Friday, November 15, 2019

CONTOH SINOPSIS

OKE MHD AMIN     November 15, 2019    

A.     JUDUL SINOPSIS : NILAI-NILAI KARAKTER KEARIFAN LOKAL “BACANGEH” DI SEMURUP

B.    NAMA : RINA PUSTIKAWATI

C.    LATAR BELAKANG MASALAH
Daerah utama kecamatan Air Hangat adalah Semurup yang sekaligus merupakan ibukota kecamatan. Awalnya, Semurup berkembang dari perkampungan di pinggiran bukit yang disebut Koto Payung Semurup Tinggi, kemudian berkembang membentuk tiga luhah (tiga kelurahan). Tiga luhah arah timur sampai ke desa Pendung, ke utara sampai Desa Baru Air Hangat dan ke arah selatan desa Sawahan. Semurup berada 9 km utara kota Sungai Penuh.
Masyarakat Semurup merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur mereka. Salah satu upacara adat di Semurup yang masih terlestarikan hingga saat ini adalah upacara Bacangeh atau  Turun Mandi.
Upacara Bacangeh merupakan upacara yang dilakukan ketika telah lahirnya seorang bayi kedunia. Upacara ini merupakan perayaan ungkapan syukur kepada sang pencipta atas nikmat bayi yang baru lahir. Upacara Bacangeh ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa telah lahir keturunan baru dari sebuah keluarga atau suku tertentu. Upacara Bacangeh ini hanya dilaksanakan ketika baru melahirkan bayi saja dan juga untuk momen pertama untuk si ibu untuk keluar rumah pasca pemulihan setelah melahirkan. Upacara bacangeh ini juga mempunyai persyaratan-persyarakan yang harus dilakukan, namun biasanya setiap nagari ada sedikit perbedaan dalam pelasanaannya. Misalnya upacara bacangeh atau Turun Mandi harus dilaksanakan di batang aie (sungai), pihak keluarga penyelenggara harus menyediakan bareh badulang (beras berdulang), menyediakan sigi kain buruak (obor dari kain lusuh/tidak dipakai), harus ada tampang karambia tumbuah (cikal kelapa), harus ada tangguak (jala kecil), harus ada palo nasi (kepala nasi) dan lain-lain. Persyaratan-persyaratan yang ada tentu mempunyai makna-makna tersendiri kenapa itu harus dilakukan dan disediakan.
Tujuan diadakannya bacangeh atau Turun Mandi itu adalah ungkapan rasa syukur manusia terhadap nikmat yang telah diperoleh terhadap Tuhannya yang diperintahkan didalam agama. Bersyukur atas nikmat yang telah diperoleh merupakan ciri sebuah ketaatan seseorang hamba kepada Tuhannya. Perintah untuk bersyukur atas perolehan nikmat yang didapat oleh manusia terdapat dalam surat Ad-Dhuha ayat 11 yang berbunyi:


وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kam menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.

Ayat tersebut memerintahkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang didapat oleh manusia. Kaitannya dengan tradisi bacangeh atau  upacara Turun Mandi yang dilaksanakan oleh masyarakat Semurup esensinya merupakan salah satu bukti keselarasan antara adat dengan agama. Hukum Islam dengan hukum adat tidak selamanya bertentangan selagi tradisi adat itu tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang agama diantaranya takhayul, bid’ah dan khurafat. Makna hubungan hukum adat dengan agama erat sekali, saling topang-menopang, karena sesungguhnya yang dinamakan adat yang benar-benar adat adalah syara’ itu sendiri. Dalam hubungan ini perlu dijelaskan bahwa adat dalam tradisi ini adalah cara melaksanakan atau memakai syara’ itu dalam masyarakat sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul 
“NILAI-NILAI KARAKTER KEARIFAN LOKAL “BACANGEH” DI SEMURUP”



D.    PERTANYAAN PENELITIAN
1.    Apa saja bentuk pelaksanaan tradisi bacangeh di Semurup?
2.    Bagaimana persepsi masyarakat tentang bacangeh ?
3.    Nilai karakter apa saja yang ada dalam tradisi bacangeh ?

E.    TUJUAN PENELITIAN
1.    Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan tradisi bacangeh di Semurup?
2.    Untuk Mengetahui Bagaimana persepsi masyarakat tentang bacangeh ?
3.    Untuk mengetahui Nilai karakter apa saja yang ada dalam tradisi bacangeh ?

F.    KAJIAN PUSTAKA
Pengertian kebudayaan menurut E.B Taylor (1871) adalah kompleksitas yang mencakup pengetahuan, kesenian, moral,hokum,adat istiadat, dan lain –lain. Kebudayaan dapat dikatakan suatu pengetahuan manusia yang dijadikan sebagai pedoman di dalam kehidupan yang memiliki aturan-aturan dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat tersebut. Aturan-aturan tersebut dapat di temui antara lain, dalam, agama,hukuman, adat istiadat.
Setiap masyarakat di dunia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan biasa juga mengalami persamaan diantara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Meskipun kebudayaan tersebut terdapat unsur-unsur yang sama.  Unsur-unsur kebudayaan bersifat universal merupakan unsur-unsur yang pasti bisa di temukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Maksudnya adalah bahwa setiap masyarakat yang ada di dunia baik yang hidup di perkotaan maupun yang hidup di pedesaan pasti terdapat ke tujuh unsur kebudayaan, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian, jadi ketujuh unsure kebudayaan tersebut ada dan bisa ditemukan di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa dimanapun di dunia ( Koentjaranigrat, 1985:2).
Geertz menfokuskan konsep kebudayaan kepada nilai - nilai budaya yang  menjadi pedoman masyarakat untuk bertindak menghadapi berbagai permasalahan hidupnya. Sehingga pada akhirnya konsep kebudayaan merupakan sebagai  pedoman penilaian terhadap gejala- gejala yang dipahami oleh sipelaku kebudayaan tersebut. Maka kebudayaan terdiri makna berisi penilaian - penilaian pelaku yang  ada dalam kebudayaan dan kebudayaan itu tidak bersifat individual tetapi menerapkan  milik kolektif dari suatu kelompok. Kebudayaan juga menjadi suatu pola makna yang diteruskan secara historis yang terwujud dalam symbol - simbol. kebudayaan juga menjadi suatu sistem yang diwariskan yang terungkap dalam bentuk -bentuk simbolik dengan manusia, berkomunikasi,melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan dan sikap-sikap terhadap kehidupannya (Geertz, 1992 : 3).
Geertz juga berpendapat bahwa kebudayaan itu terwujud ke dalam simbol yang diwariskan melaluai proses belajar dan tidak diwariskan secara genetik, dimana sistem simbol itu terletak di luar batas-batas individu, yaitu dalam dunia inter-subjektif dari pemahaman bersama oleh kelompok masyarakat pendukungnya, salah satu dapat dilihat kedalam bentuk upacara-upacara. Oleh karena itu, adat istiadat yang selalu mengatur sebuah tradisi yang salah bentuknya mengatur upacara tradisi turun mandi merupakan kompleks yang diatur oleh nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Proses upacara turun mandi mereka pelajari dan meyakini kebenaran, dan merupakan kompleks aktifitas yang dilakukan berulang-ulang dan berpola. Begitu juga dengan benda dan alat-alat yang di pakai selama pelaksanaan tradisi turun mandi merupakan bentuk dari kebudayaan fisik masyarakat Semurup.  Oleh karena itu tradisi masih di pengaruhi oleh sistem budaya atau adat istiadat dalam pelakasanaan upacara tradisi turun mandi.
 Menurut Bachtiar tradisi merupakan sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari aspek yang memperlihatkan arti laku ujaan, laku virtual, dan berbagai jenis  laku lainya pada manusia atau sejumlah manusia melakukan tindakan satu dengan yang lain.
Unsur yang terkecil itu adalah simbol. Simbol meliputi simbol konstitutif (yang bentuk sebagai kepercayaan), simbol kognitif (yang membentuk ilmu pengetahuan), simbol penilaian moral, dan simbol ekspresif atau simbol yang menyangkut pengukapan perasaan (Esten, 1999 : 22).
Menurut Turner dalam Melda Karim (Skripsi: 2008), simbol-simbol dalam pelakasanaan upacara baik perangkat upacara, sistem pelaksanaannya, maupun proses pelaksanaan upacara merupakan rangkaian simbol-simbol yang mengambarkan keadaan nyata dari komuniti pelaksanaan upacara, simbol merupakan sesuatu yang di anggap dengan persetujuan bersama sebagai yang memberikan sifat alamiah atau mewakili kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dan pikiran.
Tradisi upacara turun mandi pada bayi baru lahir masih di lakukan oleh mayarakat Semurup tepatnya di Kecamatan Air Hangat sampai saat sekarang ini, dimana hal ini sudah menjadi tradisi yang bertahan dalam kehidupan masyaraka.Tradisi turun mandi pada bayi baru lahir oleh masyarakat Semurup dilakukan sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat, sehingga tradisi upacara turun mandi pada bayi baru lahir mempunyai makna bagi masyarakat yang melaksanakannya. Makna-makna tersebut tergambar dalam sebuah simbol.
Tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui proses adat istiadat

G.    METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskiptif, yang mana menurut pendapat Hermawan Wasinto :1997, “penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta yang ada”.
Didalam penelitian kualitatif tidak megenal istilah populasi dan sample seperti dalam penelitian kuantitatif (A. Muri Yusuf , 2014 : 368). Akan tetapi didalam penalitian kualitatif menggunakan istilah situasi social. ( pelaku, tempat, aktivitas )
Dalam hal ini peneliti mewawancara pelaku dan dapat juga mengamati kegiatan atau aktivitas yang mereka lakukan ditempat tersebut atau mengambil dokumentasi peristiwa, kejadian, atau moment yang terjadi. Dalam penelitian ini yang menjadi informan Kepala Sekolah, Guru, Siswa-siswa MTSN AIR Hangat yang menerima bantuan PKH, serta orang tua siswa tersebut.
H.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a) Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang tidak dapat di di peroleh melalui observasi, dnegan wawancara peneliti juga bisa mendaptkan informasi secara mendalam seusai dengan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepada informan.
(John W. Creswell :231)  mendefenisikan bahwa tehnik pengumpulan data Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview ( wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, wawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak tersetruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.
b) Observasi
(John W. Creswell :231) Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat-baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kulitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai nonpartisipan hingga partisipan utuh.
c) Dokumentasi
Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis (Suharsimi Arikunto :1998). Dokumentasi yang dipakai pada penelitian ini untuk mencatat data-data yang sudah didokumentasikan atau diarsipkan.
J.  INSTRUMENT
1.    Pedoman Wawancara
Intrument yang akan digunkan dalam wawancara semi terstuktur adalah pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi pertanyaa-pertanyaan utama berkenan dengan bacangeh
2.    Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif untuk mencatat data observasi penulis akan menggunakan pedoman observasi.
3.    Lembar Observasi/ Check List
Instrument yang digunakan pada teknik observasi yaitu berupa lembar observasi. Lembar observasi adalah daftar kegiatan-kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
K.    TEHNIK ANALISA DATA
Disini peneliti menggunakan tehnik reduksi data, dengan cara membuang data yang tidak di butuhkan, sehingga dapat menajamkan data. Dan data tersebut dapat di tarik kesimpulanya untuk di validitaskan. Validitas data
Untuk mendapatkan validitas data yang akurat maka peneliti melakukan beberapa tahap, yaitu :
a)    Perpanjangan pengamatan, dilakukan untuk menjalin kedekatan peneliti dengan sumber/informan, agar tidak adanya ketakutan atau keterbatasan memberikan data kepada peneliti.
b)    Triangulasi sumber, ini dilakukan peneliti untuk menemukan kesamaan data dengan melakukan wawancara terhadap informan yang berkaitanlalu di lakukan cek dengan hasil observasi dan catatan lapngan, hal ini bertujuan untuk mevaliditas data temuan di lapangan dan data hasil wawancara

L.    DAFTAR PUSTAKA
Arikunto suharsimi, Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta :    jakarta, 1998
Bimbingan Adat Istidat Turun Mandi, Kementrian Sosial 2016
Creswell, 2014 ,translate design research kuantitatif,kualitatif dan mixed
Muri. A Yusuf, (2014), Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan Gabungan, Jakarta : pranademedia Group.
Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, Kamus Cerdas Bahasa Indonesia Terbaru, cv. Pustaka Agung harapan: Bandung, 2003
Osher, D ,dkk.2010.”how can we improve school disipline ?” educational research
Prijadarminto, Budaya Jambi, Balai pustaka:Jakarta,2002

0 comments :

About us

Common

Category

FAQ's

Category

FAQ's

© 2011-2014 Guru Sekolah Dasar. Designed by Bloggertheme9. Powered By Blogger | Published By Blogger Templates .