Media Pembelajaran dan Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar
Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru Klik Link Dibawah ini :
https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos
Problematika
Manajemen Pendidikan Dan Kepemimpinan
Dalam Pendidikan
Islam
A.
Latar
Belakang Masalah
Di dalam dunia
pendidikan Islam, maju mundurnya pendidikan
Islam baik di Madrasah maupun di pasantren tentu tak lepas dari sebuah
implementasian manajemen madrasah dan pesenten yang dikelola oleh pemimpin madrsah
itu sendiri, yang dalam hal ini yang berpran sebagai manajemen tentu kepala
madrasahnya, kepempimpinan kepala madrasah sebagai seorang manejerial yang baik
tentu tak lepas dari kerjasama yang baik dengan personalia madrasah yang ia
pimpin. Dan selaku kepemimpinan yang baik harus paham akan tugas seorangnya
sebagai manajerial pada instansi yang ia
pimpin.
Seorang kepemimpinan
Menurut Veithzal Rivai pada hakekat terdiri dari :
a. Proses
mempengaruhi atau memberi contoh dan pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
b. Seni
mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan
dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan yang diharapkan
c. Kemampuan
untuk mempengaruhi, memberi insprirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Melibatkan
tiga hal yang pemimpin, pengikut dan situasi tertentu
e. Kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.[1]
Jika kita lihat
hakekat seorang pemimpin sebagaimana yang dikemukan oleh Veithzal Rivai
mengambarkan bahwa seorang pemimpin memberikan tauladan yang baik, dan memberikan
inspirasi dalam bekerjasama yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
B.
Pengertian
Manajemen Pendidikan dan Kempimpinan dalam Pendidikan Islam
Di dalam
menjalankan manajemen kepimpinan dalam pendidikan Islam tentu juga tak lepas
dari problematika-problematika yang terjadi di madrasah itu sendiri. Sebelum
kita mengakaji masalah problematika manajemen yang terjadi di madrasah mapun
dipasentren maka terlebih dahulu kita harus memahami, apa itu manajemen,
manajemen sebenarnya merupakan terjemahan secara langsung dari kata management berakar dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan atau
mengelola.[2]
Di dalam Islam,
pengertian yang sama mendefenisikan pengertian manajemen seperti yang
dijelaskan dalam Surat Al-Sajadah : 5 yang berbunyi :
Artinya : Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu
hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Q.S. Al-Sajdah :
05)
Disamping surat
Al-Sajdah ayat 5 di atas, Di dalam surat lain yaitu (Q.S. Yunus : 31) juga
menerangkan tentang manajemen seperti yang berbunyi :
Artinya : Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?"
Dalam Pandangan
Islam, dari dua pengertian yang berdasarkan pada firman Allah di atas maka
ternyata, ada dua kata yang kita temukan yakni kata yudabbiru al-amra yang berarti mengatur urusan. Ahmad al-Syawi
menafsirkan sebagai berikut : “Bahwa Allah adalah pengatur alam (manager).
Keteraturan Alam raya ini merupakan salah satu bukti kebesaran dari Allah SWT
sebagai penjaga dan pengelola alam ini. Karena manusia diciptakan sebagai
khalifah oleh Allah SWT maka berkewajiban untuk menjaga, mengatur dan mengelola
bumi ini sebaik mungkin sebagaimana Allah sebagai pengatur jagad raya. Jadi
kita simpulkan bahwa Allah SWT sendiri pada hakikatnya ia mempunyai tugas untuk
mengatur jagad raya sehingga semua dapat
beroperasi sebaik mungkin dan berjalan dengan semestinya. Disamping pandangan
Islam ada juga pendapat ahli mengenai pengertian manajemen diantaranya :
1. John
H.Donelly,et. Al juga mendefenisikan pengertian manajemen yaitu sebuah proses
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengatur kegiatan-kegiatan
melalui orang lain sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang tidak mungkin
dilaksanakan satu orang saja.[3]
2. Kadarman
juga mengartikan bahwa manajemen adalah suatu rentetan langakh yang terpadu
yang mengembangkan satu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosio
ekonomi –teknik.[4]
3. Sodang
P. Siagin menyatakan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka
mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[5]
Dari beberapa pengertian
manajemen menurut pendapat ahli di atas, kesemuannya lebih mengarah kepada
proses pemanfaatan semua sumber daya melalui orang lain dan bekerjsama
dengannya. Proses yang dimaksud untuk mencapai tujuan bersama secara efisien
dan produktif.
Sementara kalau
kita kaitkan dengan pendidikan Islam, bahwa pendidikan islam itu sendiri
merupakan suatu proses transinternalisasi
nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Padahal
manajemen pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematis dan
integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengoragnisasian,pengegerakan,
sampai pada pengawasan[6].
Dan proses ini selalu di dasari oleh nilai-nilai Islam. Oleh karena itu sistem
tesebut mempunyai nilai materil dan spritual.
C.
Problematika
Manajemen Kempemimpinan Pendidikan Islam di Madrasah.
Problema-problema
kemimpinan sekolah pada hakekatnya kepala sekolah mempunyai keududukan yang
fundamental dalam struktur lembaga pendidikan, sebab sosoknya tidak lain,
seperti apa yang diungkapkan oleh Robert J Starrat bahwa sebagai pemimpin
pembaharuan sekolah, tanpa kinerja kepala sekolah yang mampuni, institusi
pendidikan ibarat gerobang kereta api tanpa lokomatif. Tidak akan berjalan
sesuai dengan misi rel yang telah ditetapkan.
Sayangnya, sisitem oligarki kekuasaan
terkadang masih tampak dalam manajemen kepemimpinan di Sekolah Islam Swasta.
Pihak-pihak otoritatif di lembaga tersebut hanya memberikan kesempatan pada
orang dan atau kelompok tertentu saja yang berhak mengisi pos-pos strategis di
lingkungan sekolah. Kriteria pemilihan jabatan kepala sekolah tidak didasarkan
pada kemampuan menerjemahkan visi institusi, melainkan lebih kepada faktor
keturunan, kekerabatan maupun pertemanan. Padahal, progresivitas lembaga
pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah yang
visioner.
Selain problem oligarki kekuasaan, kepemimpinan
di lembaga pendidikan formal baik Negeri maupun swasta sangat rentan dengan
sikap otoritarianisme. Kepala sekolah yang otoriter bersikap sewenang-wenang
tanpa melihat situasi serta kondisi. Ia seringkali berlaku tidak adil dalam
pengambilan sikap terhadap pendidik, yaitu lebih mengedepankan rasa senang
serta tidak senang. Kasus seperti ini pernah menyita perhatian publik saat
rombongan guru berunjuk rasa menuntut mundurnya kepala sekolah karena dianggap
otoriter dalam setiap kebijakannya
Kegagapan kepala sekolah dalam memimpin para anggotanya
menyebabkan madrasah terjadinya konflik. Dari skala paling kecil berupa konflik
intrapersonal (misalnya konflik antara tugas sekolah dengan acara pribadi),
interpersonal (konflik antar tenaga pendidik dalam satuan pendidikan), skala
sedang seperti konflik intragroup (konflik beberapa guru dalam Musyawaah Guru
Mata Pelajaran/MGMP), intraorganisasi (konflik antara bidang kurikulum dengan
bidang kesiswaan), hingga skala besar seperti konflik interorganisasi
(konflik antara pihak sekolah dengan organisasi masyarakat. Ragam perselisihan
ini, ketika tidak terkelola dengan baik, akan memicu pertentangan yang lebih
luas sehingga berpotensi melemahkan kinerja setiap individu di dalam satuan
pendidikan. Iklim kondusif sekolah terganggu akibat budaya intrik dan saling
menjatuhkan.
Oleh karena itu, di madrasah membutuhkan kepemimpinan
transformasional dari kepala sekolah untuk menyingkirkan berbagai problematika
yang terjadi.
D.
Upaya
mengatasi probelmatika Kepemimpinan di Madrasah
Untuk
mengatasi problematika kepemimpinan yang
terjadi dimadrasah maka perlu upaya perubahan gaya kepemimpinan seperti yang
diungkapkan oleh Kartini Kartono
mengklasifikasikan kepemimpinan ke dalam delapan tipologi, yaitu:
1. Tipe
karismatis
Kekuatan
kepemimpinan tipe ini terletak pada energi, daya tarik, dan pembawaan yang luar
biasa dalam mempengaruhi orang lain sehingga mempunyai banyak pengikut.
Pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan sulit dicarikan teorinya untuk
menjelaskan mengapa pemimpin tersebut mempunyai karisma yang besar, sebab
merupakan karunia Yang mahakuasa.
2.
Tipe paternalistis,
yakni kepemimpinan yang kebapak-bapakan dengan sifat-sifat antara lain:
-
Pemimpin menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
-
Pemimpin bersikap terlalu melindungi (overly protective).
-
Pemimpin jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri.
-
Pemimpin hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif.
-
Pemimpin tidak memberikan kesempatan pegikutnya untuk
berimajinasi menurut kreativitas mereka sendiri.
-
Pemimpin bersikap maha-tahu dan maha-benar.
3. Tipe
militeristis, yaitu kepemimpinan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
-
Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap
bawahan.
-
Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
-
Mengedepankan formalitas, upacara-upacara ritual, daan
tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
-
Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahan.
-
Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritik dari bawahan.
-
Komunikasi berlangsung searah.
4. Tipe
otokratis
Sesuai dengan namanya (autos =
sendiri; kratos = kekuasaan/kekuatan), kepemimpinan ini
mendasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin
otokratis senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, merajai keadaan, kaku, dan
berorientasi pada struktural
5.
Tipe laissez
faire, yaitu kepemimpinan yang membiarkan anggota kelompoknya untuk
mengambil keputusan sendiri. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan
oleh bawahan dan pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kelompoknya.
6. Tipe
populistis, yaitu kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat.
Pemimpin berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional dan
mengusung nilai-nilai nasionalisme.
7. Tipe
administratif/eksekutif
Tipologi
kepemimpinan ini mampu menyelenggarakan tugas-tugas administratif karena
pemimpin bertindak sebagai teknokrat dan administratur yang mampu menggerakkan
dinamika pembangunan seperti teknologi, industri, manajemen modern, dan
perkembangan sosial masyarakat.
8.
Tipe
demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Kekuatain tipe kepemimpinan ini bukan terletak pada
figur pemimpin, melainkan pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.[7]
Dari tipologi
kepemimpinan di atas, Kartono belum memunculkan tema kepemimpinan
transformasional. Padahal, James McGroger Burn di era 1978-an dan dikembangkan
oleh Bernard M. Bass pada tahun 1985-an telah mengintrodusir konsep
“kepemimpinan transformasional” untuk membedakannya dengan konsepsi
“kepemimpinan transaksional”. Kepemimpinan transformasional diadopsi dari
Bahasa Inggris yaitu leadership dan to
transform. Terminologi pertama diartikan oleh Hersey dan Blanchard
sebagai the process of directing and influencing the task related
activities of an a group members[8]. yang
dalam bahasa sederhananya bermakna proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas sebuah kelompok. Sedangkan terminologi kedua bermakna
mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.[9] Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk
mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai
tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.[10] Sudarwan Danim
mengartikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai bentuk atau
gaya yang diterapkan kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya (guru, tenaga
administrasi, siswa, dan orang tua peserta didik) untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. [11]
E.
Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam adalah
suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Salah satu problematika manajemen
pendidikan Islam ialah persoalan manajemen kepemimpinan. Di madrasah, tidak
jarang kita melihat pihak-pihak otoritatif hanya memberikan kesempatan pada
orang dan atau kelompok tertentu saja yang berhak mengisi jabatan kepala
sekolah. Kriteria pemilihan tidak didasarkan pada kemampuan menerjemahkan visi
institusi, melainkan lebih kepada faktor keturunan, kekerabatan maupun
pertemanan.
Untuk menjawab problem manajemen kepemimpinan di madrasah maka dibutuhkan
model kepemimpinan transformasional bagi kepala sekolah yang tercermin dari:
kepemilikan sensitivitas terhadap pengembangan organisasi, pengembangan visi
bersama antarkomunitas, pendistribusian peran kepemimpinan, pengembangan kultur
sekolah, dan melakukan usaha-usaha restrukturisasi di sekolah secara periodik.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam
Mulia, 1998)
A.M.Kadarnab
dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu
Manajemen, Buku Panduana Mahasiswa,
(Jakarta : Gramdeia Pustaka Utama, 1996) h.19
Sondang
P. Siagin,Filsafat Administarasi, (Jakarta
: CV.Masagung,1980 )
Kartini Kartono, Pemimpin dan
Kepemimpinan, cet. ke-17 (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 80-86.
Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas
Belajar; Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi
Pembelajaran, cet. ke-1 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003)
Hersey dan Blanchard dalam Sudarwan Danim dan
Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan
Internasionalisasi Pendidikan, cet. ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta,
2009),
[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998) h. 384
[2] Ibid. h. 371
[3] Ibid,h. 373
[4] A.M.Kadarnab dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduana Mahasiswa, (Jakarta : Gramdeia
Pustaka Utama, 1996) h.19
[5] Sondang P. Siagin,Filsafat Administarasi, (Jakarta :
CV.Masagung,1980 )h.5
[7] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, cet.
ke-17 (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 80-86.
[8] Hersey dan Blanchard dalam Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen
dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses
Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, cet.
ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 41.
[9] Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Belajar;
Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran, cet.
ke-1 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 54.
[10] Ibid.
[11] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan
Kepemimpinan …, hlm. 50.
0 comments :