BAB I
PENDAHULU
1.1 Latar Belakang Masalah
Di SMP Negeri 4 Sungai Penuh, Proses Pembelajaran yang berlangsung guru masih menggunakan model pembelajaran yang monoton atau tidak bervariasi yaitu model ceramah. Proses pembelajaran hanya berpusat pada guru. Guru sebagai penyampai materi atau penceramah dan siswa sebagai pendengar, sehingga interaksi antara siswa dengan guru sangatlah kurang, karena guru memiliki peran yang dominan. Dengan model pembelajaran yang demikian tentunya siswa tidak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Disamping itu, proses belajar mengajar selalu diawali dengan penjelasan materi didepan kelas beserta contoh soal dan latihan. Siswa selalu disuruh untuk mencatat apa yang ditulis oleh guru dan tidak melibatkan siswa dalam penyelesaian masalah. Guru biasanya meminta siswa mengerjakan soal-soal dibuku latihan kemudian dikumpul dan begitu seterusnya. Hal ini tentunya sangatlah mempengaruhi hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu masih di bawah standar ketuntasan yang ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan di SMP Negeri 4 Sungai Penuh, ditemukan Guru masih kesulitan untuk menyampaikan materi sistem reproduksi pada manusia. Hal ini terlihat dari bagaimana cara guru menyampaikan materi tersebut. Berbagai cara telah dilakukan guru agar pembelajaran Biologi dirasa mudah dan menarik bagi siswa, tetapi terkadang cara yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang tepat sehingga menimbulkan masalah bagi siswa dalam memahami konsep materi yang diajarkan. Cara yang dilakukan guru antara lain yaitu memberikan sanksi apabila tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan, tetapi hal ini tidak memberikan pengaruh bagi siswa. Berdasarkan keterangan di atas, timbullah berbagai macam masalah yang didapat, secara umum proses pembelajaran biologi masih memiliki kualitas rendah dimana guru kurang menarik perhatian siswa yang ditandai dengan aktivitas belajar mengajar yang kurang.
Pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pelajaran yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami materi sistem reproduksi pada manusia. Siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat saja, siswa senang bermain dari pada mengerjakan tugasnya, siswa merasa jenuh dan bosan memahami materi operasi hitung bilangan bulat, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung monoton dan tidak bervariasi. Rendahnya nilai hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem reproduksi pada manusia yang selalu dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70.
Oleh karena itu diperlukan tindakan kelas yang tepat agar nantinya pada akhir penelitian terjadi perubahan atau peningkatan hasil belajar khususnya pada materi sistem reproduksi pada manusia, Seorang guru yang profesional tentunya dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar yang menyenangkan di kelasnya. Untuk itu guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian yang penting dalam perencanaan pembelajaran agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh gurunya secara seksama dan siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih baik dan hasil belajar akan meningkat.
Dalam memperbaiki sistem pembelajaran yang cenderung membuat siswa tidak memahami konsep dari materi yang diajarkan yaitu sistem reproduksi pada manusia, maka guru harus mengetahui aspek-aspek apa saja yang harus diperbaiki. Karena pola pengajaran yang salah dapat berakibat tidak baik bagi diri siswa maupun hasil belajar siswa itu sendiri. Guru hendaknya membuat dan melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran agar menghasilkan satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa..
Pada penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini antara lain seluruh siswa menjadi lebih siap, siswa terbiasa menyimpulkan hasil dan berbagai pendapat temannya menjadi sebuah keputusan, siswa masing-masing mempunyai ide/pendapat dalam menuntaskan masalah, melatih kerjasama dengan baik, siswa terbiasa memahami dan menghargai pendapat orang lain, siswa terdorong untuk ikut serta dalam memecahkan berbagai masalah, komunikasi antar siswa berjalan dengan baik dan guru dapat menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan akhirnya juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Biologi Materi sistem reproduksi pada manusia dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament di Kelas IXA SMP Negeri 4 Sungai Penuh”
1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah “ Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi materi sistem reproduksi pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh? “
1.2.2 Pemecahan Masalah
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem reproduksi pada manusia adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa akan lebih banyak berperan dalam mengkaji konsep dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pokok sistem reproduksi pada manusia dengan senang, bersemangat dan penuh gairah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi materi sistem reproduksi pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkanhasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran biologi.
b. Dapat meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusinya dalam mengungkapkan ide/pendapat.
2. Bagi Guru
a. Dapat mengembangkan model pembelajaran yang lebih bervariasi lagi.
b. Meningkatkan kreativitas guru dalam pencapaian hasil belajar.
c. Sebagai bahan masukan untuk pemilihan model pembelajaran yang tepat pada pelajaran biologi.
d. Untuk guru bidang studi dapat mengembangkan diri agar lebih profesional dalam pencapaian kompetensi.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan hasil pembelajaran biologi pada khususnya dan kualitas sekolah pada umumnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Belajar Mengajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri siswa sehingga mempunyai tingkat kemampuan, perubahan daya nalar dan sebagainya. Belajar merupakan suatu hasil atau tujuan.
Belajar merupakan proses mengasimulasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian menjadi berkembang. Belajar adalah suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya (Gage dan Berliner, 2006:116).
Dewey dalam Hamalik (2006:116) adalah suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Belajar adalah proses internal yang kompleks (Gagne, 2006:10).
Berdasarkan urain diatas, belajar merupakan suatu proses dengan mengalami sendiri, sehingga pengajaran akan lebih berarti apabila siswa dalam belajar diberikan kesempatan untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yanmg lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud setelah belajar, sedangkan dari sisi guru hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori taksonomi bloom, hasil belajar dirumuskan melalui tiga kategori antara lain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perincian adalah sebagai berikut:
1. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, comprocetif, penerapan, analisis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, menilai, dan karakteristik dengan suatu nilai.
3. Ranah Psikomotorik
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, bersikap diri, gerakan sederhana dan komplek.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotorik karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotorik dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penelitian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
a. Faktor Internal
1) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut.Pertama, intelegensi.Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.Kedua, kemauan.Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.Ketiga, bakat.Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3) Faktorlingkunganmasyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat.Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Baik faktor-faktor internal maupun eksternal juga mempengaruhi siswa di dalam proses pembelajaran. Bila semua faktor dapat didukung dengan baik tentunya juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran biologi.
2.3 Pembelajaran Biologi di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan.Menurut Piaget dalam Heruman (2007:5) menyatakan bahwa “Pembelajaran biologi harus terjadi pula belajar secara konstruktivisme. Maksudnya pengetahuan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif”.
Pendidikan biologi di sekolah dasar dalam proses belajar mengajar Brunen dalam Muhsetyo (2007:17) menyatakan bahwa “Pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik, membuat peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola dan hubungan keterkaitan”.
Kekuatan biologi di sekolah dasar terdiri dari kemampuan untuk, (1) Mengkaji, menduga, memberi alasan secara logis, (2) Menyelesaikan soal-soal yang rutin, (3) Mengkomunikasikan tentang dan melalui biologi, (4) Mengaitkan ide dalam biologi (5) Mengembangkan percaya diri, karakter untuk mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi kuantitatif (Depdiknas, 2007:17).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biologi adalah upaya pembimbingan terhadap siswa untuk belajar, dimana siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya dan guru hanya berperan sebagai pembimbing dibandingkan pemberi tahu. Dalam hal ini potensi anak harus dikembangkan secara optimal, sehingga dapat menggunakan pola pikir biologi kepada orang lain.
2.4 Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran (Sudrajat, 2009:53).
Soekamto dalam Nur, (2006:10) mengemukakan “Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Untuk memilih model pembelajaran yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Hasan, (1996:23) menyatakan “Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik bila memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik, (2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik, (3) Sesuai dengan belajar siswa yang dilakukan, (4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru, (5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada”.
Menurut Johnson dalam Trianto, (2007:5), mengemukakan “Untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek yaitu, proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk berfikir kreatis. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan atau kompetensi yang ditentukan”.
2.5. Model Teams Games Tournaments ( TGT )
Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Menurut Slavin dalam Rusman (2010:224) “ TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaannya tersebut kepada guru.”.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dalam belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Menurut Slavin dalam Rusman (2010:225) “Model pembelajaran koopertif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut : siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, games tournaments dan penghargaan kelompok.”
Tahap penyajian kelas, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang operasi bilangan bulat. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan menguatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audio visual. Lamanya presentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game adalah menentukan skor kelompok.
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut: (a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, (b) menekankan bahwa belajar dalam memahami makna, dan bukan hapalan, (c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, (d) memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah, dan (e) beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada (Isjoni, 2009:52).
Tahap belajar dalam kelompok, kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan akan dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
Tahap Permainan (Game), game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan bekerja kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor pada kelompoknya.
Tahap Pertandingan (Turnamen), biasanya turnamen dilakukan pada akhir pelajaran atau pada setiap unit setelah guru melakukan persentasi kelas dan kelompoksudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja 1, tiga siswa selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.
Tahap Penghargaan kelompok, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Tim mendapat julukan “ Super Team “ jika rata-rata skor 45 atau lebih, “ Great Team “ apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “ Good Team “ apabila rata-ratanya 30-40.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantaranya siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal, dimana setiap anggota di dalam kelompoknya terdiri dari 4-5 orang yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran ini adalah agar peserta didik secara berkelompok dapat saling menghargai pendapat orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dalam menyelesaikan materi pelajaran yang diberikan.
Sedangkan untuk menghitung poin-poin turnamen pada setiap game dengan 4 pemain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Pemain
Tidak ada yang seri
Seri nilai tertinggi
Seri nilai tengah
Seri nilai rendah
Seri nilai tertinggi 3 macam
Seri nilai terendah 3 macam
Seri 4 macam
Seri nilai tertinggi & terendah
Skor tinggi
60
50
60
60
50
60
40
50
Skor tengah atas
40
50
40
40
50
30
40
50
Skor tengah bawah
30
30
40
30
50
30
40
30
Skor rendah
20
20
20
30
20
30
40
30
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Soemarno dalam Rusman, (2010) pembelajaran tipe TGT memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT membantu siswa mempelajari isi mata pelajaran yang sedang dibahas.
2. Adanya anggota keluarga lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena siswa dibantu oleh anggota kelompoknya dalam menguasai materi.
3. Pembelajaran ini menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.
4. Pembelajaran TGT menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi, menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebayanya.
5. Hadiah dan penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dapat mempermudah guru untuk memonitor siswa dalam belajar dan bekerja sama.
Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Sampai saat ini pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita.Kebanyakan pengajar enggan menerapkannya dikarenakan adanya penggunaan waktu yang tidak efektif, siswa cenderung ramai dalam berdiskusi dan pengawasan guru yang tidak cermat dalam menguasai siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selain masalah-masalah yang mungkin terjadi Menurut Soemarno (dalam Rusman, 2010) kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi dalam pembelajaran tipe TGT ini adalah:
1. Terkadang adanya ketergantungan siswa sebagai siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.
2. Pembelajaran TGT ini memerlukan waktu yang cukup lama sampai siswa benar-benar paham sehingga terkadang target penempatan kurikulum tidak dapat dipenuhi.
3. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah terkadang menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
2.6 Kajian Empiris
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan penelitian yang dilakukan Mainar (2010:52) penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mengalami perubahan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan, santai dan membuat siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, semakin meningkatkan perolehan nilai rata-rata dari 66,92 menjadi 70,76. Semakin berkembangnya potensi yang dimiliki siswa dalam berdiskusi, berani mengajukan dan memberi masukan.
2.7 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dapat dilihat atau digambarkan dalam bagan berikut ini:



Bagan 1 : Kerangka berfikir peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung.
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori, peneliti merasa sangat perlu mengatasi permasalahan yang telah ditemukan mengenai rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi khususnya pada materi operasi hitung pada bilangan bulat, dimana guru kurang menarik perhatian siswa yang ditandai dengan aktivitas belajar mengajar sangat kurang dan rendahnya keterlibatan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Untuk itu peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatifyang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.Model pembelajaran kooperatif tipeTGT lebih banyak membutuhkan interaksi dari siswa dalam belajar, lebih efektif apabila kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosionalnya. Kegiatan model pembelajaran cooperatife tipe TGT memungkinkan keterlibatan siswa secara aktif, saling membantu dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar secara berkelompok. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada materi pokok operasi hitung pada bilangan bulat, apabila hasil belajar telah naik dan diatas KKM. Penggunaan model pembelajaran harus tetap diterapkan agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi,
2.8. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe Teams Games Tournament pada pelajaran biologi materi operasi hitung pada bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dikelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh selama beberapa hari. SD ini memilki 12 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang perpustakaan. Jumlah siswa kelas VI sebanyak enam belas siswa terdiri dari delapan siswa perempuan dan delapan orang siswa laki-laki.Umur mereka rata-rata berkisar antara 11 tahun sampai 12 tahun.Siswa berasal dari beberapa suku yaitu melayu, jawa dan sebagainya.
Umumnya orang tua siswa bekerja sebagai Petani.Sarana dan prasarana sekolah belum memadai secara maksimal. Minat belajar siswa kelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh terlihat kurang, karena selama observasi kelas terlihat hanya sekitar 3orang saja yang aktif dalam proses pembelajaran.
Pada kelas VI SMP Negeri 4 Sungai Penuh, ruang belajar terlihat bersih dan dilengkapi dengan perlengkapan yang cukup, tempat duduk siswa yang cukup sesuai jumlah siswa, dan alat belajar lainnya seperti; papan tulis yang terlihat rapi, sumber belajar dan sebagainya.
3.2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan; yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi.
3.2.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan adalah kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan pada setiap siklus. Persiapan dilakukan mulai dari awal sampai persiapan di siklus terakhir.
a. Analisis kurikulum
Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan dicapai kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatiftipe TGT.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c. Membuat SkenarioPembelajaran.
d. Membuat Lembar Kerja Siswa.
e. Membuat Lembar Observasi.
f. Membuat Lembar Tes .
g. Membuat Kartu-kartu Pertanyaan.
3.2.2 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini ada langkah-langkah yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi, guru meninjau kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya pada kehidupan sehari-hari mengenai materi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai mengenai materi yang akan dipelajari.
c. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang kongkrit.
2. Kegiatan Inti
Tahap Eksplorasi
a. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang operasi hitung bilangan bulat untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
b. Guru menyampaikan materi pembelajaran yaitu operasi hitung bilangan bulat sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
c. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masingnya terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademiknya.
Tahap Elaborasi
d. Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Kemudian setiap anggota kelompok saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Dan harus memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut.
e. Guru menempatkan para siswa ke dalam 4 meja turnamen yang telah disediakan, sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sebelumnya telah didiskusikan dan diselesaikan di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam satu meja turnamen terdiri dari 4 siswa dari masing-masing kelompok yang berbeda.
f. Siswa disetiap meja turnamen bersaing untuk memperoleh skor terbanyak menjawab pertanyaan yang telah disediakan dalam boks kartu bernomor yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Tahap Konfirmasi
g. Tiap siswa dan tiap kelompok di beri skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran. Dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau skor yang sempurna akan diberi penghargaan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
b. Guru membantu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Guru memberikan tindak lanjut dengan memberi tugas kepada siswa.
3.2.3 Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengamati semua kegiatan yang berlangsung didalam kelas selama tindakan diberikan. Observasi akan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan, observasi akan dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu selama 70 menit (2x35 menit). Kegiatan observasi merupakan kegiatan penilaian terhadap proses guru dalam mengajar dan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Indikator yang akan diobservasi yaitu semangat siswa dalam belajar, keaktifan siswa dalam belajar, kerja sama dalam kelompok, kemampuan dalam memberikan tanggapan, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, dan kemampuan dalam membuat kesimpulan. Indikator yang diamati sesuai dengan pelaksanaan model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu model TGT, yang menuntut siswa untuk dapat menguasai materi yang diajarkan, di dalam kelompok masing-masing untuk memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan belajar secara individu.
Hasil observasi ini merupakan bentuk data masukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan di dalam kegiatan pembelajaran, apabila terdapat kekurangan perlu ditindak lanjuti sedangkan hasil belajar yang baik perlu dipertahanan.Untuk menentukan langkah-langkah perbandingan pada proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Setiap akhir siklus diadakan evaluasi dengan tes tertulis, tes dilakukan untuk melihat dan menentukan kemampuan murid menguasai materi operasi hitung pada bilangan bulat yang telah disajikan pada soal-soal pada lembar kerja siswa yang sudah di persiapkan.
3.2.4 Refleksi dan Revisi
Refleksi terhadap hasil observasi akan dilakukan dalam dua tahapan yaitu setelah setiap selesai satu pertemuan setiap selesai satu silkus. Refleksi dilakukan secara bersama oleh peneliti dan guru kolaborator. Peneliti dan guru kolaborator akan membahas, mengevaluasi, dan menentukan tindakan lanjut setiap penemuan yang telah direkam selama proses pembelajaran dengan alat observasi temuan dan data yang menyangkut tentang pelaksanaan tindakan dan data tentang hasil belajar siswa akan dibahas secara mendetail dengan menggunakan teori pembelajaran khususnya tentang aktivitas belajar siswa dalam belajar. Kelemahan-kelemahan baik yang berhubungan metodelogi pembelajaran guru dan cara belajar siswa akan direkomendasikan untuk perbaikan pada silkus berikutnya yang akan ditulis dalam RPP siklus kedua.
3.3 Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
1. Data kualitatif, berupa hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi setiap pembelajaran yang bersumber dari keadaan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Data kuantatif, berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Data ini berupa nilai dalam bentuk angka
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI 010/XI Pondok Agung yang berjumlah 16 orang. Data penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan evaluasi.
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu berhasil atau tidaknya penelitian ini diperlukan data yang cukup. Data-data tersebut diperoleh melalui teknik-teknik observasi dan tes. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan lembar tes. Observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa selama dalam proses pembelajaran dan tes yang diambil berupa tes tertulis berupa tes evaluasi akhir dan diolah setelah satu siklus berlangsung.
3.4 Analisis Data
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dan hasil penyajian materi diambil data yang diolah adalah data kualitatif dan kuantitaif. Data kualitatif adalah data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pengambilan data kualitatif menggunakan lembar pengamatan aktifitas siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung menggunakan lembar observasi.Data ini diolah dengan menggunakan rumus menurut (Sudjana, 2009:133) :
Persentase aktivitas siswa persiswa =

Persentase aktivitas siswa perindikator =

Sedangkan cara menghitung persentase rata-rata skor aktivitas siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase rata-rata skor aktivitas siswa perindikator =

Persentase rata-rata skor aktivitas siswa =

Sedangkan cara yang digunakan untuk menghitung persentase aktivitas guru perindikator dan persentase rata-rata skor aktivitas guru dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase aktivitas guru perindikator =

Persentase rata-rata skor aktivitas guru =

Sedangkan kriteriayang digunakan untuk penilaian dengan persentase tingkat keaktivan aktivitas siswa dengan ketentuan sebagai berikut :
0 % - 39 % = Sangat kurang aktif
40 % - 54 % = Kurang aktif
55 % - 69 % = Cukup aktif
70 % - 84 % = Aktif
85 % - 100 % = Sangat aktif
Selain data kualitatif, juga terdapat data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada dan akhir siklus, data ini berupa nilai dalam bentuk angka. Data ini diolah dengan menggunakan rumus Purwanto dengan memekai skala 100 (2009:207).
Nilai siswa =

Rata-rata kelas =

Adapun ketuntasan individual yang harus dicapai oleh siswa minimal mencapai 70 dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran biologi dan untuk mengetahui ketuntasan klasikal dengan menggunakan rumus menurut Anonim (2007:22) :

Jumlah semua siswa
Adapun interpretasi ketuntasan belajar klasikal dengan kriteria sebagai berikut:
0 % = Tidak seorangpun
1 % - 25 % = Sebagian kecil
26 % - 49 % = Hampir setengahnya
50 % = Setengahnya
51 % - 75 % = Sebagian besar
76 % - 99 % = hampir seluruhnya
100 % = Seluruhnya
3.5 Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah siswa dianggap tuntas dalam belajar apabila siswa tersebut mencapai nilai minimal 70 dari KKM yang ditentukan. Suatu kelas dianggap tuntas dalam belajar apabila sekurang kurangnya 85% siswa di kelas tersebut mencapai daya serap di atas 70%.
3.6 Matrik Metode Penelitian
Judul : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Biologi Materi Operasi Hitung pada Bilangan Bulat dengan Menggunakan Model Pembelajran Kooperatif Tipe TGT di Kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung.
Nama Penulis: SUKMAN DERITA,S.Pd
Tabel 3.2 Matriks Penelitian
No
Rumusan masalah
Variabel yang di amati
Definisi operasional variabel
Instrumen
Sumber data
Cara pengumpulan data
Analisis data
1
Bagaimana penggunaan model pembelajaran Cooperatif tipe TGT
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Penggunaan model pembelajaraan cooperatif tipe TGT dalam proses belajar mengajar
Lembar observasi
Proses mengajar guru dan belajar siswa
Observasi
Data kualitatif berupa catatan guru kolaborasi yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
2
Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa
Nilai hasil belajar yang di peroleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Lembaran Kerja Siswa dan soal evaluasi
Hasil belajar siswa
Tes
Data kuantitatif berupa nilai atau skor yang di peroleh siswa dari hasil evaluasi yang dilakukan di akhir siklus
3.7 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sungai Penuh dari tanggal 03 November 2014 sampai dengan tanggal 10 Januari 2014.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 01 Agustus 2014, 10 Oktober 2014 dan 12 November 2014 di kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan pada pelajaran biologi materi operasi hitung bilangan bulat. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab metode penelitian. Penelitian pada siklus I dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi dan Evaluasi dan 4) Refleksi dan Revisi.
4.1.3 Hasil Observasi
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Tiga Kali Pertemuan
No
Indikator yang diamati
Pertemuan
Jumlah
%
I
II
III
1.
Melakukan Apersepsi
2
3
4
9
75
2.
Pemberian motivasi
2
2
3
7
58,3
3.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
3
3
3
9
75
4.
Penjelasan materi
3
3
3
9
75
5.
Pengelolaan kelas
2
3
3
8
66,7
6.
Penggunaan media
3
3
3
9
75
7.
Bimbingan pada kelompok
2
3
3
8
66,7
8.
Pemberian kuis atau pertanyaan
3
3
3
9
75
9.
Kemampuan mengevaluasi
3
3
3
9
75
10.
Menentukan nilai idividu
2
2
3
7
58,3
11.
Memberikan penghargaan pada individu dan kelompok
3
3
3
9
75
12.
Menyimpulkan materi pelajaran
3
3
3
9
75
13.
Menutup pembelajaran
3
3
3
9
75
Jumlah
34
37
40
111
925
Persentase
65,38
71,15
77
71,15
71,15
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, yaitu dari 65,38 % naik menjadi 71,15 % pada pertemuan II. Dari pertemuan II juga mengalami peningkatan pada pertemuan III menjadi 77 %, sehingga persentase secara keseluruhan aktivitas guru menjadi 71,15 %.Sedangkan indikator-indikator dari aktivitas guru terdapat 4 indikator atau sekitar 30,76 % dari 13 indikator yang perlu ditingkatkan karena masih dibawah nilai 75 %. Indikator-indikator tersebut antara lain pemberian motivasi, pengelolaan kelas, bimbingan pada kelompok dan menentukan nilai individu.
Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Observasi AktivitasSiswa Siklus I Tiga Kali Pertemuan
No.
Indikator
Pertemuan (%)
Jumlah
(%)
I
II
III
1.
Mengerjakan LKS dalam kelompok
59,37
65,62
68,75
193,74
64,58
2.
Aktif berdiskusi dalam kelompok
65,62
68,75
73,43
207,8
69,26
3.
Aktif memberikan pertanyaan / tanggapan
56,25
65,62
73,43
195,3
65,10
4.
Aktif menjawab / merespon pertanyaan
59,67
65,62
68,75
194,01
64,67
5.
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
67,18
70,31
73,43
210,89
70,29
Jumlah
308,09
335,92
357,79
1001,74
333,90
Persentase rata-rata
61,61
67,18
71,55
66,78
66,78
Berdasarkan data dari tabel4.2 aktivitas siswa pada siklus I mengalami kenaikan pada setiap pertemuannya, maupun secara keseluruhannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa yang paling menonjol yaitu aktivitas siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu 70,29 %. Sedangkan aktivitas siswa yang masih rendah yaitu mengerjakan lembar kerja siswa sebesar 64,58 %, menjawab pertanyaan/merespon pertanyaan sebesar 64,67%, siswa memberikan pertanyaan/tanggapan sebesar 65,10 % dan aktif berdiskusi di dalam kelompok sebesar 69,26 %.Dari hasil observasi yang telah didapatkan menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I ini masih kurang dikarenakan siswa masih belum terbiasa belajar dalam kelompok.
4.1.4 Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut.
No.
Hal yang Diamati
Hasil Evaluasi siklus I
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata kelas
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa yang belum tuntas
Persentase siswa yang tuntas
Persentase siswa yang belum tuntas
61,25
8
8
50 %
50 %
Hasil belajar siswa pada akhir siklus I, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas atau siswa yang tuntas hanya 8 orang atau 50 % dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 61,25 ini berarti belum mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70 %.
Hasil skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
No.
Nama Kelompok
Akumulasi Poin Turnamen
Jumlah
Rata- rata
Prediket
I
II
II
1.
Matahari
50
45
40
135
45
Great Team
2.
Bintang
35
27,5
35
97,5
32,5
Good Team
3.
Bulan
37,5
40
37,5
115
38,3
Good Team
4.
Pelangi
40
50
42,5
132,5
44,2
Great Team
Dari tabel4.4terlihat bahwa adanya penghargaan atas poin perkembangan yang diperoleh setiap masing-masing kelompok dengan prediketGood Team dengan kriteria poin 30 - 40 dan prediket Great Team dengan kriteria poin 40 – 45.
4.1.5 Refleksi dan Revisi
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1, terlihat bahwa materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT masih belum memberikan hasil yang optimal dan kurang memotivasi siswa. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan guru yang belum maksimal dalam mengelola kelas, sehingga mengakibatkan keaktifan siswa yang masih kurang baik, kerja sama siswa dalam kelompok yang kurang baik karena siswa masih belum terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.Siswa sering bertanya dan berkomentar atas penjelasan dalam pengerjaan tugas kelompok ataupun dalam mengerjakan tugas individu karena penjelasan guru yang kurang baik. Penerapan model pembelajaran kooperatif yang belum efektif yang terlihat dari guru yang masih bingung terhadap apa yang harus dilakukan, sehingga kondisi siswa dalam belajar menjadi kurang kondusif. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi ribut dan sering berjalan-jalan di dalam kelas.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan hasil belajar, tetapi hasil belajar pada siklus pertama ini masih di bawah ketuntasan klasikal yaitu 70% dan siswa yang memperoleh nilai 70 hanya beberapa siswa saja. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar yang telah dilakukan pada siklus 1 yaitu hanya 8 siswa yang mencapai nilai ketuntasandengan persentase ketuntasan 50%.Dengan demikian, di siklus II akan ditingkatkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipeTGT dan menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik yaitu dengan menggunakan garis bilangan dan kartu-kartu bernomor, serta meningkatkan motivasi siswa dengan menggunakan penghargaan berupa alat tulis.Guru juga harus memberi pemahaman kepada anggota kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT dan lebih membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
4.2 Hasil Penelitian Siklus II
Penelitian siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 15 November 2014, 17 November 2014 dan 19 November 2014 di kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan pada pelajaran biologi materi operasi hitung bilangan bulat. Pada penelitian siklus II kegiatan yang dilakukan sama seperti pada siklus I yaitu dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi dan Evaluasi dan 4) Refleksi dan Revisi.
4.2.1Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan yang terdiri dari :
a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe TGT.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c. Membuat lembaran kerja siswa.
d. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK.
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
f. Menyiapkan lembaran observasi untuk melihat bagaimana situasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi, guru meninjau kemampuan siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya dan masih berkaitan dengan materi yang akan dipelajariyaitu operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi yang akan dipelajari, yaitu melakukan operasi hitung perkalian danpembagian bilangan bulat .
c. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang kongkrit. Misalnya mengalikan dan membagi uang yang diberikan oleh kedua orang tua untuk dibagikan kepada adik maupun kakak di rumah.
2. Kegiatan Inti
Tahap Eksplorasi :
a. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang operasi hitung pada bilangan bulat, yaitu tentang perkalian dan pembagian bilangan bulat.
c. Siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4anggota kelompok. Pembagian kelompok dilakukan secara acak.
Tahap Elaborasi :
d. Guru memberikan tugas berupa LKS sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu atau yang dapat mengerjakan menjelaskan kepada anggota lainnya dalam satu kelompok, siswa saling bekerja sama sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Di tahap ini, pengetahuan siswa dapat diterapkan seluruhnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa dapat menggunakan media yang ada untuk memecahkan masalah dan saling beradu pendapat serta berdiskusi sehingga siswa dapat mengerjakan tugas secara bersama-sama dari pengetahuan sendiri tanpa bantuan dari guru. Tugas guru di tahap ini yaitu mengarahkan dan membimbing siswa apabila terdapat kesulitan dan kekeliruan dalam mengerjakan tugasnya.
e. Guru menempatkan para siswa ke dalam 4 meja turnamen yang telah disediakan, sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sebelumnya telah didiskusikan dan diselesaikan di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam satu meja turnamen terdiri dari 1 siswa dari masing-masing kelompok.
f. Siswa disetiap meja turnamen bersaing untuk memperoleh skor terbanyak dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan di dalam boks kartu bernomor yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Tahap Konfirmasi :
g. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor terbaik diberi penghargaan berupa alat-alat tulis untuk menambah semangat siswa dalam belajar.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru melakukan umpan balik dengan menanyakan kembali materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang telah dipelajari untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di pelajari.
b. Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada siklus II ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh guru adalah melakukan apersepsi yaitu guru meninjau kembali materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Setelah melakukan apersepsi dan hampir seluruh siswa menanggapi apersepsi tersebut, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari kepada siswa secara singkat. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan mencontohkan kegiatan yang biasa dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan guru juga langsung memberikan penjelasan tentang petunjuk cara pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan para siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.
Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang anggota kelompoknya terdiri dari 4 orang dan anggota kelompok dibagi secara acak.Kemudian guru membimbing siswa untuk mengambil posisi tempat duduk berdasarkan kelompok yang sudah diatur posisinya oleh guru. Guru kemudian menjelaskan materi secara singkat dengan. Selanjutnya guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja siswa yang mana pada setiap kelompok mendapat empat lembar kerja, kemudian setiap anggota kelompok mengerjakan tugas yang telah diberikan dengan saling bekerjasama dan saling membantu untuk menguasai materi, siswa harus mengumpulkan lembar kerja tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada kegiatan ini sudah terlihat bahwa siswa mau mengerjakan tugas, namun masih terlihat sedikit siswa yang hanya menyalin tugas temannya.Pada tahap ini guru mengamati kinerja siswa dalam kelompoknya masing-masing. Setelah tugasnya selesai dan telah dikumpulkan, kemudian guru memberikan game kepada siswa. Game dilakukan dengan cara siswa dibagi ke dalam 4 meja turnamen yang mana pada setiap meja terdiri dari 1 orang dari masing-masing kelompok sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sebelumnya telah didiskusikan dan diselesaikan di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja turnamen disediakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dalam kartu-kartu bernomor yang berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, dalam setiap meja turnamen terdapat 6 soal yang harus dijawab oleh siswa, skor yang diperoleh siswa dalam setiap meja kemudian dikumpulkan untuk menentukan kelompok mana yang memperoleh prediket tertinggi. Untuk penilaian dalam game yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 2.1 yang menerangkan bagaimana cara pemberian poin turnamen pada saat game. Bagi kelompok yang memperoleh poin tinggi diberi reward berupa alat tulis. Pada tahap ini siswa siswa sudah terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran dengan meggunakan model TGT. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari guru memberikan evaluasi pada akhir siklus.
Pada kegiatan akhir guru memberikan umpan balik kepada siswa yaitu dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari, pada kegiatan ini siswa sudah banyak yang memberi respon jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru dan siswapun sudah berani bertanya kepada guru tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.
4.2.3 Hasil Observasi
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Tiga Kali Pertemuan
No
Indikator yang diamati
Pertemuan
Jumlah
%
I
II
III
1.
Melakukan Apersepsi
3
4
4
11
91,6
2.
Pemberian motivasi
3
3
4
10
83,3
3.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
3
4
4
11
91,6
4.
Penjelasan materi
3
3
3
9
75
5.
Pengelolaan kelas
3
4
4
11
91,6
6.
Penggunaan media
3
3
3
9
75
7.
Bimbingan pada kelompok
4
4
4
12
100
8.
Pemberian kuis atau pertanyaan
3
3
3
9
75
9.
Kemampuan mengevaluasi
3
4
4
11
91,6
10.
Menentukan nilai idividu
3
3
3
9
75
11.
Memberikan penghargaan pada individu dan kelompok
3
3
3
9
75
12.
Menyimpulkan materi pelajaran
4
4
4
12
100
13.
Menutup pembelajaran
3
3
3
9
75
Jumlah
41
45
46
132
1099,7
Persentase
78,84
86,53
88,46
84,61
84,61
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, yaitu dari 78,84 % naik menjadi 86,53 % pada pertemua II. Dari pertemuan II juga mengalami peningkatan pada pertemuan III menjadi 88,46 %, sehingga persentase secara keseluruhan aktivitas guru menjadi 84,61 %. Sedangkan indikator-indikator dari aktivitas guru terdapat 6 indikator atau sekitar 37,5 % dari 13 indikator yang perlu lebih ditingkatkan lagi karena masih memperoleh nilai 75 %. Indikator-indikator tersebut antara lain penjelasan materi pelajaran, penggunaan media, pemberian kuis atau pertanyaan,memberikan penghargaan pada individu dan kelompok serta menentukan nilai individu.
Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Observasi AktivitasSiswa Siklus II Tiga Kali Pertemuan
No.
Indikator
Pertemuan (%)
Jumlah
(%)
I
II
III
1.
Mengerjakan LKS dalam kelompok
73,43
76,56
81,25
231,24
77,08
2.
Aktif berdiskusi dalam kelompok
75
75
78,12
228,12
76,04
3.
Aktif memberikan pertanyaan / tanggapan
76,56
79,68
81,25
237,49
79,16
4.
Aktif menjawab / merespon pertanyaan
73,43
76,56
81,25
232,24
77,41
5.
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
76,56
79,68
81,25
237,49
79,16
Jumlah
374,98
387,42
403,12
1166,58
388,85
Persentase rata-rata
74,99
77,48
80,22
77,77
77,77
Berdasarkan data dari tabel 4.6 aktivitas siswa pada siklus II mengalami kenaikan pada setiap pertemuannya, maupun secara keseluruhannya.Pada pertemuan I memperoleh rata-rata 74,99 %, naik menjadi 77,48 % pada pertemuan II dan naik lagi menjadi 80,22 % pada pertemuan III. Sehingga rata-rata keseluruhannya menjadi 77,77 %.Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa yaitu mengerjakan LKS di dalam kelompok sebesar 77,08 %, aktif berdiskusi di dalam kelompok sebesar 76,04 %, aktif memberikan pertanyaan atau tanggapan sebesar 79,16 %, aktif menjawab atau merespon pertanyaan sebesar 79,16 %. Dari hasil observasi yang telah didapatkan menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus IIsudah memcapai hasil yang diharapkan, dikarenakan siswa sudah terbiasa belajar dalam kelompok dan sudah memahami langkah-langkah pembelajaran TGT walaupun belum seutuhnya.
4.2.4 Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.
No.
Hal yang Diamati
Hasil Evaluasi siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata-rata kelas
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa yang belum tuntas
Persentase siswa yang tuntas
Persentase siswa yang belum tuntas
69,38
10
6
62,5 %
37,5 %
Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada akhir siklus II memperoleh 62,5 % dari 10 siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 69,38 dibandingkan pada siklus I yang hanya memperoleh 61,25 tapi ini berarti belum mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70.
Hasil skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
No.
Nama Kelompok
Akumulasi Poin Turnamen
Jumlah
Rata- rata
Prediket
I
II
II
1.
Matahari
50
45
37,5
132,5
44,16
Great Team
2.
Bintang
30
25
35
90
30
Good Team
3.
Bulan
42,5
45
40
127,5
42,5
Great Team
4.
Pelangi
37,5
50
40
127,5
42,5
Great Team
Dari tabel4.8 terlihat bahwa adanya penghargaan atas poin perkembangan yang diperoleh setiap masing-masing kelompok dengan prediketGood Team dengan kriteria poin perkembangan 30 - 40 dan prediket Great Team dengan kriteria poin perkembangan 40 – 45.
4.2.5 Refleksi dan Revisi
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, terlihat bahwa materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGTsudah memberikan hasil yang optimal dan lebih memotivasi siswa. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan guru yang sudah maksimal dalam mengelola kelas, sehingga mengakibatkan keaktifan siswa yang lebih baik, kerja sama siswa dalam kelompok yang sudah terbina dengan baik karena siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa materi operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan hasil belajar, tetapi hasil belajar pada siklus ke II ini masih di bawah ketuntasan klasikal yaitu 70 dan siswa yang memperoleh nilai 70 hanya beberapa siswa saja. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar yang telah dilakukan pada siklus II yaitu sudah 10 siswa yang mencapai nilai ketuntasan dengan persentase ketuntasan 62,5 %, hal ini berarti persentase ketuntasan klasikal belum mencapai kriteria yang ditentukan.Dengan demikian, di siklus III akan ditingkatkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model TGT dengan mengontrol kegiatan siswa agar setiap kegiatan lebih terarah, serta meningkatkan motivasi siswa dengan menggunakan penghargaan berupa alat tulis dan sertifikat.
4.3 Hasil Penelitian Siklus III
Penelitian siklus III dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 November 2014 dan 26 November 2014 di kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan pada pelajaran biologi materi operasi hitung bilangan bulat. Pada penelitian siklus III kegiatan yang dilakukan sama seperti pada siklus I dan II yaitu dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi dan Evaluasi dan 4) Refleksi.
4.3.1 Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus III meliputi kegiatan yang terdiri dari :
a, Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe TGT.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c. Membuat lembaran kerja siswa.
d. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK.
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
f. Menyiapkan lembaran observasi untuk melihat bagaimana situasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus III.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi, guru meninjau kemampuan siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya dan masih berkaitan dengan materi yang akan dipelajariyaitu operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi yang akan dipelajari, yaitu melakukan operasi hitung pembagian dan operasi hitung campuran bilangan bulat .
c. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang kongkrit. Misalnya pada saat berbelanja keperluan sehari-hari.
2. Kegiatan Inti
Tahap Eksplorasi :
a. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang operasi hitung pada bilangan bulat, yaitu tentang operasi hitung pembagian dan operasi hitung capuran bilangan bulat.
c. Siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4anggota kelompok. Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan prestasi siswa.
Tahap Elaborasi :
d. Guru memberikan tugas berupa LKS sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu atau yang dapat mengerjakan menjelaskan kepada anggota lainnya dalam satu kelompok, siswa saling bekerja sama sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Di tahap ini, pengetahuan siswa dapat diterapkan seluruhnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa dapat menggunakan media yang ada untuk memecahkan masalah dan saling beradu pendapat serta berdiskusi sehingga siswa dapat mengerjakan tugas secara bersama-sama dari pengetahuan sendiri tanpa bantuan dari guru. Tugas guru di tahap ini yaitu mengarahkan dan membimbing siswa apabila terdapat kesulitan dan kekeliruan dalam mengerjakan tugasnya.
e. Guru menempatkan para siswa ke dalam 4 meja turnamen yang telah disediakan, sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sebelumnya telah didiskusikan dan diselesaikan di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam satu meja turnamen terdiri dari 1 siswa dari masing-masing kelompok, dilaksanakan secara bergantian dari setiap meja.
f. Siswa disetiap meja turnamen bersaing untuk memperoleh skor terbanyak dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan di boks kartu bernomor, masing-masing siswa dari kelompok yang berbeda mengambil satu kartu dan harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dari nomor kartu yang dipilih, bila tidak dapat menjawab penantang di sebelahnya diperkenankan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Tahap Konfirmasi :
g. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor terbaik diberi penghargaan berupa alat-alat tulis dan sertifikat untuk menambah semangat siswa dalam belajar.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru melakukan umpan balik dengan menanyakan kembali materi pembagian dan operasi hitung campuran bilangan bulat yang telah dipelajari untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di pelajari.
b. Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada siklus III ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh guru adalah melakukan apersepsi yaitu guru meninjau kembali materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan tentang penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan bulat. Setelah melakukan apersepsi dan seluruh siswa menanggapi apersepsi tersebut, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari kepada siswa secara singkat. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan mencontohkan kegiatan yang biasa dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan guru juga langsung memberikan penjelasan tentang petunjuk cara pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperetif tipe TGT dan para siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.
Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang anggota kelompoknya terdiri dari 4 orang dan anggota kelompok dibagi sesuai dengan prestasi. Kemudian guru membimbing siswa untuk mengambil posisi tempat duduk berdasarkan kelompok yang sudah diatur posisinya oleh guru. Guru kemudian menjelaskan materi secara singkat dan pada kegiatan ini setiap anggota dalam kelompok sudah memperhatikan dan menanggapi dengan baik. Selanjutnya guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja siswa yang mana pada setiap kelompok mendapat empat lembar kerja sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok, kemudian setiap anggota kelompok mengerjakan tugas yang telah diberikan dengan saling bekerjasama dan saling membantu untuk menguasai materi, hal ini dilakukan untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang telah dijelaskan dan siswa harus mengumpulkan lembar kerja tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada kegiatan ini sudah terlihat bahwa seluruh siswa mau mengerjakan tugas, tidak ada lagi siswa yang menyalin tugas temannya. Pada tahap ini guru mengamati kinerja siswa dalam kelompoknya masing-masing. Setelah tugasnya selesai dan telah dikumpulkan, kemudian guru memberikan game kepada siswa. Game dilakukan dengan cara siswa dibagi ke dalam 4 meja turnamen yang mana pada setiap meja terdiri dari 1 orang dari masing-masing kelompok sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang sebelumnya telah didiskusikan dan diselesaikan di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja turnamen disediakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dalam kartu-kartu bernomor yang berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, dalam setiap meja turnamen terdapat 6 soal yang harus dijawab oleh siswa, skor yang diperoleh siswa dalam setiap meja kemudian dikumpulkan untuk menentukan kelompok mana yang memperoleh prediket tertinggi. Untuk penilaian dalam game yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 2.1 yang menerangkan bagaimana cara pemberian poin turnamen pada saat game. Bagi kelompok yang memperoleh poin tinggi diberi reward berupa alat tulis. Pada tahap ini siswa siswa sudah terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran dengan meggunakan model TGT. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari guru memberikan evaluasi pada akhir siklus.
Pada kegiatan akhir guru memberikan umpan balik kepada siswa yaitu dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari, pada kegiatan ini siswa sudah banyak yang memberi respon jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru dan siswapun sudah berani bertanya kepada guru tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.
Hasil pelaksanaan siklus III sudah sesuai dengan yang diharapkan, karena pada pelaksanaannya para siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar secara kelompok sehingga setiap anggota dalam kelompok sudah serius dalam belajar.Pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT semua siswa sudah memahaminya secara utuh, sehingga pada saat mengerjakan soal yang diberikan dalam lembaran kerja kelompok semua siswa di dalam kelompok ikut berpartisipasi. Pada saat game dan tournamenberlangsung semua siswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Sedangkan untuk guru, guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik dan menjadikan suasana kelas menjadi kondusif.
4.3.3 Hasil Observasi
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus III dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus IIIDua Kali Pertemuan
No
Indikator yang diamati
Pertemuan
Jumlah
%
I
II
1.
Melakukan Apersepsi
4
4
8
100
2.
Pemberian motivasi
4
4
8
100
3.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
4
4
8
100
4.
Penjelasan materi
4
4
8
100
5.
Pengelolaan kelas
4
4
8
100
6.
Penggunaan media
3
3
6
75
7.
Bimbingan pada kelompok
4
4
8
100
8.
Pemberian kuis atau pertanyaan
4
4
8
100
9.
Kemampuan mengevaluasi
4
4
8
100
10.
Menentukan nilai idividu
4
4
8
100
11.
Memberikan penghargaan pada individu dan kelompok
3
4
7
87,5
12.
Menyimpulkan materi pelajaran
4
4
8
100
13.
Menutup pembelajaran
3
4
7
87,5
Jumlah
49
51
100
1250
Persentase
94,23
98,07
96,15
96,15
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus III mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, yaitu dari 94,23 % naik menjadi 98,07 % pada pertemuan II, sehingga persentase secara keseluruhan aktivitas guru menjadi 96,15 %. Sedangkan indikator-indikator dari aktivitas guru terdapat 3 indikator atau sekitar 18,75 % dari 13 indikator yang belum mencapai 100 %. Indikaor-indikator tersebut antara lainpenggunaan media pembelajaran, memberikan penghargaan pada individu dan kelompok serta menutup pembelajaran.
Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10 Hasil Observasi AktivitasSiswa Siklus IIIDua Kali Pertemuan
No.
Indikator
Pertemuan (%)
Jumlah
(%)
I
II
1.
Mengerjakan LKS dalam kelompok
87,5
90,62
178,12
89,06
2.
Aktif berdiskusi dalam kelompok
84,37
89,06
173,43
86,71
3.
Aktif memberikan pertanyaan / tanggapan
84,37
89,06
173,43
86,71
4.
Aktif menjawab / merespon pertanyaan
87,5
90,62
178,12
89,06
5.
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
89,06
92,08
181,14
90,57
Jumlah
432,8
451,44
884,24
442,11
Persentase rata-rata
86,56
90,28
88,42
88,42
Berdasarkan data dari tabel 4.10 aktivitas siswa pada siklus III mengalami kenaikan pada setiap pertemuannya, maupun secara keseluruhannya. Pada pertemuan I memperoleh rata-rata 86,56 %, naik menjadi 90,28 % pada pertemuan II, sehingga rata-rata keseluruhannya menjadi 88,42 %. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa yaitu mengerjakan LKS di dalam kelompok sebesar 89,06 %, aktif berdiskusi di dalam kelompok sebesar 86,71 %, aktif memberikan pertanyaan atau tanggapan sebesar 86,71 %, aktif menjawab atau merespon pertanyaan sebesar 89,06 % dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebesar 90,57%. Dari hasil observasi yang telah didapatkan menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus III sudah mencapai hasil yang diharapkan, dikarenakan siswa sudah terbiasa belajar dalam kelompok dan sudah memahami langkah-langkah pembelajaran TGT seutuhnya.
4.3.4 Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi siswa pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.
No.
Hal yang Diamati
Hasil Evaluasi siklus III
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata-rata kelas
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa yang belum tuntas
Persentase siswa yang tuntas
Persentase siswa yang belum tuntas
80
16
0
100 %
0 %
Dilihat dari tabel4.11 hasil belajar siswa pada siklus III ketuntasan secara klasikalnya sudah mencapai 100 % dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80 dari 69,38 pada siklus II. Ini berarti telah melebihi kriteria yang ditetapkan yakni 70.Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
Hasil skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut.
No.
Nama Kelompok
Akumulasi Skor Turnamen
Jumlah
Rata-rata
Prediket
I
II
1.
Matahari
52,5
50
102,5
51,25
Super Team
2.
Bintang
50,5
50
100,5
50,25
Super Team
3.
Bulan
40
27,5
67,5
33,75
Good Team
4.
Pelangi
37,5
35
72,5
36,25
Good Team
Dari tabel 4.12terlihat bahwa adanya penghargaan atas poin perkembangan yang diperoleh setiap masing-masing kelompok dengan prediketGood Team dengan kriteria poin 30 - 40, prediket Great Team dengan kriteria poin 40 – 45 dan prediket Super Team dengan kriteria poin 45 ke atas.
4.3.5 Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus III, terlihat bahwa materi pembagian dan operasi hitung campuran bilangan bulat melalui model kooperatif tipe TGT memberikan hasil yang sangat baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan. Tidak ada lagi siswa yang memiliki nilai hasil belajar yang di bawah kriteria ketuntasan belajar dan kegiatan pelaksanaan pengajaran yang dilakukan guru sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan guru yang dilakukan optimal, sehingga siswa aktif dalam melaksanakan proses pembelajaransesuai dengan yang diinginkan. kerjasama siswa dalam kelompok yang telah baik dilakukan oleh masing siswa anggota kelompok yang dibimbing oleh guru, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menyimpulkan materi pelajaran sudah baik sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa materi pokok pembagian dan operasi hitung campuran bilangan bulat melalui model kooperatif tipe TGT memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan hasil belajar, hasil belajar pada siklus III ini telah diatas ketuntasan klasikal yaitu 70% dan seluruh siswa telah memperoleh nilai 70. Hal ini ditunjukkan dari nilai hasil belajar dan poin perkembangan yang telah dilaksanakan pada siklus III yang dapat di lihat pada lembar lampiran.
Dari hasil pelaksanaan ke tiga siklus di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran biologi pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT sudah berhasil dilaksanakan.
4.2 Pembahasan
Dari penelitian tindakan yang dilaksanakan di SDN 010/XI Pondok Agung di kelas VI Tahun Ajaran 2014-2015, dengan pelaksanaan 3 siklus yang mana siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, siklus ke II terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus ke III terdiri dari 2 kali pertemuan. Terjadi perubahan dalam peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat nilai lebih dari kriteria yang ditentukan yaitu 70 pada kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat.
Analisis hasil penelitian tentang pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru serta hasil belajar pada proses pembelajaran dengan kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.13Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus pada Siklus I, II dan III
No
Indikator yang diamati
Siklus
I
II
III
1.
Melakukan Apersepsi
75
91,6
100
2.
Pemberian motivasi
58,3
83,3
100
3.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
75
91,6
100
4.
Penjelasan materi
75
75
100
5.
Pengelolaan kelas
66,7
91,6
100
6.
Penggunaan media
75
75
75
7.
Bimbingan pada kelompok
66,7
100
100
8.
Pemberian kuis atau pertanyaan
75
75
100
9.
Kemampuan mengevaluasi
75
91,6
100
10.
Menentukan nilai idividu
58,3
75
100
11.
Memberikan penghargaan pada individu dan kelompok
75
75
87,5
12.
Menyimpulkan materi pelajaran
75
100
100
13.
Menutup pembelajaran
75
75
87,5
Jumlah
925
1099,7
1250
Rata-rata Persentase
71,15
84,61
96,15
Dari tabel 4.13 berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I sampai siklus ke III dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas guru dari siklus I sampai siklus ke III.
Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I, II dan III
No.
Indikator
Siklus (%)
I
II
III
1.
Mengerjakan LKS dalam kelompok
64,58
77,08
89,06
2.
Aktif berdiskusi dalam kelompok
69,26
76,04
86,71
3.
Aktif memberikan pertanyaan / tanggapan
65,10
79,16
86,71
4.
Aktif menjawab / merespon pertanyaan
64,67
77,41
89,06
5.
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
70,29
79,16
90,57
Jumlah
333,90
388,85
442,11
Persentase
66,78
77,77
88,42
Dari tabel 4.14 berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I sampai siklus ke III dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan terhadap aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus ke III.
Tabe 4.15 Analisis Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Siklus I, II dan III
No.
Hal yang Diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai rata-rata kelas
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa yang belum tuntas
Persentase siswa yang tuntas
Persentase siswa yang belum tuntas
61,25
8
8
50 %
50 %
69,38
10
6
62,5 %
37,5 %
80
16
0
100 %
0 %
Dari data evaluasi di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus yang telah dilaksanakan, pada proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Selanjutnya untuk melihat tingkat keberhasilan tindakan siklus I, II dan III dapat dilihat pada tabel 4.16 sebagai berikut.
No.
Siklus
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase ( % )
Ketuntasan Klasikal
Nilai Rata-rata Kelas
1.
Siklus I
70 - 100
8
50
61,25
2.
Siklus II
70 – 100
10
62,5
69,38
3.
Siklus III
70 - 100
16
100
80
Melihat tabel 4.16 di atas berarti penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 010/XI Pondok Agung.
Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dalam belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN 010/XI Pondok Agung, untuk mengatasi kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya pada pembelajaran operasi hitung bilangan bulat, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hasil yang dapat dilihat dari penerapan model tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil belajar.
2. Siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.
3. Siswa menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasainya, baik secara individu maupun kelompok.
4. Mengembangkan sikap interaksi yang baik dengan teman sesama anggotanya dalam kelompok.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, II, dan III serta dari seluruh pembahasan analisis yang dilakukan.Hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal siswa yang semakin meningkat setiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 50% dengan rata-rata kelas 61,25 pada siklus II mencapai 62,5% dengan rata-rata kelas 69,38 dan pada siklus III mencapai 100% dengan rata-rata kelas 80.Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat sangat efektif diterapkan.
5.2.Saran
Berdasarkan latar belakang yang permasalahan yang diuraikan sebelumnya serta data dan bukti nyata yang di dapat setelah penggunaan model kooperatife tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat.Selanjutnya peneliti menyarankan hal-hal berikut, bagi sekolah dan guru kelas diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT khususnya pada mata pelajaran biologi.Karena sesuai dengan hasil penelitian, pelaksanaan modelpembelajaran kooperatife tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Model Penilaian Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Arikunto, S. 2010. Evaluasi Program Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.
Asma, Nur, 2006. Model Pembelajaran Cooperatif. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik, O. 2006.Proses belajar mengajar. Bandung: Bumi aksara
Heruman. 2007. Pembelajaran Biologi di SD. Bandung : Rosda Karya
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama
Mainar, 2010.Skripsi. Jambi: Universitas Jambi
Muhsetyo. 2007. Pembelajaran Biologi SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Purwanto.2009. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pusaka Belajar
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers
Slavin, Robert, 2009.Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media
Sugiyono. 2009.Metode Penelitian pendidikan. Bandung: CV Alfabeta
Sudrajat. 2009. Model-model Pembelajaran Kooperatif (Corline), Vol. 5 N0. 25http:// Sudrajat. wordPress.com/2011/08/24 (diakses tanggal 24 Agustus 2011).
Sudjana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensidouwono
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka
0 comments :