SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN
a.
Latar
Belakang Masalah
Persoalan tentang sumber ilmu pengetahuan ini,
sebenarnya terwujud dari dua sudut
pandang, yakni sudut pandang dunia barat dan sudut pandang dunia Islam. Kedua
sudut pandang inilah yang memberikan pradigma-pradigma tentang sumber ilmu
pengetahuan ? dan dari mana ilmu pengetahuan ?, untuk mengetahui asal mu asal
ilmu pengetahuan tesebut, untuk lebih jelasnya akan penulis gambarkan pada
pokok persoalan yang akan kita bahas baik dari sudut pandangan Islam maupun
dari sudut Pandangan Dunia barat. Kedua sudut pandangan ini akan memberikan
pemahaman kepada kita, tentang asal mu asal sumber-sumber ilmu pengetahuan itu
sendiri.
b.
Pengertian
Sumber Ilmu
Kata sumber dalam bahasa arabnya adalah (مصدر), dengan jamaknya: (مصادر). Kata sumber atau “mashdar”
dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dari wadah itu dapat ditemukan atau
ditimba norma hukum. Menurut Kamus Bahasa Arab, مصدر diartikan sumber, asal,
referensi, atau sumber pengambilan. Kata ilmu berasal dari kata ‘ilm,
yang berarti pengetahuan, lawan dari kata al-jahl yang berarti
ketidaktahuan atau kebodohan[8]. Kata
ilmu juga disepadankan dengan kata arab lainnya yaitu ma’rifah(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan),
dan syu’ur(perasaan). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
sumber ataumashdar adalah suatu tempat yang dari segala sesuatu
digali atau diambil. Berdasarkan hal tersebut, sumber ilmu adalah segala
sesuatu yang menjadi tempat digali dan diambilnya.[1]
c.
Sumber
Imu pengetahuan menurut dunia barat
Dalam pandangan dunia barat
mengenai sumber ilmu pengatahuan terdapat tiga aliran utama yaitu :
1.
Rasionalisme,
Madzhab Rasionalisme dikaitkan filosof abad ke-17 dan
18, seperti Rene Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Leibniz, yang
sebenarnya berasal dari pemikiran filsafat Yunani. Paham ini menyatakan bahwa
pada hakikatnya ilmu itu bersumber dari akal budi manusia. Descartes
berpendapat bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan (innate ideas)
yang dinamakan substansi yang sudah tertanam. Ide bawaan tersebut terdiri atas
: pemikiran, Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Adapun ilmu-ilmu lain yang dicapai
manusia pada hakikatnya adalah derivasi dari ketiga prinsip dasar tersebut.
Menurut aliran ini sumber ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya
mengabaikan pengalaman. Hal ini, menurut mereka, karena ilmu adalah sesuatu
yang sudah ‘built in’ dalam jiwa manusia dan tugas kita adalah mencapainya
melalui deduksi. Karenanya, ilmu yang dihasilkan oleh aliran ini—biasanya dianggap—bersifat
universal.
Menurut mazhab ini, indera adalah sumber pemahaman
terhadap konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan sederhana. Hanya saja indera
bukan satu-satunya sumber. Di samping indera, ada fitrah yang mendorong
munculnya sekumpulan konsepsi dalam akal.[2]
2.
Empirisme
Yang menekankan
pentingnya pengalaman sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini
dipelopori oleh Francis Bacon, sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran
yang mengutamakan pendekatan empirik. Puncak pemikiran aliran ini terdapat pada
pemikiran David Hume yang dalam karyanya A
Treatise of Human Nature. Dalam buku tersebut David Hume mengupas
persoalan-persoalan epistemologis penting. Berbanding terbalik dengan
rasionalisme, mazhab ini berpandangan bahwa seluruh isi pemikiran manusia
berasal dari pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan persepsi. Persepsi,
kemudian, dibagi menjadi dua macam, yaitu kesan-kesan (impressions) dan
gagasan (ideas). Yang pertama adalah persepsi yang masuk melalui akal
budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Yang kemudian adalah persepsi
yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Derivasi ilmiah yang diakui
oleh aliran ini adalah induksi terhadap fakta-fakta empiris. Tapi hal ini tidak
berarti mereka mengklaim univesalitas induksi. Alih-alih, mereka justru
menekankan keterbatasan induksi yang hal ini berarti mereka menolak
generalisasi
3.
Kritisisme.
Yang merupakan usaha untuk mensintesa dua kutub ekstrim
sebelumnya; rasionalisme dan empirisisme. Tokoh utama aliran ini adalah
Immanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh Kant berusaha untuk mengakhiri
perdebatan yang terjadi tentang objektivitas pengetahuan antara rasionalisme
Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolff, dan Empirisisme Inggris. Dalam
usahanya, Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam pikiran manusia yang
berasal dari pengalaman dan unsur mana yang berasal dari akal. Berbeda dengan
aliran filsafat sebelumnya yang memusatkan perhatian pada objek penelitian,
Kant mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia sebagai subjek yang
berpikir. Dengan demikian fokus perhatian Kant adalah pada penyelidikan rasio
manusia dan batas-batasnya[3]
d.
Sumber
Ilmu Pengetahuan Dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan
alam Islam (Islamic Worldview) yang membentuk epistemologi Islam, secara
epistemologi, secara ontologis terdapat dua alam yang dikenal dalam Al-Qur’an, yaitu
alam metafisik (alam al-ghayb) dan alam
fisik atau yang tampak[4].
Alam metafisik
atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manusia kecuali melalui wahyu
karena hanya Allah SWT. Yang mengetahui yang ghaib sebagaimana firmannya dalam
surat Al-An’aam : 50)
قُلْ
لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا
أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ
وَالْبَصِيرُ ۚ
أَفلَا تَتَفَكَّرُونَ
Artinya :
“Katakanlah: Aku
tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa
aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka
apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Kedua jenis alam tersebut menyebabkan ada dua jenis
ilmu (knowledge) yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu ilmu tentang alam
metafisik dan ilmu tentang alam fisik.
Yang dimaksud
dengan sumber ilmu di sini adalah “asal-usul”, diperolehnya ilmu pengetahuan,
atau dari mana ilmu itu diperoleh. [5] Islam
mengajarkan bahwa Allah SWT. Merupakan sumber dari segala sesuatu. Ilmu dan
kekuasaan-Nya meliputi bumi dan langit yang nyata maupun yang gaib, dan tidak
ada segala sesuatu yang luput dari pengawasan-Nya.
Setiap kita
memiliki pengathauan, persoalannya dari mana pengetahuan tersebut kita peroleh
atau lewat apa pengetahuan itu kita dapat. Dari situ timbul pertanyaan
bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan
dan darimana pengetahuan kita ? pengetahuan yang ada pada kita tentu
kita peroleh dengan mengguanakan berbagai alat yang merupakan sumber dari pada
ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam pandangan islam sumber pengetahuan diantara
adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
AL-Qur’an
merupakan wahyu Allah Swt. Yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Oleh
karena itu, AL-Qur’an menempati urutan pertama dalam hierarki sumber ilmu dalam
epistemologi Islam. AL-Qur’an sebagai sumber ilmu, dijelaskan melalui ayat-ayat yang menyatakan
bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi amanusia dan alam semesta, yaitu
diantara di dalam surah at-Takwir ayat 27, dan AL-Furqan ayat 1 dan Al-Baqarah
ayat185.
Al-Qur’an
menurut defenisi mayoritas ulam adalah Kalam atau firman Allah SWT, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw, yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.
Al-Qur’an memiliki berbagai keistimewaan
yang tidak dimiliki kitab-kitab yang terdahulu, karena kita-kitab
terdahulu hanya diperuntukkan bagi satu
zaman tertentu. Dengan keistimewaan tersebut Al-Qur’an mampu memecahkan problem
kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, yaitu rohani dan jasmani, msalah
sosial atau ekonomi. Al-Qur]an menyediakan kaidah-kaidah umum yang dapat
dijadikan landasan bagi langkah-langkah manusia setiap zaman dan tempat karena
Allah Swt. Sendiri yang akan menjaganya.
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya : “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.
Oleh karena itu, manusia yang berpaling dari kalam
Allah (Al_Qur’an ) atau mengambil selain Al-Qur’an sebagai petunjuk, telah
memikul dosa yang sangat besar.
Pada Surah ar-Rahman ayat1-4 bahwa Allah swt. Telah
mengajarkan kepada manusia Al-Qur’an. Ia juga mengajarkan kepada manusia
apa-apa yang belum diketahuinya.
وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ
أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya :
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Jika
disebut nama Al-Qur’an, ia mengandung beberapa hakikat, seperti kalamullah, mukjizat, diturunkan kepada
hati Nabi, disampaikan secara muttawir, dan membacanya adalah ibadah. Kalam
adalah wasilah ‘sarana’ untuk
menerangkan sesuatu berupa ilmu, nasihat
atau berbagai kehendak, lalau memberikan perkara itu kepada orang lain.
2. Hadist
Allah
swt, menyatkaan bahwa Rasulullah saw. Merupakan sumber ilmu yang akan
mengajarkan kitab serta hikmah.
كَمَا
أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا
وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا
لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya :
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat
Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al
Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Al-qur’an dan hadist
adalah pedoman hidup, sumber hukum ilmu,
dan ajaran islam serta merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Al –Qur’an merupakan
sumber primer yang banyak memuat pokok-pokok ajaran islam sedangkan hadist
merupakan penjelas bagi keumuman isi Al-Qur’an. Seorang muslim tidak mungkin
memahami syariat islam secara mendalam dan lengkap tanpa kehadiran Al-qur’an
dan hadist.
3.
Akal dan Qalbu
Sumber
ilmu pengetahuan selain dari wahyu dalam epistemologi islam adalah Akal dan
qalbu memiliki fungsi kognisi dan afeksi karena keduanya mampu melakukan
aktivitas berpikir sekalisgus merasa.
Qalbu
menurut Al-Ghazali yang akan menyerap ilmu tentang Allah SWT, yang akan
diberikan ganjaran atau pahala di akhirat serta tempat terdapatnya ilmu
spritual. Dan Al-Ghazali memberikan
kedudukan hati itu ibarat istana dan
aqal adalah rajanya.
4. Indra
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan
indra dan akal sekaligus dalam pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik
metafisik karena indra dan akal saling menyempurnakan. Orang yang mengabaikan
akal dan kalbunya, maka akan tersesat dan jauh dari kebenaran.[6]
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya
:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.”
Indra
yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia kaan dimitai pertanggung jawabannya
kelak di akhirat. Oleh karena itu manusia harus berupaya memelihara indra
mereka dan mengguankannya hanya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan
agamanya.
e.
Kesimpulan
Sumber ilmu pengetahuan menurut padangan
islam dan pandangan barat terdapat perbedaan. dalam
kajian epistemologi di Barat, pembahasan tentang sumber ilmu melahirkan tiga
mazhab utama, yaitu rasionalisme, empirisme dan fenomenalisme Kant. Keberatan
Islam terhadap ketiga mazhab ini sebagaimana akan ditunjukkan nanti, terutama
karena pengingkarannya terhadap wahyu sebagai objek ilmu pengetahuan. Sementara
dalam islam sumber ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, akal
dan qalbu serta indra.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardian
Husaini (2013),Filsafat Ilmu Perspektif
Barat dan Islam, (Jakarta : Gema Insani)
Ahmad Jamin
dan Norman Ohira,(2016), Filsafat Ilmu,(Bandung : Alfabeta )
http://laskarpenaalqolam.blogspot.co.id/2015/08/sumber-ilmu-menurut-barat-dan-islam.html
[1]
http://laskarpenaalqolam.blogspot.co.id/2015/08/sumber-ilmu-menurut-barat-dan-islam.html
[2] ibid
[3] Ibid
[4] Ardian Husaini,Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam,
(Jakarta : Gema Insani) h.88
[5] Ahmad Jamin dan Norman Ohira,Filsafat Ilmu,(Bandung : Alfabeta ) h.
85
[6] Ardian Husaini,Op.cit, hlm. 107
0 comments :