelitian. Kapabilitas dan kredibilitas seorang peneliti, bukan hanya ditentukan Oleh frekuensi atau jam terbang melakukan penelitian, tetapi oleh kemampuan memilih masalah peneljtian yang layak dan menarik untuk diteliti.

Dari masalah penelitian yang jelas, kegiatan penelitian menjadi terfokus dan pada gilirannya akan menghasilkan suatu temuan yang bermanfaat. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi terhadap suatu persoalan secara sistematis, rekomendasi, tesis, bahkan teori. Mahmud (2011:109)



B. Masalah Penelitian

1. Pengertian Masalah Penelitian

Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau kenyataan dan harus diselesaikan. Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian, ataupun kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena, kemenduaan arti (ambiguity), halangan atau rintangan, celah (gap), baik antarkegiatan atau antarfenomena (M. Iqbal Hasan, 2002: 38). Dalam permasalahan ini, diungkapkan keresahan, kesulitan, dilema, sesuatu yang kurang beres, penjelasan yang kurang meyakinkan, keraguan tentang ide dan pemikiran, atau Iainnya.

Dalam kehidupan manusia, masalah tidak pernah selesai dalam pengertian sebenarnya. la datang dan pergi silih berganti menjadi bagian dari kehidupan yang dijalaninya. Mulai yang paling ringan sampai yang paling berat, mulai yang kecil sampai masalah yang besar, manusia harus menghadapinya sebagai bagian dari realitas duniawi. Berbagai cara dan pendekatan dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut sesuai dengan jenis masalahnya, salah satunya melalui penelitian. Apabila penyelesaian masalah menggunakan cara dan pendekatan ilmiah dengan menerapkan prosedur ilmiah, itulah yang dimaksud dengan masalah penelitian.

Tidak semua masalah yang dihadapi manusia merupakan masalah penelitian. Masalah penelitian adalah masalah yang menjadi objek suatu penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (1985), yang disebut masalah penelitian adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Masalah penelitian dipelajari, dikaji, dipecahkan, atau diselesaikan, lalu dibuat kesimpulannya.

Dalam suatu penelitian, yang dapat dikategorikan sebagai masalah, antara lain:

a. kesenjangan antara cita dan fakta atau yang normatif idealistik dengan yang historis sosiologis;

b. sesuatu yang unik, yang menyebar dari mainstream yang ada;

c. sesuatu yang belum diketahui, terutama oleh masyarakat luas terhadap suatu masalah yang penting;

d. sesuatu yang luar biasa, apabila diteliti akan mengandung banyak keutamaan dan pengetahuan (Imam Suprayogo, 2001:32).

Masalah penelitian dapat muncul dan bersumber dari kehidupan keseharian manusia yang dijumpainya, dan karena rasa ingin tahunya, manusia terdorong untuk melakukan penelitian. Hasil pengamatan terhadap apa yang ditemukan manusia adalah inti sumber masalah penelitian. Nazir (1983: 140), mengemukakan beberapa sumber masalah yang diperoleh, di antaranya hasil bacaan, perluasan penelitian, cabang studi yang sedang dikembangkan, praktik, serta keinginan masyarakat, analisis bidang pengetahuan, diskusi-diskusi ilmiah, bahkan perasaan dan intuisi.

2. Ciri-ciri masalah penelitian

Dalam memilih masalah penelitian yang tepat dan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kerlinger, mengemukakan tiga kriteria yang dipergunakan. Pertama, masalah tersebut harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Kedua, masalah harus dinyatakan secara jelas (tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan). Ketiga, biasanya sulit dipenuhi, masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang mensyaratkan adanya kemungkinan pengujian empiris.

Suharsimi (1999: 27), mengemukakan empat hal yang harus dipenuhi untuk terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu sesuai dengan minat peneliti, dapat dilaksanakan, tersedia faktor pendukung, dan bermanfaat. Nazir (1983: 134—139), menyebutkan ciri-ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut.

1. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yaitu: (a) masalah harus mempunyai keaslian, dalam hal ini menyangkut hal hal yang up to date dan baru, mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, tidak berisi hal-hal yang sepele; (b) masalah harus menyatakan suatu hubungan; (c) masalah harus merupakan hal yang penting, dalam hal ini harus mempunyai arti dan nilai, baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun dalam bidang aplikasi untuk penelitian terapan; (d) masalah harus dapat diuji dengan perlakuan-perlakuan serta data dan fasilitas yang ada. Sekurang-kurangnya, memberikan implikasi untuk kemungkinan pengujian secara empiris; dan (e) masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak membingungkan.



2. Masalah yang dipilih harus mempunyai visibilitas, yaitu: (a) data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia; (b) biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus ada di dalam batas-batas kemampuan; (c) waktu untuk memecahkan masalah harus wajar; (d) biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai harus seimbang; (e) administrasi dan sponsor harus kuat; (f) tidak bertentangan dengan hukum dan adat.



3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti, yaitu: (a) menarik bagi peneliti, dalam hal ini menarik keingintahuan peneliti dan memberi harapan untuk menemukan jawabam ataupun menemukan masalah Iain yang Iebih penting dan lebih menarik; (b) cocok dengan kualifikasi peneliti, dalam hal ini masalah yang harus dipecahkan sesuai dengan derajat keilmiahan yang dimiliki peneliti, atau minimal cocok dengan bidang kemampuannya.

Dalam memilih masalah penelitian, ada empat relevansi yang harus dipertimbangkan. Pertama, relevansi akademik. Jenis dan bobot masalah disesuaikan dengan jenis dan jenjang akademik, seperti skripsi, tesis, disertasi, dan jenis penelitian, seperti penelitian murni (dasar), penelitian pesanan, dan penelitian terapan. Kedua, relevansi institusional. Substansi permasalahan disesuaikan dengan misi, visi, dan tujuan pada lembaga penelitian yang ditujukan. Penelitian untuk mencapai gelar akademik tertentu hendaknya relevan dengan konsentrasi atau jurusan yang dipilih peneliti di lembaga tersebut. Demikian juga, untuk penelitian terapan. Ketiga, relevansi sosial. Permasalahan yang dipilih bermanfaat bagi masyarakat yang berkepentingan dengan permasalahan bidang yang dimaksud (komunitas ilmiah). Keempat, relevansi personal. Permasalahan yang dimaksud mempertimbangkan keahlian, ketertarikan (interest), keterjangkauan, waktu, tenaga, biaya yang dimiliki peneliti (Imam Suproyogo (2001:35).

Menurut Muhammad Ali (1992: 23-25), kriteria layak tidaknya suatu masalah dijadikan sebagai pokok penelitian adalah sebagai berikut.

1. Baru. Masalah yang masih hangat atau aktual dan masalah yang masih berlangsung serta mempunyai kaitan kepentingan dengan situasi saat penelitian dilaksanakan layak diteliti. Hal ini karena kesimpulan atau generalisasi yang djperoleh dari hasil penelitian dimungkinkan dapat memecahkan masalah yang djhadapi sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengembangkan sistem dari bidang yang diteliti. Pengertian penelitian hanya layak dilakukan terhadap masalah yang masih hangat tidak menunjukkan bahwa masalah yang penyelenggaraannya sudah lampau tidak layak dilakukan penelitian. Perspektif penelitian pada masa lampau yang bersifat historis, penelitian tersebut tetap penting dilakukan, paling tidak untuk memperbandingkan dengan situasi sekarang sehingga dapat ditemukan suatu konsep baru tentang masalah tersebut. Di sini, nilai keaktualan suatu masalah, bukan ditentukan oleh perspektif peninjauannya, melainkan pada kepentingan masalah tersebut pada situasi yang sedang dihadapi.

2. Bernilai praktis. Pelaksanaan penelitian untuk kepentingan apa pun membutuhkan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran. Apabila hasil penelitian tidak mempunyai manfaat yang berarti dalam menunjang kegiatan praktis, biaya, waktu, tenaga, dan pikiran akan terbuang dengan sia-sia. Itulah sebabnya, masalah yang tidak mempunyai kepentingan praktis tidak layak dilakukan penelitian.

3. Berada dalam batas kemampuan peneliti. Apabila peneliti tidak mempunyai kemampuan dalam bidang yang diteliti, analisis yang dilakukan akan menyimpang dari tujuan pembahasan semula. Kemampuan yang dimaksud, meliputi kemampuan akademis, tempat, sarana dan prasarana, biaya, waktu, dan tenaga, serta pengadaan data.

Imam Suprayogo (2001: 44-45) mengemukakan beberapa pertimbangan agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri, yaitu analisis substansi masalah, analisis teori, analisis institusional, dan analisis metodologis.

Pertama, analisis substansi masalah. Masalah yang dipilih harus memiliki relevansi akademik, dalam arti termasuk bidang keilmuan, misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, pendidikan, dan sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan tersebut dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau subpokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara ini, peneliti memiliki pangkal tolak dan sudut pandang keilmuan yang ada.

Kedua, analisis teori dan metode. Masalah yang dipilih dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoretis, dan metodenya. Dengan pertimbangan ini, kajian kepustakaan dapat ditelusuri, baik berupa buku jurnal maupun hasil penelitian terdahulu sehingga peneliti akan semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya. Perspektif teoretis bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.

Ketiga, analisis institusional. Jenis, bobot, dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi tempat peneliti mempersembahkan hasil penelitiannya.

Keempat, analisis metodologis. Masalah yang diangkat hendaklah terjangkau, baik dari aspek teknik pengumpulan data maupun jenjs dan ketersediaan datanya.

Masalah yang telah dipilih, dianalisis terlebih dahulu agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun tujuannya. Analisis tersebut dapat dilihat dari perspektif substansi, teori dan metode, juga proses penelitian, serta manfaat penelitian.

Mahmud (2011:109-114)



C. Langkah-langkah identifikasi masalah penelitian

Identifikasi masalah atau disebut juga dengan Problem Identification adalah suatu proses dan hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah dengan kata lain identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitian yang bisa dikatakan langkah paling penting diantara langkah – langkah proses yang lain.

Masalah penelitian atau Research Problem akan menentukan hasil dan kualitas suatu penelitian bahkan bisa juga menentukan apakah itu termasuk sebuah penelitian atau tidak, dan masalah penelitian secara umum bisa di temukan melalui studi literatur atau litelature review dan bisa juga leawat pengamatan langsung seperti Observasi, Survey dan lain sebagainya.

Masalah penelitian juga bisa di definisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu variabel atau hubungan satu dengan hubungan yang lainnya pada suatu fenomena atau peristiwa, sedangkan variabel sendiri merupakan sebagai konsep yang memuat berbagai macam variasi pembeda antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Berikut sumber sumber masalah yang bisa di jadikan bahan penelitian.

Untuk memilih masalah penelitian (research problem) atau lebih tepat disebut fokus penelitian (research focus) tidak bisa ditentukan begitu saja. Tidak bisa langsung ditentukan berdasarkan perkiraan, khayalan atau perasaan . Memilih fokus masalah berdasarkan perkiraan atau perasaan sama dengan menembak burung terbang, yaitu menanti burung yang akan lewat, bila (bilanya bisa cukup lama) ada burung lewat lalu ditembak. Burung yang tertembak juga belum tentu yang kita harapkan, sehingga harus menanti lagi (merenung dan merenung) burung lain yang akan lewat. Bila kita akan memilih dan menangkap burung, maka pergilah ke kebun burung atau ke pasar burung, sebab di sanalah tempatnya berbagai jenis burung.

Apa makna dari perumpamaan ini dalam penelitian. Apabila akan mencari dan memilih masalah atau fokus penelitian, jangan didasarkan atas perenungan, lamunan dan coba-coba. Coba fokus ini kalau tidak tepat ganti lagi, coba lagi, ganti lagi dan seterusnya. Untuk memilih dan menentukan fokus atau masalah penelitian, (bukan judul, sebab rumusan judul bisa ditentukan kemudian), hendaknya bertolak dari bidang keahlian kita atau bidang keahlian peneliti. Setiap bidang keahlian memiliki segi teoretis atau dasar keilmuannya, dan segi praktis atau aplikasi dari teori tersebut.

Bidang pendidikan memiliki berbagai teori tentang pendidikan, dan juga aplikasi teori-teori tersebut dalam pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, luar sekolah, pelatihan, · dll. Bidang kurikulum dan pembelajaran juga memiliki berbagai teori tentang kurikulum dan pembelajaran, dan juga aplikasi dari teori-teori kurikulum dan pembelajaran tersebut dalam bagian­ bangian kurikulum SD, SLTP, SLTA, perguruan tinggi, pembelajaran IPA, IPS, matematika, bahasa, dll. Demikian juga dengan bidang­ bidang pendidikan lainnya, ada segi teori dan segi aplikasinya. Penelitian bisa meneliti segi teori, segi praktik atau kedua-duanya.

Identifikasi masalah atau fokus penelitian hendaknya dilakukan dalam lingkup bidang keahlian peneliti. Lingkup bidang keahlian tersebut mungkin sangat luas, dan dapat dibagi atas sub bidang-sub bidang, bahkan sub-sub bidang. Memang seorang peneliti harus menguasai lingkup bidang keahliannya, walaupun sub-sub bidang tertentu dia sangat kuasai sedang sub bidang lainnya dikuasai tetapi tidak terlalu mendal am. Seorang peneliti juga dituntut mampu berpikir kompre hensif dan sistematik. Berpikir komprehensif artinya berpikir menyeluruh, holistik, gestalt, mengetahui kalau mungkin menguasai keseluruhan lingkup bidang keahliannya, dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Berpikir sistematik artinya dalam pemahamannya yang menyeluruh tadi dia mampu mengelompokkan, mengurutkannya secara sistematik, tidak simpang siur, tumpang tindih.

Banyak masalah yang dihadapi dalam bidang ilmu dan profesi pendidikan, kur ikulum dan pembelajaran. Masalah-masalah tersebut masih bertebaran, simpang siur, bercampur aduk, tumpang tindih satu sama lain. Identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakan masalah­ masalah tersebut secara sistematis berdasarkan bidang-bidang ilmu dan/atau profesi peneliti.

Peneliti bidang kurikulum dan pembelajaran, akan memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah teori kurikulum dan pembelajaran dan aplikasinya pada berbagai jenjang dan bidang studi. Peneliti bidang manajemen pendidikan akan lebih tertarik pada teori-teori dan aplikasinya dalam kepemimpinan, keorganisasian, manajemen: personil, keuangan, sarana-prasarana, dll. Demikian juga peneliti bidang bimbingan dan konseling akan memfokuskan perhatiannya terhadap teori-teori bimbingan dan konseling dan aplikasinya pada berbagai aspek dan jenjang perkembangan.

Bidang kurikulum dan pembelajaran umpamanya, juga masih cukup luas, meliputi sub bidang kurikulum: sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan luar sekolah, pendidikan kedinasan. Dalam masing-rnasing kurikulum masih terbagi lagi menurut bidang studi atau mata pelajaran, ada kurikulum: IPA, IPS, Matematika, B ahasa, Pendidikan Agama, Keterampilan, Kesenian, dsb. Demikian juga dengan pembelajaran, meliputi pembelajaran: IPA, IPS, Matematika, dll., di SD , SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi, dll.

Identifikasi masalah tidak mungkin dilakukan dalam lingkup bidang yang luas, dalam lingkup sub bidang pun mungkin saja masih terlalu luas. Identifikasi masalah dalam bidang yang terlalu luas sangat sulit, tidak terfokus, dan mungkin kurang bermanfaat. Bila sub bidang keahliannya agak sempit identifikasi bisa dilakukan dalam lingkup sub bidang, tetapi bila masih luas identifikasi cukup di l akukan dalam salah satu sub-sub bidang atau segi saja, umpamanya kurikulum atau pembelajaran IPA di SD, kegiatan ekstra kurikuler di SMA, manajemen SDM di Perguruan Tinggi, dll. Penentuan aspek tersebut sudah tentu disesuaikan dengan minat, keahlian, tugas dan tanggung jawab, serta tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

Dalam mengidentifikasi masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi, pernyataan resmi dari pemegang kebijakan, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual. Sumber­ sumber yang dapat digunakan adalah: hasil penelitian terdahulu, data dari sumber data resmi seperti Biro Pusat Statistik, Bappenas, Bappeda, Dinas Pendidikan, dll. Data-data tersebut dapat diperoleh langsung atau diakses melalui internet. Dewasa ini fasilitas internet sudah tersedia di mana-mana, hampir semua sumber data juga sudah menyediakan data-data tersebut dalam situs mereka. Data hasil penelitian dapat diakses dari situs LIPI, BPPT, Lembaga atau Pusat Penelitian niv ersitas, Instritut, Sekolah Tinggi, data deskriptif dapat diakses dari situs Biro Pusat Statistik, Pusat Statistik Propinsi atau kota/kabupaten, dari Bappenas, Bappeda, Dinas-Dinas Pendidikan, dll.

Berdasarkan hasil studi dokumenter dari beberapa penelitian terdahulu, pernyataan pemegang kebijakan dan kenyataan faktual, teridentifikasi masalah-masalah yang berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran IPS di SLTP.

1) Pembelajaran IPS pada umumnya bersifat ekspositori, meng­ gunakan metode ceramah, beberapa guru menggunakan alat peraga, memberikan tugas pengamatan lingkungan, pengisian LKS, dan diskusi.

2) Kebiasaan belajar siswa 80% belajar kalau akan ada ulangan atau ujian, 10%. belajar belajar walaupun tidak ada ujian, tetapi tidak setiap malam, sisanya tidak teratur dan jawaban tidak jelas.

3) 50% siswa yang menjadi sampel menyenangi pelajaran IPS, 30% kurang menyenanginya, sisanya bervariasi antara senang atau tidak senang tergantung pada guru, topik atau materi yang dibahas.

4) 20 % s is w a ya n g menjadi sampel kecerdasannya termasuk kategori cerdas atau di atas normal, 65 % termasuk kategori normal, dan sisanya termasuk kurang.

5) Sebagian besar guru adalah guru mata pelajaran, sebagian telah mendapatkan penataran tentang IPS terpadu.

6) Para siswa menguasai materi pelajaran dalam bentuk hafalan.

7) NEM IPS tahun terakhir untuk beberapa d a erah berkisar antara 6.0 s.d. 6. 6 .

8) Keterampilan sosial para remaja umumnya rendah

9) Tanggung jawab, kepedulian sosial, tenggang rasa, dan kesediaan berkorban para remaja cenderung rendah,

10) Egoisme dan pelanggaran pelanggaran norma-norma sosial oleh remaja cenderung meningkat,



Mungkin masih banyak masalah lain yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran IPS pada jenjang SLTP, tetapi sementara kita fokuskan pada 10 masalah tersebut. Pilihlah satu atau beberapa masalah yang akan dijadikan masalah penelitian atau fokus penelitian anda. Pemilihan masalah atau fokus penelitian hendaknya memperhatikan tiga hal: (1) apakah masalah atau fokus yang dipilih cukup esensial, atau menduduki urutan penting di antara masalah-masalah yang ada, (2) apakah masalah tersebut cukup urgen atau mendesak untuk dipecahkan, (3) kalau masalah tersebut diteliti dan dipecahkan apakah cukup bermanfaat.

Pemilihan masalah terutama dari hasil penelitian terdahulu, tidak dimaksudkan untuk mengulangi apa yang telah diteliti oleh orang la in , tetapi mungkin melanjutkan penelitian tersebut, memperlu a s , memperdalam, mencari penyebab atau meneliti variabel lainn y a yang belum diteliti. Pemilihan masalah yang didukung da t a , untuk menunjukkan bahwa pemilihan tersebut bukan karangan atau rekayasa, tetapi kenyataan yang didukung oleh bukti-bukti.

Penentuan masalah mungkin dilakukan secara langsung, memilih salah satu dari masalah yang teridentifikasi, menggabung­ kan b e berapa masa l ah yang berhubungan menjadi kelompok masalah atau masalah yang lebih luas, atau penarikan ke masalah yang lebih luas. Dari kesepuluh masalah yang teridentifikasi bisa dikelompokkan dalam lima kelompok atau komponen , yaitu masalah yang berkenaan dengan: proses pembelajaran (masalah 1), siswa (masalah 2, 3, 4) , guru (masalah 5), hasil belajar langsung atau output (masalah 6 dan 7)), dan hasil belajar jangka panjang atau outcome (masalah 8, 9, 10).

Masalah atau kelompok masalah tersebut dihubungkan dan dibandingkan satu sama lain, kemudian disusun dalam suatu urutan atau ranking dari yang paling penting, hangat, mendesak dan berarti sampai dengan yang paling kurang. Walaupun dari identifikasi masalah tersebut telah ditemukan urutan-urutan teratas, namun untuk menentukan masalah mana yang akan diteliti, masih perlu mempertimbangkan beberapa hal.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah minat dan kemampuan peneliti sendiri, lokasi dan sumber data (populasi dan sarnpel), waktu yang dibutuhkan, pendekatan dan metode yang akan digunakan, buku sumber yang tersedia, masalah etika serta hal-hal yang berkenaan dengan birokrasi. Setelah mempertimbang- kan hal-hal di atas, .umpamanya peneliti memilih hasil belajar jangka panjang (masalah 8, 9, 10) sebab hasil belajar jangka panjang dipengaruhi oleh hasil belajar langsung dan proses pembelajaran. Dari ketiga masalah tersebut peneliti merangkum- kannya kepada fokus yang lebih luas dan mendasar yaitu rendahnya disiplin sosial remaja lulusan SLTP. (N.S Sukmadinata (2005:270-275)








KESIMPULAN



Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey), dan sebagainya.









0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .