Tuesday, March 13, 2018

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGAKA KONSEPTUAL/TEORI

OKE MHD AMIN     March 13, 2018    

Media Pembelajaran dan  Kumpulan Soal Penilaian Harian (PH), PAS, dan UAS Sekolah Dasar 

Kelas 1 s.d Kelas 6 Kuriklum 2013 Terbaru  Klik Link Dibawah ini :

https://www.youtube.com/channel/UC9C78_i8t3BUGo21xW0bDjw/videos

Wassalam RKC Channel

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL/TEORI


A.    Latar Belakang

Dalam setiap penelitian, suatu rujukan atau yang sering kita sebut sebagai daftar pustaka sangat dianjurkan bahkan diwajibkan.  Tinjauan Pustaka (Literature Review) merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam karya ilmiah seperti; proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan.
Istilah Tinjauan Pustaka diterjemahkan secara langsung dari Literature Review. Adapun Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.
Kepustakaan atau literatur yang dijadikan landasan dalam kajian teori ini akan memiliki arti dalam mempertimbangkan cakupan penelitian yang sedang dikerjakan. Studi kepustakaan ini juga memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting.
Membuat Tinjauan Pustaka yang baik tidaklah mudah dan memerlukan keterampilan dan usaha dari kita. Perlu diketahui bahwa Tinjauan Pustaka bukan hanya sekedar daftar hasil penelitian sebelumnya yang sudah diterbitkan. Lebih dari pada itu, kita harus melakukan evaluasi dan sintesis sehingga sebuah Tinjauan Pustaka yang kita hasilkan memiliki nilai akademik yang tinggi.

B.     Tinjauan Pustaka

1.      Pengertian Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yakni Literature Review. Namun demikian, bagian ini tidak sekedar meninjau pustaka pada bagian permukaan saja, melainkan jauh 'masuk ke dalam'. Hal itu diperlukan agar kita bisa melihat lebih banyak, bisa melakukan evaluasi dan sintesis dari isi pustaka yang kita gunakan.
Tinjauan Pustaka (Literature Review) merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah.
Para ahli memberikan pengertian tentang tinjauan pustaka sebagai berikut :
1)      Castetter dan Heisler, Tinjauan pustaka sebuah saran yang mencangkup pada bagian-bagian penelitian, seperti pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Harus ada pada tinjauan pustaka
2)      Leedy, Mengartikan bahwa tinjauan pustaka adalah uraian yang harus berisi tentang ungkapan-ungkapan peneliti sebelumnya yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan.
3)      Gandas, Memberikan pengertian bahwa tinjauan pustaka adalah bab yang membahas tentang tinjauan mengenai teori-teori terhadap judul tulisan atau makalah yang ingin peneliti lakukan.
4)      Eki Meliansyah, Memberikan pengertian bahwa tinjauan pustaka adalah sebuah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. (Student, 2016)

Dalam penulisan, tinjauan pustaka memiliki 2 bentuk :
1.      Murni deskriptif
Sebuah tinjauan deskriptif seharusnya tidak hanya daftar dan parafrase, tapi harus menambahkan komentar dan mengemukakan tema dan tren.
2.      Penilaian kritis terhadap literatur di bidang tertentu,
menyatakan dimana kelemahan dan kekurangannya, membandingkan pandangan para penulis tertentu, atau mengajukan pertanyaan. Ini akan mengevaluasi dan menunjukkan hubungan, sehingga tema utama muncul. (Publishing, 2018)

Berdasarkan pendapat para ahli tentang tinjauan pustaka diatas dapatlah disimpulkan Tinjauan pustaka adalah gambaran dari sumber yang relevan dengan bidang atau topik tertentu, yang memberikan gambaran umum tentang teori, metode dan metodelogi yang tepat, pertanyaan yang diajukan, temuan utama serta siapa penulis utamanya pada proposal dan laporan penelitian yang sedang kita lakukan. Disamping itu tinjauan pustaka ini memberikan landasan yang kuat terhadap penelitian yang sedang kita lakukan karena mempunyai referensi dari hasil penelitian yang diakui kredibilitas ilmiahnya.  

2.      Tujuan dan Manfaat

Dengan studi kepustakaan peneliti dapat menggali teori-teori yang telah berkembang dalam masalah penelitian, kepustakaan merupakan jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan landasan konstruksi teoritik sebagai dasar pedoman atau pegangan, tolak ukur, sumber hipotesis penelitian.
Menurut Cooper dalam (Creswell, 2013, hal. 40)tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan utama yaitu:
a)      Menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan saat itu
b)      Menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada
c)      Mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Selain itu tinjauan pustaka juga bertujuan untuk memanfaatkan data sekunder, menghindarkan duplikasi serta penelusuran dan penelaah literatur yang relevan dengan masalah penelitian untuk mengungkapakan buah pikiran secara sistematis, kritis dan analitis (Iskandar, 2009, hal. 51).
Kajian pustaka/literatur perlu dilakukan untuk menguasai teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Menggunakan kajian pustaka/literatur berarti melakukan penelusuran literatur dan penelaahnya. Kajian literatur menurut Iskandar (Iskandar, 2009, hal. 51) memiliki manfaat sebagai berikut:
1)      Mengenali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu tentang relevan dengan variable-variabel yang diteliti
2)      Mengikuti perkembangan dalam penelitian dalam bidang yang akan diteliti
3)      Memanfaatkan data sekunder
4)      Menghindarkan duplikasi
5)      Penelusuran dan penelaah literatur yang relevan dengan masalah penelitian untuk mengungkapkan buah pikiran secara sistematis, kritis dan analitis

Menurut Melly G. Ran (1977), penelusuran bahan pustaka memiliki beberapa manfaat, yaitu:
a)      Memperdalam pengetahuan mengenai masalah yang diteliti;
b)      Menegaskan kerangka teoritis yang dijadikan landasan berpikir;
c)      Mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga mempermudah peneliti dalam perumusan hipotesis;
d)     Menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian (Cik Hasan Bisri, 1999: 39).

Sedangkan (Iskandar, 2009, hal. 51-52) menjelaskan fungsi kajian literatur sebagai berikut :
1.      Literatur meningkatkan pemahaman peneliti tentang teori yang relevan terhadap masalah yang diteliti.
2.      Menjelaskan, membedakan, meramal dan mengendalikan suatu fenomena atau suatu gejala yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.      Menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan.
4.      Menguraikan teori, temuan-temuan peneliti terdahulu dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian.
5.      Menjelaskan latar belakang masalah yang diteliti.
6.      Meningkatkan keyakinan dan motivasi bagi peneliti.
7.      Meningkatkan kemampuan pemahaman peneliti secara mendalam dalam disiplin ilmu yang diteliti.
8.      Dapat digunakan peneliti untuk menyusun kerangka konseptual.
9.      Mengacu pada daftar pustaka.

3.      Langkah-langkah dalam membuat tinjauan pustaka

Sebelum membuat tinjauan pustaka, topik yang merupakan subjek atau materi penelitian hendaklah sudah ada dalam rancangan peneliti, karena topik inilah yang nantinya akan menjadi gagasan utama untuk dipelajari dan diekplorasi lebih dalam (Creswell, 2013, hal. 37)

Ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik penelitian. Salah satunya adalah menulis judul yang jelas dalam proposal penelitian. Glesne & Peshkin, 1992 dalam Creswell, Judul yang baik merupakan pintu utama untuk masuk ke dalam penelitian dan ini merupakan gagasan nyata yang harus dimiliki oleh peneliti agar tetap fokus pada penelitiannya.

Ada beberapa pendekatan yang manjadi tolak ukur dalam penyusunan tinjauan pustaka yaitu: menentukan masalah, mencari bahan yang relevan, melakukan evaluasi terhadap bahan tersebut serta menganalisa temuan tersebut (Publishing, 2018)

Secara umum, Cik Hasan Basri dalam Mahmud (Mahmud, 2011, hal. 123) mengemukakan langkah-langkah dalam melakukan studi pustaka adalah:
a)      Melakukan inventarisasi judul-judul bahan pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian
b)      Melakukan pemilihan isi dalam bahan pustaka. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pemilihan topik dalam daftar isi atau subjudul dalam masing-masing bahan
c)      Melakukan penelaah terhadap isi tulisan dalam bahan pustaka. Penelaah dilakukan dengan cara pemilihan unsur-unsur informasi, terutama konsep, teori, dan unsur-unsur metodologi yang berhubungan dengan masalah penelitian
d)      Melakukan pengelompokan hasil bacaan, sesuai dengan rumusan yang tercantum dalam masalah dan pertanyaan penelian. Ia merupakan bahan baku untuk disajikan dalam tinjauan pustaka.

Menurut (Mahmud, 2011, hal. 123) sebelum melakukan penelaah terhadap pustaka, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu jenis pustaka yang dibutuhkan, yaitu:
1)      Berdasarkan bentuk pustaka, dibedakan atas:
a)      Sumber tertulis, seperti buku-buku pengetahuan, surat kabar, majalah, dan sebagainya
b)      Sumber tidak tertulis, seperti film, slide, manuskrip, relief dan sebagainya

2)      Berdasarkan isi pustaka, dibedakan atas:
a)      Sumber primer, merupakan sumber bahan yang dikemukakan oleh orang atau pihak pada waktu terjadinya peristiwa atau mengalami peristiwa itu sendiri, seperti buku harian, notulen rapat dan sebagainya
b)      Sumber sekunder, merupakan sumber bahan kajian yang dikemukakan oleh orang atau pihak yang hadir pada saat terjadinya peristiwa atau tidak mengalami langsung peristiwa itu sendiri, seperti buku-buku teks.

Dalam (Publishing, 2018) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tinjauan pustaka adalah :
1.      Penting untuk menentukan masalah atau area yang ingin ditangani.
2.      Menentukan tujuan penelitian guna mempersempit ruang lingkup referensi bacaan yang diperlukan.

Studi kepustakaan menjadi hal yang sangat penting sebagai sumber teori dan informasi yang dibutuhkan dalam merancang kerangka berpikir dalam kegiatan penelitian. Selain itu studi kepustakaan juga memiliki peran untuk mengatahui penelitian yang sedang kira lakukan telah atau beluh diteliti sebelumnya.


A.    Kerangka Konseptual/Kerangka Teori
1.      Pengertian dan fungsi kerangka konseptual/kerangka teori
Kerangka konseptual adalah analisa secara teoritis mengenai hubungan antara variable-variabel yang hendak diteliti. (Iskandar, 2009, hal. 173)

Dalam kegiatan penelitian, terdapat dua tahap kegiatan yang hampir memiliki fungsi yang sama, yaitu tinjauan pustaka dan kerangka berpikir. Keduanya menjadi pengarah secara substansial terhadap tahapan kegiatan tahapan penelitian berikutnya. Cik Hasan Bisri (1999:35)

Uraian dalam tinjauan pustaka menjadi rujukan dalam merumuskan kerangka berpikir. Rumusan dalam tinjauan pustaka sepenuhnya digali dari bahan yang ditulis oleh para ahli dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan bidang penelitian. Rumusan kerangka berpikir ini sepenuhnya menjadi milik peneliti, dengan mengacu pada pandangan serta informasi yang terdapat dalam tinjauan pustaka serta sebagai rujukan dalam kegiatan penelitian (Mahmud, 2011, hal. 122).

Kerangka konseptual dalam penelitian yang baik, menurut Uma Sukarnan (1992) dalam Sugiyono (2003:70) sebagai berikut:
1)      Variable-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas
2)      Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variable-variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi
3)      Kerangka konseptual tersebut perlu dinyatakan dalam bentuk diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawaban mudah dipahami.

2.      Langkah-langkah dalam merumuskan kerangka konseptual
Langkah-langkah dalam melakukan pendiskripsian teori menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2013, hal. 90) adalah sebagai berikut :
1.      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.      Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampai sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4.      Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, dibandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori yang harus dicantumkan.
6.      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori yang harus dicantumkan.

Ada beberapa landasan dalam pemilihan kerangka konseptual yaitu :
1.      berpikir deduktif; melakukan analisis terhadap teori, konsep, prinsip, premis yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus hati-hati dan kritis dalam membuat analisis serta menelaah semua kepustakaan yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum merumuskan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
2.      berpikir induktif; analisis penelusuran hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
3.      merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan kedua dengan cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan penelitan dan logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual penelitian.

Dari pandangan dari para ahli tentang kerangka konseptual/kerangka teori, saya mencoba untuk mengambil kesimpulan bahwa kerangka teori adalah teori-teori dalam konsep yang baku dan digunakan secara ilmiah serta bersifat umum. Hubungannya dengan penelitian yang sedang kita kembangkan adalah kita mencari teori-teori yang mendukung dan menjadi landasan dalam kegiatan penelitian kita.


Contoh Tinjauan Pustaka

Pendidikan Berkarakter

Menurut Ali Ibrahim Akbar (2009), praktik pendidikan di Indonesia cenderung lebih berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelegence quotient (EQ), dan spiritual intelegence (SQ). pembelajaran diberbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai ulangan/ujian yang tinggi.

Seiring perkembangan jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, harus mulai dibenahi. Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak”.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY,2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan berperilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakuna sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, krtis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berfikir positif, disiplin, antisiatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadaran tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan berkarakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelakanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga Negara yang baik. Adapun kriteria manusia manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral, universal (bersifat absolute) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai pihak the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah : cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari : dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan berkarakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan normal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian missal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan dikota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan berkarakter. (Pustaka, 2015)


Contoh kerangka teori :
Tujuh dimensi kecerdasan emosi dari perspektif Goleman, Norian et at. (2005), melalui instrument kepintaran emosi Malaysia (IKEM) yaitu : (1). Kesadaran diri; (2) Pengendalian Diri; (3) Motivasi diri; (4) Empati; (5) Ketrampilan Sosial; (6) Kerohaniawan, dan ; (7) Kematangan. Sedangkan kepuasan kerja dilihat dari perspektif Smith et el.(1975), melalui instrument Job Descriptive Index (JDI), terdapat enam faktor kepuasan kerja, yaitu : (1) Suasana Pekerjaan; (2) Gaji; (3) Rekan Kerja; (4) Pimpinan; (5) Kenaikan pangkat, dan; (6) Pekerjaan Sampingan. Terakhir Komitmen Organisasi dilihat dari persfeltif Allen & Mayer (1990), terdapat tiga dimensi, yaitu; (i) Komitmen Afektif; (ii) Komitmen berkesinambungan, dan; (iii) Komitmen Normatif. (Iskandar, 2009, hal. 174)

0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .